KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Kementerian Pertahanan Ditjen Pothan dan Direktorat Bela Negara memberikan Bimbingan Tehnis tentang pembinaan kesadaran Bela Negara bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam meningkatkan kinerja Aparatur Pemerintah. Bertindak sebagai pembicara yaitu Kolonel (L) Edy Yulianto (Kasubdit Lingkungan pekerjaan), Susila Ningrum (Analisa dan Evaluasi subdit Lingja). Bertempat di Kantor Kesbangpol Jl. Putat Jaya No 1 Surabaya.
Pada kesempatan tersebut Kolonel (L) Edy Yulianto dari Ditjen Pothan dan Direktorat Bela Negara menjelaskan tentang Kompleksitas tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia pada era kompetisi global saat ini, terjadinya perselisihan antar bangsa diawali dengan merubah paradigma berpikir dan selanjutnya dapat berdampak pada aspek lainnya dengan memanfaatkan kelemahan dan celah rentannya kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Perkembangan ini menuntut setiap negara harus memiliki suatu strategi pertahanan dalam menghadapinya. Strategi Pertahanan Negara tersebut menjadi sangat penting, mengingat ancaman yang terjadi berada pada semua aspek kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi informasi, yang memiliki kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa, yang dalam konteks pertahanan negara disebut dengan ancaman nirmiliter.
Selain itu Beliau menjelaskan bahwa Negara berdiri berdasarkan kesepakatan politik warganya. Kesepakatan politik itu menjadi jalan menuju terbangunnya soliditas bangsa, yang berkharakter. Kegagalan negara dalam mengelola kesepakatan itu merupakan bagian dari ancaman yang berdimensi nirmiliter, yang dapat mendorong munculnya ketidak puasan terhadap negara. Ketidakpuasan inilah pada dasarnya adalah buah dari berkembangnya ancaman nirmiliter. Ancaman nirmiliter pada hakikatnya menjadi pembuka awal ancaman militer, seperti halnya separatisme.
Sementara itu pengaruh negatif teknologi telah mendorong munculnya ancaman berdimensi global yang dikenal sebagai triple threat (1. Cyber war (Perang Tehnologi Informasi) 2. global warming (Pemanasan Global), 3. terorism (Terorisme). Di saat soliditas bangsa sedang mengalami tantangan akibat globalisasi, triple threat menjadi tantangan bersama bangsa-bangsa di dunia. Dalam kondisi seperti itu tantangan besar bangsa Indonesia saat ini masih berada di wilayah kemandirian yang mengandalkan kejayaan masa lalu.
Bersamaan dengan itu Danrem 084/BJ juga memberikan materi tentang Proxy War/Perang Proxy yang merupakan sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada kehancuran fatal. mengingatkan bahwa secara sadar atau tidak Proxy War telah mulai menyerang dengan merasuki gaya hidup masyarakat Indonesia seperti penyalahgunaan Narkoba, pornografi, tawuran antar pelajar, tawuran antar mahasiswa, perkelahian antar pemuda, konflik antar warga masyarakat, demo anarkhis buruh, pengrusakan fasilitas umum dan obyek vital serta lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.
"Proxy War adalah perang tidak terlihat tapi dapat dirasakan akibatnya, untuk itu para pemuda jangan mudah dibelokkan dan dikuasai oleh unsur-unsur yang dapat merugikan Negara"Pungkasnya. Danrem berharap agar seluruh komponen bangsa segera merapatkan barisan dan menyamakan persepsi untuk tetap mempertahankan keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), percaya pada kemampuan sendiri dalam membangun bangsa, membangun karakter dan citra yang baik, jangan mudah terpengaruh budaya asing dan arus globalisasi serta kritis apabila menemukan sesuatu yang bersifat negatif.
Seminar tersebut diikuti 100 orang ASN dibawah Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Timur serta dilaksanakan selama 2 hari (asmo).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar