KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Warga Surabaya diimbau untuk tidak mudah terprovokasi dan menolak segala bentuk kekerasan dan tindakan yang mengatasnamakan agama atau suku. Bahwa kedamaian dan kerukunan umat beragama di Surabaya yang sudah terwujud, harus selalu tetap terjaga.
Imbauan tersebut disampaikan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini di
acara penandatanganan naskah pernyataan sikap bersama dalam rangka menjaga
kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama di Kota Surabaya yang digelar di
area Tugu Pahlawan, Jumat (24/7) siang.
Acara yang digelar untuk memperkuat sinergi dan mengajak umat beragama
Kota Pahlawan agar tidak terbawa emosi dalam menyikapi insiden rusuh
mengatasnamakan agama yang terjadi di Tolikara, Papua pekan lalu ini dihadiri
oleh tokoh agama dan perwakilan umat beragama di Surabaya. Juga hadir dalam
acara tersebut, jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kota Surabaya, Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/instansi, Muspika dan lurah di lingkungan
Pemerintah Kota Surabaya.
“Mari bersama menjaga Surabaya agar tetap aman dan kondusif. Kita adalah
keluarga besar yang harus bergandeng tangan untuk melawan musuh yang
sesungguhnya yakni kebodohan dan kemiskinan. Mari kita tingkatkan tali
persaudaraan sehingga kita bisa maju menjadi bangsa yang besar,” ujar wali kota
dalam sambutannya.
Disampaikan wali kota, dipilihnya kawasan Tugu Pahlawan sebagai tempat
untuk menggelar acar ini bukannya tanpa sebab. Namun, ada maksud mulia untuk
menapakitilasi jejak para pejuang yang pada 70 tahun lalu berjuang bersama demi
meraih kemeredekaan tanpa mementingkan perbedaan agama dan suku. Pesan yang
ingin disampaikan, bila dulu para pendahulu kitabisa bersama-sama berjuang
tanpa menonjolkan perbedaan, maka tidak ada alasan bila generasi sekarang
justru terpecah karena perbedaan.
"Para pejuang bahu-membahu tanpa tahu agama atau suku. Dengan
ketulusan berjuang itu, kita bisa seperti sekarang. Kita tinggal menjaga dan
melanjutkan tanpa perlu khawatir di bom atau ditembaki penjajah. Jadi kalau
kita sekarang justru bentrok karena masalah sepele, itu sama saja kita mundur
70 tahun," tegas wali kota.
Menurut wali kota, perbedaan adalah keniscayaan karena memang Tuhan
menciptakan manusia berbeda satu sama lain. Namun, yang perlu dikedepankan
adalah bagaimana menyatukan perbedaan tanpa perlu ada gesekan.
“Saya berharap, kita bisa menyampaikan kepada masyarakat dan keluarga
untuk tetap meningkatkan persaudaraan. Kalau Surabaya terus aman dan kondusif,
kita nyari rezeki juga gampang,” sambung wali kota.
Sebelum penandatangan naskah tersebut, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat (Bakesbang Linmas) Kota Surabaya, Soemarno membacakan
poin-poin pernyataan sikap bersama. Beberapa poin diantaranya menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah keharusan, bahwa ke-bhineka-an
di Surabaya merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga, bahwa kedamaian dan
kerukunan umat beragama di Surabaya yang sudah terwujud harus selalu tetap
terjaga, juga menolak segala bentuk kekerasan dan tindakan anarkis yang
mengatasnamakan agama.
“Kita juga mengajak kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi,
juga menjaga toleransi kehidupan umat beragama dan saling menghargai kebebasan
beribadah,” ucap Soemarno. (arf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar