Terus Kobarkan Semangat Perjuangan Arek-arek Suroboyo 10 Nopember 1945 untuk memberantas Korupsi, Terorisme dan Penyalahgunaan Narkoba

Selasa, 24 November 2015

Danrem 082/CPYJ Mantapkan Nasionalisme Koorpri Kab. Mojokerto.

KABARPROGRESIF.COM : (Mojokerto) Dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-44 Korps Pegawai Republik Indonesia ( Koorpri ), serta memaksimalkan momentum penyelenggaraan Pemilu Kada yang akan digelar secara serentak di bumi nusantara pada 9 Desember 2015  yang akan datang, dengan berbagai persoalannya yang menghangatkan situasi politik di wilayah, khususnya Kabupaten Mojokerto, bertempat di Pendopo Graha Maja Tama Kabupaten Mojokerto pada Selasa 24 Nopember 2015 sejak pukul 09.00 wib digelar acara Sarasehan Wawasan Kebangsaan, dengan mengundang Danrem 082/CPYJ Kolonel Inf Irham Waroihan, S.Sos sebagai nara sumber tunggal.

Sarasehan yang diikuti anggota Koorpri  jajaran Kab. Mojokerto, yang juga diikuti oleh anggota Koorpri dari Kodim 0815/Mojokerto dan Polres Mojokerto dengan jumlah sekitar 500-san PNS, digelar atas prakarsa Pemda Kab. Mojokerto, namun karena sesuatu hal yang tidak dapat dihindarkan, sehingga kehadiran Pj Bupati Mojokerto dan Sekda Kab. Mojokerto diwakilkan kepada  Asisten -1 H. Jajuli dan Asisten – 2 Sekda Kab. Mojokerto  Mustain yang bertindak selaku moderator dalam acara tersebut.
H. Jajuli selaku Dewan Pembina Koorpri jajaran Kab. Mojokerto, dalam sambutannya mengatakan bahwa kebesaran bangsa Indonesia telah menjadi daya tarik bagi Negara lain untuk menguasai potensi kekayaan alam Indonesia, memanfaatkan penduduknya sebagai tenaga kerja dengan upah murah, sehingga apabila bangsa Indonesia tidak waspada dan berusaha membentengi diri, tentu suatu saat akan merasa menyesal karena kekayaan alamnya tidak  menjadi miliknya lagi, dan bangsa Indonesia hanya sebagai bangsa pekerja  di negeri sendiri, sementara bangsa lain menjadi pemiliknya.

Sementara Kolonel Inf Irham dalam audiensi Proxy War pada  sesi pertamanya, menyampaikan bahwa dengan harapan agar para anggota Koorpri faham benar tentang berbagai ancaman bagi bangsa Indonesia kedepan, terutama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Dijelaskan olehnya, bahwa Proxy War adalah perang melalui aspek berbangsa dan bernegara, tidak terlihat siapa lawan dan siapa kawan , yang dilakukan oleh Non State Actor, tetapi dikendalikan oleh State, dilatar belakangi oleh Krisis Pangan,  Air dan Energi dunia, dan menjadikan Negara – Negara Khatulistiwa  yang kaya akan sumber daya alam menjadi ajang perebutan termasuk Indonesia.

Karena kekayaan sumber daya alam Indonesia yang berlimpah, menjadikan perebutan Negara – Negara lain yang bakal mengalami krisis untuk menguasainya, sehingga mereka berupaya ciptakan instabilitas di bidang Ipoleksosbudhankam, demi wujudkan rasa ketidakpercayaan warga kepada pemerintah.  

Sehingga banyak kegiatan yang berselimutkan undang – undang kebebasan berserikat dan menyampaikan pendapat dimuka umum, yang dimaanfaatkan oleh sekelompok tertentu untuk mewujudkan tujuannya, seperti maraknya Demo, perkelahian antar kelompok dan antar pelajar, Korupsi, Narkoba, berdirinya LSM – LSM yang mengatas- namakan perjuangan rakyat, menyuarakan kebenaran namun kenyataannya jika diamati hanya untuk kepentingan kelompok tertentu saja, kenakalan remaja dan lain – lain, namun tetap masih banyak kegiatan – kegiatan pemuda yang positif dan selaras dengan Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan NKRI. Mengingat peran Koorpri sangatlah strategis dalam berbagai perubahan, maka Kolonel Irham berharap agar kedepan muncul Warior – warior dalam hadapi Proxy War.

Pada sesi ke dua, Kolonel Irham mengajak Koorpri untuk mewaspadai bangkitnya  Komunisme, bahwa Komunis saat ini sudah bukan lagi menjadi potensi ancaman bagi bangsa dan Negara, namun telah berubah menjadi ancaman nyata, yang dapat dilihat melalui berbagai indikasi dengan maraknya kegiatan – kegiatan pemuda yang tanpa menyadari telah menggunakan atau memamerkan berbagai atribut Komunis.                  

Hal tersebut adalah bagian dari proses cuci otak yang dilakukan kepada para generasi muda agar tidak mempercayai atau tidak meyakini peristiwa G 30 S/PKI, sehingga muncul pemahaman bagi pemuda bahwa peristiwa G 30 S/PKI adalah suatu rekayasa.   Ditegaskan olehnya bahwa pembunuhan berencana terhadap para Jendral TNI – AD adalah fakta nyata kebiadaban PKI yang tak terbantahkan.

Diujung ceramah Kolonel Irham menyampaikan untuk  membangkitkan kesadaran masyarakat dalam mencegah hidupnya kembali komunis melalui diskusi, seminar, penyuluhan, ceramah, kemudian mewaspadai upaya penyusupan ideologi tersebut ke tubuh berbagai komponen bangsa baik pemerintah, TNI/Polri, ormas maupun komponen bangsa lainnya, termasuk dunia pendidikan yang harus senantiasa dididik dan dikembangkan kearah yang lebih baik.        

Kalau Komunis tidak diberantas di Indonesia, ia akan menyebar, menindas dan menggilas siapa saja yang tak sepaham dengan ideologi mereka, seperti yang terjadi di Tiongkok dan Vietnam.     

Modus perjuangan komunisme di Indonesia hingga saat ini tidak pernah bergeser, yakni selalu memanfaatkan isu kemiskinan, ketidak-adilan di bidang sosial, ekonomi dan hukum, serta berupaya menjatuhkan kelompok atau institusi yang dianggap menghambat atau mengancam perjuangannya, pungkas Kolonel Irham di akhir ceramahnya.

Pada sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Asisten-2, Kolonel Irham mendapat masukan dari Bp. Muntoha  UPTD Kec. Trowulan yang menyampaikan bahwa materi tentang G 30 S / PKI sudah tidak diajarkan lagi di sekolah. (arf)

0 komentar:

Posting Komentar