Ada belasan hari penting selama bulan September ini, mulai Hari Polwan sampai Hari Sarjana Nasional. Tetapi hari paling bersejarah, meskipun paling kelam dalam perjalanan Bangsa Indonesia adalah 30 September, yakni terjadinya Peristiwa G- 30-S-PKI pada tahun 1965.
Terlepas apakah peristiwa itu merupakan suatu kudeta atau rekayasa, sampai saat ini tidak diketahui persis apa yang sesungguhnya terjadi. Namun yang jelas dan faktanya adalah banyak Jenderal yang terbunuh, tapi Soeharto selamat, bahkan mendapat kekuasaan dari Presiden Soekarno melalui “Surat Sakti”, yang dia sebut “Surat Perintah Sebelas Maret” atau Supersemar yang sampai sekarang tidak dapat ditemukan bentuk otentiknya.
Peristiwa G-30-S PKI juga tidak berdiri sendiri, selain akibat benturan kepentingan di dalam negeri, juga terdapat campur tangan pihak luar yang memiliki kepentingan sama dengan para pelaku sejarah tersebut.
Di era perang dingin antara Blog Timur dan Barat, As berkepentingan agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis, sementara Blog Timur berkepentingan untuk melebarkan ekspansi komunis di negara ini.
Di era globalisasi yang tidak memerlukan blog-blog Barat atau Timur, kepentingan itu kini bergeser dalam ekspansi ekonomi dan bisnis. Infiltrasi pihak luar bukan lagi untuk kepentingan ideologi dan sasarannya cenderung kepada lingkaran penentu kebijakan. Contoh sederhana adalah kasus korupsi yang kini menimpa Kepala SKK Migas.
Pembubaran BP-MIGAS yang dianggap sebagai International Oil Company Agent karena mengeruk hasil Migas nasional, sehingga dibentuk SKK Migas ternyata tidak menghapus celah rawan bagi gratifikasi seeperti yang saat ini terungkap pada kasus mantan Kepala SKK MIGAS berinisial RR.
Jika Peristiwa G-30-S PKI telah memakan banyak korban dan menjadi bagian paling kelam dalam sejarah bangsa Indonesia, kini peristiwa itu masih bisa terjadi dalam skala kecil dan di bidang yang berbeda-beda, mulai dari penebangan hutan, penambangan hingga seemua eksplorasi bumi milik bangsa ini.
Pada ujungnya, segala perbuatan dan tindakan yang hanya berpangkal pada kepentingan pribadi yang kerdil itu hanya akan mendatangkan kerugian yang ditimpakan pada rakyat banyak.
Peristiwa G-30-S PKI masih menjadi momentum yang patut dikenang, bukan untuk melegitimasi dan membenarkan pemerintahan Orde Baru, melainkan untuk mengingatkan bahwa selalu ada celah rawan yang perlu diwaspadai agar tidak diinfiltrasi pihak luar untuk menggarong kekayaan alam Indonesia yang sebenarnya digunakan untuk kemakmuran seluruh rakyat, bukan untuk kelompok tertentu, apalagi orang per orang. (dt)
0 komentar:
Posting Komentar