Sabtu, 30 Juli 2016
Di RS AL, BPJS Kesehatan Surabaya Gelar Pemeriksaan IVA dan Papsmear Gratis
KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Surabaya bersama Rumah Sakit TNI AL (Rumkital) menggelar pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Papsmear.
“Hari ini ada 100 orang yang daftar targetnya hingga 19 Januar i2016 ada 1000 orang yang ikut pemeriksaan IVA dan Papsmear,” kata Kepala BPJS Kesehatan Cabang Utama Surabaya, Mokhamad Cucu Zakaria disela pelaksanaan pemeriksaan IVA dan Papsmear di RSAL Dr Ramelan, Jumat (29/7).
Menurutnya, kegiatan tersebut juga secara serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia tepatnya di 1.558 titik pelayanan pemeriksaan IVA dan Papsmear, dengan total target peserta sebanyak 27.000 untuk pemeriksaan IVA dan 10.275 untuk pemeriksaan Papsmear, serta tercatat dalam Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Penyelenggaraan Program Pemeriksaan IVA dan Papsmear Terbanyak serentak di Indonesia.
Di Surabaya sendiri penyelenggaraannya dipusatkan di tiga titik untuk pemeriksaan Papsmear, yakni di RSAL Dr Ramelan, PT HM Sampoerna dan RSAD Brawijaya, serta 62 Puskesmas untuk pemeriksaan IVA.
“Pemeriksaan IVA dan Papsmear ini dilaksanakan untuk mengetahui ataupun mendeteksi adanya kanker leher rahim/kanker mulut rahim. Jenis kanker ini sering terjadi pada wanita dan juga penyebab kematian nomor satu dari jenis kanker yang menyerang wanita,” katanya.
Diungkapkannya, jumlah kasus kanker serviks (terhitung Januari – Juni 2016) di tingkat pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan mencapai 45.006 kasus dengan total biaya sekitar Rp33,4 miliar, sementara di tingkat rawat inap ada 9.381 kasus dengan total biaya sekitar Rp51,3 miliar.
Deteksi dini kanker serviks masuk dalam skema pembiayaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kartu Indonesia Sehat (KIS), sehingga peserta JKN-KIS yang ingin melakukan deteksi dini kanker serviks tidak perlu lagi mengeluarkan uang.
“Kanker serviks tidak menimbulkan gejala dan sulit terdeteksi pada stadium awal, oleh karena itu sebaiknya lakukan skrining kesehatan melalui layanan kesehatan deteksi dini yang disediakan BPJS Kesehatan,” tuturnya.
Kanker serviks, tambah Cucu, umumnya baru terdeteksi ketika sudah stadium lanjut, di mana proses pengobatan yang harus dilakukan menjadi lebih sulit dan biaya pengobatannya pun menjadi lebih mahal. “Dibanding jenis kanker lainnya, kanker serviks sebetulnya paling mudah dicegah dan dideteksi. Caranya dengan melakukan deteksi dini dan pemberian vaksinasi,” terangnya.
Untuk mengantisipasi terjadinya kanker serviks, peserta JKN-KIS dapat memeriksakan diri terhadap resiko penyakit kanker leher rahim ini di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau sarana penunjang lain yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Sampai dengan tahun 2016 (Juni 2016) deteksi dini yang dilakukan BPJS Kesehatan dengan metode IVA telah berhasil menjangkau 21.146 peserta, sementara Pap smear berhasil menjangkau 37.256 peserta.
“Namun tantangannya, cukup banyak masyarakat yang enggan atau takut untuk melakukan pemeriksaan IVA atau Papsmear ini. Disinilah bagaimana peran FKTP untuk mengajak peserta JKN-KIS, agar melakukan pemeriksaan ini. Melalui kegiatan pencanangan ini, kami harapkan kesadaran peserta JKN-KIS untuk melalukan deteksi dini terhadap kanker leher Rahim semakin meningkat,” ujar Cucu.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan TNI AL (Kadiskesal), Laksamana Pertama dr Lukman Djauw mengatakanm pemeriksakan kesehatan atau deteksi dini kanker serviks sangat penting dan wajib dilakukan. “Usia 35 keatas harus rutin memeriksakan papsmear minimal satu tahun sekali,”katanya.
Kepala Departemen Kesehatan Ibu dan Anak RSAL dr Ramlan Surabaya, Letkol Laut (K) dr Frans O H Prasetyadi SPOG (K) menuturkan, kanker serviks timbul karena kontak seksual, dengan gejala awal keputihan, hingga pendarahan setelah berhubungan untuk stadium lanjut. “Kanker serviks kedua yang menyebabkan kematian pada wanita setelah kanker payudara,” imbuhnya.
Mengenai batasan usia, dr Frans mengatakan kanker serviks akan muncul pada usia yang aktif secara seksual. "Sekarang usia belasan banyak yang terkena, bahkan kami pernah menangani 19 tahun sudah stadium 2B," katanya. (ARF)
0 komentar:
Posting Komentar