Pages - Menu

Halaman

Jumat, 25 Oktober 2013

Zaskia Gotik Sukses di Showbiz - Pendidikan Belakangan


Urungnya pernikahan Zaskia Gotik dengan Vicky Prasetyo yang mengakibatkannya mengalami kesedihan cukup dalam agaknya menjadi titik balik kehidupan dan karir pedangdut yang bernama asli Syurkianih.

Nama Zaskia Gotik menjadi sangat populer setelah peristiwa itu, juga diikuti dengan makin banyaknya job yang diterima dan naiknya nilai kontrak untuk Zaskia. Pada peringatan HUT ke-49 Partai Golkar, Minggu (20/10/2013), di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Zaskia Gotik yang sedang naik daun diundang untuk ikut memeriahkan ultah partai besar itu.

Tak tanggung-tanggung, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie ikut naik ke atas panggung dan bergoyang dengan Zaskia yang terkenal dengan "Goyang Itik"-nya.
Tapi perjuangan Zaskia Shinta, demikian nama panggungnya, dilakukan selama bertahun-tahun. Zaskia terus bernyanyi dari panggung ke panggung karena tuntutan kebutuhan hidup dan karena keterbatasan biaya itu pula Zaskia hanya bisa mengenyam pendidikan sampai SD.

Pedangdut yang biasa menyebut dirinya dengan “Neng” ini dengan rendah hati mengakui
kekurangannya itu. Merasa sudah tertinggal, pelantun Satu Jam Saja ini akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengejarnya. "Sebisa mungkin Neng akan sisihkan waktu buat sekolah dan ikut paket B dan C, pokoknya ada waktu kosong Neng pilih sekolah," katanya kepada wartawan.

Menurut pemilik nama asli Surkianih, pendidikan sangatlah penting. Walaupun dulu dirinya sempat menunda pendidikan, bukan karena tak mau namun karena faktor biaya. Dan cewek kelahiran Bekasi, 27 April 1990 ini ingin bisa menempuh pendidikan hingga jenjang perkuliahan.
"Yang penting paket B dan C dulu nih, dapat ijazah SMP dan SM. Selanjutnya kuliah, mau jurusan apa nanti aku pikirkan lagi," ungkapnya.


Masa kecil Zaskia Gotik memang bukan kehidupan yang menyenangkan.  Lahir di Bekasi, 27 April 1990, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, pemilik nama asli Syurkianih ini dibesarkan dari keluarga sederhana. Ayahnya, Sosi, kerap berganti pekerjaan, mulai dari tukang ojek sampai kuli bangunan. Ibunya, Jumainah, hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Meski kondisi ekonomi keluarga serba pas-pasan, bahkan terkadang kekurangan, Neng menjalani dengan ikhlas.

"Abah dulu tukang ojek di Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Pulang ke rumah seminggu sekali, bahkan sebulan sekali, Abah bawa uang 150 ribu. Kalau pergi sekolah, Neng jarang dikasih ongkos dan uang jajan. Kalau ada teman-teman yang jajan, Neng cuma bisa lihat dan menangis. Pulang ke rumah lalu mengadu ke Emak, 'Mak, teman-teman kok jajan, Eneng kok enggak ya.'” Emak coba memberi pengertian, 'Sabar, Neng. Abah belum dapat duit,'" tutur Zaskia mengenang masa kecilnya.

Lantaran motor ayahnya dijual, sang ayah alih profesi jadi kuli bangunan. "Namanya juga kuli bangunan, kalau ada pekerjaan, baru dapat duit. Kalau enggak ada, ya Abah menganggur. Sementara dia punya empat anak, sekolah semua. Neng bahkan sampai menunggak bayaran sekolah beberapa bulan sampai tidak diperbolehkan masuk sekolah," kisahnya lagi.

Zaskia dan keluarganya tinggal di sebuah rumah bilik bambu di daerah Cikarang, Jawa Barat. Tidak besar, hanya dua kamar tidur. "Dindingnya terbuat dari bilik. Ketika hujan turun, airnya nyawer hingga menyebabkan banjir. Kebetulan posisi rumah Neng paling bawah dari rumah lain. Kalau banjir, rumah Neng jadi banyak ikan," kata Zaskia. Rumah itu dibangun atas bantuan saudara-saudaranya. "Tanahnya enggak beli, dapat warisan dari nenek," tambahnya.

Nyaris setiap hari Zaskia makan nasi dengan lauk garam. Terkadang nasi dicampur dengan terasi. Benar-benar prihatin. "Makan tempe saja jarang, apalagi daging. Palingan pas Lebaran saja makan daging. Itu pun dikasih saudara," bilangnya dengan nada sedih.

Untuk membantu keluarga, Zaskia terpaksa berjualan manisan cermai. Kebetulan di samping rumahnya terdapat pohon cermai. Selain berjualan di sekolahnya, Zaskia keliling dari kampung ke kampung menjajakan dagangannya. Penghasilannya dalam sehari tidak menentu. Antara 7 ribu sampai 10 ribu. "Uang itu Neng kasih Emak buat makan sehari-hari," lanjutnya.

Saat keliling berjualan manisan cermai, Zaskia sering diminta calon pembeli untuk bernyanyi dan bergoyang. "Memang dari kecil, hobi Neng nyanyi dan goyang, jadi ketika ada yang minta nyanyi dan goyang agar manisan cermainya dibeli, ya udah Neng lakukan," beber Eneng polos.

Bahkan Zaskia kecil pun tak menyangka bakat bernyanyi dan goyang tersebut di kemudian hari ternyata menjadi jalan untuk mengubah nasibnya. (ok/in/gat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar