Kamis, 03 April 2014
Home »
Metropolis
» Risma: Generasi Muda Wajib Lestarikan Budaya
Risma: Generasi Muda Wajib Lestarikan Budaya
KABAR PROGRESIF.COM : Kendati arus modernisasi kian gencar, namun nilai-nilai budaya harus tetap dipertahankan sebagai jati diri bangsa. Sebab, jika generasi penerus tidak melestarikan kebudayaan lokal maka kondisi itu rentan membuat pihak asing mengklaim budaya Indonesia. Hal tersebut diutarakan Walikota Surabaya Tri Rismaharini saat didapuk menjadi pembicara dalam rapat koordinasi pusat dan daerah bidang kebudayaan tahun 2014 di Hotel JW Marriot, Rabu (2/4).
Oleh karenanya, Risma tak henti-hentinya mendorong para pelajar dan kaum muda di Kota Pahlawan untuk mencintai budaya. Salah satu upaya pemkot guna membangkitkan semangat berbudaya yakni dengan memperkenalkan kultur lokal sejak usia dini. Dia mengatakan, kesenian sudah mulai diajarkan mulai jenjang sekolah dasar. Misalnya, seni karawitan, gamelan, ludruk hingga tari-tarian tradisional. Tujuannya, agar kecintaan akan budaya Indonesia tertanam kuat di benak para pelajar Surabaya.
Setelah menanamkan nilai budaya melalui jalur edukasi formal di sekolah, pemkot juga menyediakan wadah untuk berekspresi. Beberapa hari yang lalu, walikota menuturkan, baru saja digelar konser kolaborasi musik jazz, keroncong dan campur sari. Semua genre musik itu dikemas dalam bentuk orkestra dan dihelat di balai budaya. Tampaknya, pertunjukan itu mampu menarik animo masyarakat. Gedung berkapasitas sekitar 800 orang tersebut penuh. “Kolaborasi merupakan salah satu cara memperkenalkan budaya kepada para kawula muda Surabaya. Kini musik keroncong sudah bukan milik orang-orang tua saja. Sekarang sudah banyak grup-grup musik keroncong yang digawangi para pemuda. Mereka membawakan aneka lagu terkini dengan aransemen keroncong,” papar Risma dihadapan 300 peserta rakor dari 32 UPT Dirjen Kebudayaan se-Indonesia.
Disamping itu, berbagai event yang diselenggarakan di Surabaya diharapkan mampu menjadikan kota ini sebagai etalase budaya. Setiap tahunnya, pemkot mengadakan parade budaya dan pawai bunga dimana dalam kegiatan tersebut, banyak budaya dari berbagai daerah juga ditampilkan. Parade itu rutin dihelat setiap tahun pada bulan Mei dalam rangka peringatan hari jadi kota Surabaya (HJKS).
Pun demikian halnya dengan festival rujak uleg. Diselenggarakan juga untuk menyemarakan HJKS, festival ini diharapkan mampu memperkenalkan makanan khas Surabaya yakni rujak cingur di kancah internasional. Konsep acara tersebut, ribuan peserta dengan dandanan unik me-nguleg rujak cingur secara massal. Kostum nyeleneh yang dikenakan peserta semakin menambah kemeriahan festival.
Berbicara masalah budaya, Risma menyatakan, pelestarian budaya juga tidak bisa dilepaskan dari bangunan cagar budaya. Sebagaimana diketahui, bahwa Surabaya sebagai Kota Pahlawan memiliki banyak bangunan peninggalan masa lampau dengan nilai sejarah tinggi. Nah, agar tidak tergerus pembangunan di era modern, pemkot membuat kebijakan populer. Bangunan yang ditetapkan oleh SK walikota sebagai cagar budaya hanya dikenakan pajak bumi dan bangunan (PBB) sebesar 50 persen dari harga normal.
Dampaknya, para pemilik bangunan tersebut dengan senang hati mau merawat bangunan milik mereka. “Tapi kalau mau merenovasi ada aturannya. Tidak boleh mengubah bentuk aslinya,” tutur mantan kepala bappeko ini.
Walikota juga berpendapat bahwa berhasil tidaknya Kota Surabaya menjadi kota yang berbudaya tergantung pada peran serta masyarakatnya. “Saya bersyukur ternyata warga Surabaya sangat support terhadap program-program kebudayaan,” pungkasnya. (*/arf)
0 komentar:
Posting Komentar