KABARPROGRESIF.COM : Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menunjukkan keseriusannya dalam mewujudkan rencana pembangunan Surabaya Integrated Mass Rapid Transit (Smart) di Surabaya. Mulai Selasa (17/12) hingga Rabu (18/12), Pemkot Surabaya menggelar market sounding of Surabaya monorail dan tram investment project di Hotel Majapahit Surabaya.
Agenda pada hari pertama diisi dengan mendengarkan paparan dari beberapa pakar dan akademisi dari berbagai universitas ternama di Indonesia seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga (Unair).
Tim dari ITS meisalnya, memaparkan perihal teknis monorel seperti fasilitas naik turun di stasiun monorel tidak akan memakai tangga teta[pi memakai lift dan eskalator sehingga bsia ramai bagi semua pihak termasuk para penyandang difabel. Juga pintu kereta monorel memakai dioperasikan secara hidrolik.
Sementara tim dari Unair memaparkan fakat tentang kondisi angkutan kota di Surabaya di mana kondisi fisiknya sudah tidak layak, tarif tidak jelas dan eprilaku penumpang serta jadwal yang seringkali ngaret. “Kita sudah lakukan survei ke masyarakat, diantaranya adanya kesediaan dari masyarakat untuk pindah ke transportasi umum serta bersedia membayar kalau transportasinya bagus,” tegas Wisnu Wibowo selaku kepala Bagian Pengembangan ekonomi dan pembangunan Unair.
Sementara di hari kedua, Pemkot Surabaya menyampaikan paparan market sounding di hadapan 60 calon investor yang berasal dari dalam dan luar negeri. Para calon investor itu diantaranya dari Alstrom Transports Indonesia, Marsh, Hyundai Rotem, UEM Group Berhard (Construction Contractor, len Raylways System, PT Inka, PT Arta Karya, PT Pasifik Energi Inkor, Waskita Karya, dan Daewoo Engineering and Construction Co.Ltd,
Sebelum paparan, para investor diajak berkeliling menijau lokasi. Rute kunjungan menuju Keputih (bekas TPA Benowo) yang direncanakan menjadi area depo monorel dan depo trem di Jalan Koblen. Kemudina meninjau stasiun Gubeng, PAsar keputran dan Terminal Joyoboyo yang direncanakan menjadi terminal inter moda. Juga kantor Dinas Pariwisata dan di kawasan TVRI Jalan Mayjend Sungkono yang diplot sebagai lokasi park and ride.
"Dengan melihat lapangan, para investor bisa melihat potensi dan punya pandangan tersendiri. Diharapkan calon investor yang tertarik berkompetisi bsia memberikan masukan atas rencana ini," tegas Agus Imam Sonhaji, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya, Rabu (18/12).
Menurut Agus Sonhaji, tata guna lahan pada kunjungan lapangan ini dapat mewakili tata guna lahan sepanjang koridor Smart di Surabaya. Seperti kawasan pendidikan di Timur dan Barat Surabaya, lalu kawasan pertokoan dan perdagangan (central business district). "Juga kawasan permukiman seperti Jalan Dharma Husada Idnah, Pakuwon City, Darmo Satelit dan wilayah pemukiman Surabaya Barat," sambung Agus Sonhaji.
Sebelumnya, sebanyak 60 perusahaan tersebut dimana 40 persen berasal dari dalam negeri dan 60 persen perusahaan berasal dari luar negeri seperti Spanyol, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Jepang, Malaysia dan China, mengikuti welcome dinner bersama Walikota Surabaya, Ir Tri Rismaharini pada Selasa (17/12) malam.
Dalam kesempatan tersebut, Walikota Risma menegaskan bahwa pemenang tender proyek sebagai solusi mengatasi kemacetan dan transportasi massal yang murah itu akan diumumkan paling lama enam bulan. Walikota menyebut bahwa pada awal tahun 2014, ia memastikan akan memulai menyusun pra-kualifikasi.
"Ini bukan untuk saya,tetapi untuk warga Surabaya. Warga sudah menunggu adanya transportasi massal yang bagus di Surabaya. Saya yakin kalau kondisi transportasinya bagus, Surabaya akan jadi kota yang nyaman untuk investasi. Nanti anak-anak Surabaya tidak perlu bingung mencari kerja atau sekolah karena orang tua nya sudah mampu," ujar Risma.
Walikota menargetkan pembangunan konstruksi akan menghabiskan waktu maksimal dua tahun. Sehingga, pada akhir tahun 2015, monorel dan trem ini ditargetkan sudah akan bsia dioperasionalkan. Adapun nilai investasi proyek trem dan monorel yang akan menghubungkan Surabaya Barat-Timur dan Surabaya Utara-Selatan ditaksir mencapai Rp 8,6 Triliun.
“Investor yang tertarik dapat langsung menawarkan investasi secara mandiri atau pun konsorsium,” katanya.
Setelah itu, proses berlanjut pada pra kualifikasi lelang, lelang, dan beauty contest. Dalam proses beauty contest, para investor menawarkan konsep terbaik proyek MRT yang akan dilakukan, termasuk berapa harga yang paling ideal dan murah bagi warga Surabaya.
“Tawaran konsep dari investor akan dinilai oleh tim dari berbagai sudut pandang, seperti teknik mesin, manajemen usaha, dampak lingkungan, hingga sisi anggaran dari kalangan pemerintah,” tambahnya.
Walikota menegaskan, bahwa monorel dan trem merupakan moda yang paling efektif untuk mengatasi kemacetan di Kota Surabaya. Direncanakan, monorel akan membelah kawasan Surabaya dari timur menuju Barat. Sementara trem dari utara menuju selatan. Pembangunan MRT tidak lantas menghilangkan angkot yang ada saat ini. Angkot akan difungsikan sebagai angkutan pengumpan trem dan monorel.
"Selama ini, kondisi di Surabaya sebanyak 70 persen merupakan pemakai angkutan pribadi dan 30 persen pengguna angkutan massal. Nanti harapan kita itu bisa terbalik. Jiak sudah begitu, macet akan terurai," sambung walikota Risma.(*/arf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar