Pages - Menu

Halaman

Rabu, 21 Oktober 2015

Swasembada Pangan, Pola Yang Tepat Jamin Hasil Optimal Di Bangkalan

KABARPROGRESIF.COM : (Bangkalan) Dalam rangka meningkatkan Swasembada Pangan di wilayah Kecamatan Burneh, Bangkalan, Babinsa Burneh Kodim 0829/Bangkalan Serda Deny Yuliarso bersama petani Gapoktan, Jiun Abdul, melaksanakan pengecekan tanaman jagung pada lahan seluas 0,71 hektar yang disemai beberapa hari lalu, di Kecamatan Burneh, Bangkalan, Rabu (21/10/2015).

Kegiatan ini merupakan suatu wujud peran serta Babinsa dalam tugas pendampingan guna mendukung dan mensukseskan program Swasembada Pangan untuk membantu masyarakat petani di desa agar dapat keluar dari himpitan ekonomi.

Deny Yuliarso, mengatakan sebagai langkah awal, memilih varietas tanaman jagung yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan bercocok tanam di saat kemarau. Daya adaptasi yang baik sekaligus keunggulan genetis lain, seperti: produktivitas yang tinggi dan ketahanan terhadap hama penyakit, menjadi beberapa kriteria yang harus dipenuhi saat memilih varietas yang tepat.

“Tentunya banyak pilihan varietas di pasaran. Ada yang adaptif di musim kemarau namun rentan terkena penyakit bulai. Ada pula yang tahan penyakit namun kurang adaptif di musim kemarau. Petani tentunya harus bisa memilih varietas jagung yang adaptif di musim kemarau sekaligus tahan terhadap serangan hama penyakit,” ujar Deny Yuliarso yang sebelumnya mengikuti pelatihan.

Kemudian untuk pengolahan lahan, kondisi tanah dan kecukupan air patut menjadi pertimbangannya. Menurut Deny Yuliarso, pada kondisi air yang sangat terbatas, pengolahan dan persiapan lahannya diupayakan agar sifat konservasi tanah terhadap air tidak berkurang.

“Pada tanah ringan dan sedang sebaiknya dilakukan olah tanah minimum. Dimana barisan tanam diolah dan dibuat alur-alur untuk mempermudah kegiatan pengairan,” terang Deny.

Sementara untuk memenuhi kebutuhan air, Deny menganjurkan untuk melihat tanda-tanda yang ditunjukkan oleh tanaman jagung itu sendiri. “Saat kekurangan air, tanaman jagung memiliki mekanisme menggulung daun atau leaf rolling untuk mengurangi laju penguapan. Selain itu, lapisan olah tanah juga pasti tampak kering. Saat inilah perlu dilakukan pengairan,” terangnya.

Patokan pemberian kebutuhan air selanjutnya menurut Deny bisa mengacu pada fase-fase kritis tanaman, yaitu: fase perkecambahan, pembungaan, dan pengisian biji. Yang penting, pada fase-fase tersebut kebutuhan air tanaman jagung harus terpenuhi dengan baik agar pertumbuhan dan hasil akhir tanaman bisa tetap optimal.

Pengairan juga diperlukan sesaat setelah dilakukan pemupukan susulan. Menurut Yustiana, hal ini dimaksudkan untuk melarutkan pupuk yang diberikan, sehingga nutrisinya bisa lebih  mudah diserap tanaman.

“Di beberapa daerah, seperti di Bangkalan, para petani banyak yang melarutkan pupuknya terlebih dahulu dengan air, kemudian baru disiramkan pada pangkal tanaman. Namun ini masih perlu dikaji lagi tentang keefektifan dan efisiensinya,” terang Deny Yuliarso.

Yang juga perlu diantisipasi saat bercocok tanam jagung di musim kemarau adalah keberadaan gulma yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karena, pertumbuhan gulma di musim kemarau relatif lebih cepat.

“Sebaiknya menggunakan herbisida kontak saat tanaman sudah berumur 30 hari setelah tanam atau saat tinggi tanaman mencapai sekitar 50 cm. Penyemprotannya pun juga harus hati-hati, jangan sampai terlalu tinggi agar tidak mengenai pucuk tanaman yang menjadi titik tumbuhnya,” jelas Deny.

Kegiatan ini sangat diharapkan oleh para petani dan agar lebih sering dilaksanakan karena kegiatan ini akan menampung segala aspirasi petani dan apabila ada kendala akan langsung dipecahkan karena langsung dijelaskan oleh PPL dan Mantri Tani. (arf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar