KABARPROGRESIF.COM : Kota Surabaya kini menjadi jujugan belajar bagi banyak kepala daerah di Indonesia, terutama dalam hal penataan kota dan pengelolaan lingkungan. Ini tidak lepas dari keberhasilan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam mempercantik kota dan mengelola sampah yang berbuah banyak penghargaan. Bahkan, ketika deklarasi Indonesia Bebas Sampah pada 2020 di Surabaya pada 25 Februari lalu, Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Balthasar Kambuaya memuji Surabaya sebagai role model bagi kota-kota di Indonesia dalam hal pengelolaan sampah.
Pada Selasa (18/3) kemarin, giliran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, Provinsi Bali, berkunjung ke Balai Kota Surabaya. Rombongan yang dipimpin Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana bersama Dinas Kebersihan Buleleng dan para camat, diterima langsung oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini bersama Asisten II Sekkota, M.Taswin, Kepala Dinas kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya, Chalid Buchari, Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya, Sigit Sugiharso, juga Kabag Humas Pemkot Surabaya, Muhammad Fikser.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 45 menit tersebut, Bupati Buleleng dan juga pejabat Pemkab Buleleng, banyak bertanya seputar kiat sukses Pemkot Surabaya dalam mengelola sampah, membuat taman kota, mendapatkan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, serta menggerakkan warga agar ikut berpartisipasi dalam lingkungan.
“Setahu kami, Pemkot Surabaya bisa mendapatkan beberapa CSR dari perusahaan. Apa yang harus dilakukan agar perusahaan mau memberikan CSR nya,” anya Putu Agus.
Walikota Risma lantas menyampaikan bahwa Pemkot Surabaya tidak pernah meminta CSR ke perusahaan-perusahaan. Yang terjadi, banyak perusahaan yang malah menawarkan CSR nya kepada Pemkot Surabaya. Walikota mencontohkan, yang terbaru adalah kepedulian dari Bank BNI yang memberikan CSR untuk pembangunan Taman Keputih. “Kalau mereka nawari yah kami ambil. Tetapi kami tidak mau CSR dalam bentuk uang. Kami maunya dalam bentuk barang,” jelas walikota.
Perihal banyaknya taman-taman kota yang dibangun Pemkot Surabaya, Putu Agus mengatakan bahwa dibangunnya taman di berbagai kawasan itu memungkinkan karena Surabaya memiliki lahan yang luas, tetapi bagaimana dengan Buleleng yang tidak memiliki lahan seluas Surabaya.
Walikota Risma lantas menjelaskan bahwa pembangunan taman-taman kota bukan hanya terkait luas lahan, tetapi bagaimana menyulap lahan menjadi taman. Mantan Kepa;a Bappeko Surabaya ini mengatakan, beberapa taman kota di Surabaya dibangun di atas lahan yang dulunya merupakan pom bensin, sawah atau juga lapangan sempit.
“Ada juga bekas TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang kini jadi Taman Keputih, juga tambak yang kini menjadi Taman Bulak. Kami juga mempercantik kawasan bantaran sungai yang dulunya kumuh dan ditempai PKL, kini menjadi tamna-taman seperti di Keputran,” jelas walikota Risma.
Bupati Buleleng juga menanyakan tentang bagaimana caranya agar warga juga ikut serta dalam pengelolaan lingkungan. Mendapat pertanyaan ini, walikota mengatakan, yang terpenting dalam mengajak warga adalah keteladanan dari pemimpinnya. Walikota mencontohkan, setiap Jumat pagi, dirinya ikut bekerja bakti bersama warga dari kampung ke kampung atau juga membersihkan sungai. “Keunggulan Surabaya itu ada pada partisipasi warga nya yang luar biasa. Saya juga turun langsung untuk ikut bersih-bersih,” sambung walikota terbaik di dunia versi City Mayor Foundation ini.
Setelah pertemuan di Balai Kota, Bupati Buleleng beserta rombongan lantas melakukan kunjungan lapangan dengan meninjau keberadaan bank sampah, Instalansi Pengolahan Air Minum (IPAL) dan juga urban farming.(*/arf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar