KABARPROGRESIF.COM : (Kediri) Informasi tentang Permohonan Maaf secara resmi dan kontekstual oleh Pemerintah RI kepada eks. Tapol PKI dan keluarganya , mendapat respon masyarakat , melalui organisasi Bela Negara Provinsi Jawa Timur , pada hari rabu tanggal 8 Juli 2015 pukul 15.00 Wib berlangsung di Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kediri , mengadakan silaturahmi dan buka puasa bersama.
Dandim 0809/Kediri , Letkol Inf Purnomosidi dalam penjelasan di awal acara , menyampaikan bahwa generasi muda , pada khususnya yang lahir di tahun 1965 keatas dan pada umumnya masyarakat Kediri yang secara langsung mengetahui jelas peristiwa di tahun 1965 , agar tidak terprovokasi atas isu – isu yang berkembang serta pemutarbalikan fakta yang tersebar saat ini , baik di media cetak , media TV , media radio dan media sosial.
Letkol Purnomosidi menjelaskan secara singkat Peristiwa Pemberontakan PKI di tahun 1948 yang dikenal dengan Pemberontakan di Madiun, tahun 1965 dikenal dengan peristiwa G 30 S / PKI dan tahun 1968 yang dikenal dengan Pemberontakan di Blitar.
Korban dari masyarakat berjatuhan akibat dari Pemberontakan PKI yang sistematis dan terkoordinasi, termasuk pada Peristiwa Kanigoro di Kediri , tetapi pada akhir – akhir ini banyak informasi yang beredar bermuatan “kesesatan” yang tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
Letkol Inf Purnomosidi ,SIP menambahkan , bukti Komunisme merupakan Ideologi yang bertentangan dengan nilai – nilai Ketuhanan dan moral keagamaan , dapat dilihat dari negara – negara eks. Komunis di daratan Eropa , yang rata – rata penganut Faham Atheis cukup besar dan jumlah tempat ibadah yang sangat sedikit.
Mayjen TNI (Purn) H. Kivlan Zein dalam paparannya , dengan tegas menjelaskan bahwa tidak logika dan masuk akal apabila Permohonan Maaf (secara resmi dan kontekstual) oleh Pemerintah RI kepada eks. Tapol PKI dan keluarganya dilakukan , sebagaimana diketahui PKI secara jelas dan terang benderang melakukan tindakan Kudeta Berdarah di tahun 1965 , itupun sudah pernah dilakukannya pada tahun 1948 di Madiun.
Korban berjatuhan dari masyarakat akibat kekejaman PKI , secara jelas dan benar – benar terjadi. Disambung lagi oleh Pak Kivlan , bahwa Pemberontakan PKI tidak ada kaitannya dengan isu – isu tentang Konflik Internal di tubuh TNI pada waktu itu (tahun 1965).
TNI pada waktu itu tidak menyetujui adanya “Angkatan Kelima” yang mempersenjatai Buruh , Petani , Wanita , Rakyat dan Pemuda, dikarenakan angkatan kelima di indikasikan akan melakukan Kudeta kepada Pemerintah RI yang sah.
Kivlan Zein menutup penjelasannya dengan penekanan dan harapan bahwa seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya, dan masyarakat Kediri pada khususnya , tetap dan selalu waspada terhadap kebangkitan ideologi Komunis di Indonesia.
Hubungan dan keterkaitan antara Pemberontakan PKI dengan Pengalihan Ideologi dari Pancasila ke Ideologi Komunis sudah sangat jelas , ditambah penolakan nilai – nilai moralitas agama yang ada dalam AD / ART PKI ( berdasarkan dokumen – dokumen dan pengakuan para pelaku / tokoh PKI ). Tanda – tanda kebangkitan ideologi Komunis di Indonesia sudah nampak , terbukti adanya Forum – Forum yang dilakukan oleh Keluarga Besar eks. Tapol PKI yang ada dimana-mana baik didalam negeri maupun luar negeri dan patut diwaspadai.
Supriyadi Ahmad , selaku Panitia Forum Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama , menambahkan tentang Fakta dan Realitas kejadian , sengaja diputarbalikan oleh oknum – oknum tertentu yang berlatar belakang eks. Tapol PKI maupun keluarga eks. Tapol PKI , yang secara struktural terkomunikasi terbuka / tertutup baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Pihaknya mengumpulkan mantan – mantan saksi sejarah Kanigoro , anggota FKPPI , anggota GMFKPPI , Banser NU serta tokoh – tokoh agama dari Muhammadiyah dan NU untuk mengetahui secara jelas dan tidak terprovokasi oleh berita – berita yang memutar balikan sejarah.
Demikian halnya dengan H. Fanani Sumali selaku Ketua Muhammadiyah Kabupaten Kediri memberi penekanan dan himbauan agar perbedaan latar belakang baik pada Muhammadiyah , NU atau yang lainnya hendaknya jangan dijadikan acuan , tetapi kesepahaman dan kesamaan kepercayaan adanya Tuhan dan keyakinan pada ideologi Pancasila adalah “ Final ”.
Acara yang dihadiri kurang lebih 200 orang tersebut berakhir pukul 17.30 Wib , dilanjutkan dengan buka puasa bersama. (arf)
0 komentar:
Posting Komentar