KABARPROGRESIF.COM : (Mojokerto) Dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-44 Korps Pegawai Republik Indonesia ( Koorpri ), serta memaksimalkan momentum penyelenggaraan Pemilu Kada yang akan digelar secara serentak di bumi nusantara pada 9 Desember 2015 yang akan datang, dengan berbagai persoalannya yang menghangatkan situasi politik di wilayah, khususnya Kabupaten Mojokerto, bertempat di Pendopo Graha Maja Tama Kabupaten Mojokerto pada Selasa 24 Nopember 2015 sejak pukul 09.00 wib digelar acara Sarasehan Wawasan Kebangsaan, dengan mengundang Danrem 082/CPYJ Kolonel Inf Irham Waroihan, S.Sos sebagai nara sumber tunggal.
Sarasehan yang diikuti anggota Koorpri
jajaran Kab. Mojokerto, yang juga diikuti oleh anggota Koorpri dari
Kodim 0815/Mojokerto dan Polres Mojokerto dengan jumlah sekitar 500-san PNS,
digelar atas prakarsa Pemda Kab. Mojokerto, namun karena sesuatu hal yang tidak
dapat dihindarkan, sehingga kehadiran Pj Bupati Mojokerto dan Sekda Kab.
Mojokerto diwakilkan kepada Asisten -1
H. Jajuli dan Asisten – 2 Sekda Kab. Mojokerto
Mustain yang bertindak selaku moderator dalam acara tersebut.
H. Jajuli selaku Dewan Pembina Koorpri jajaran Kab. Mojokerto, dalam
sambutannya mengatakan bahwa kebesaran bangsa Indonesia telah menjadi daya
tarik bagi Negara lain untuk menguasai potensi kekayaan alam Indonesia,
memanfaatkan penduduknya sebagai tenaga kerja dengan upah murah, sehingga
apabila bangsa Indonesia tidak waspada dan berusaha membentengi diri, tentu
suatu saat akan merasa menyesal karena kekayaan alamnya tidak menjadi miliknya lagi, dan bangsa Indonesia
hanya sebagai bangsa pekerja di negeri
sendiri, sementara bangsa lain menjadi pemiliknya.
Sementara Kolonel Inf Irham dalam audiensi Proxy War pada sesi pertamanya, menyampaikan bahwa dengan
harapan agar para anggota Koorpri faham benar tentang berbagai ancaman bagi
bangsa Indonesia kedepan, terutama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Dijelaskan olehnya, bahwa Proxy War
adalah perang melalui aspek berbangsa dan bernegara, tidak terlihat siapa lawan
dan siapa kawan , yang dilakukan oleh Non State Actor, tetapi dikendalikan oleh
State, dilatar belakangi oleh Krisis Pangan,
Air dan Energi dunia, dan menjadikan Negara – Negara Khatulistiwa yang kaya akan sumber daya alam menjadi ajang
perebutan termasuk Indonesia.
Karena kekayaan sumber daya alam Indonesia yang berlimpah, menjadikan
perebutan Negara – Negara lain yang bakal mengalami krisis untuk menguasainya,
sehingga mereka berupaya ciptakan instabilitas di bidang Ipoleksosbudhankam,
demi wujudkan rasa ketidakpercayaan warga kepada pemerintah. Sehingga banyak kegiatan yang berselimutkan
undang – undang kebebasan berserikat dan menyampaikan pendapat dimuka umum,
yang dimaanfaatkan oleh sekelompok tertentu untuk mewujudkan tujuannya, seperti
maraknya Demo, perkelahian antar kelompok dan antar pelajar, Korupsi, Narkoba,
berdirinya LSM – LSM yang mengatas- namakan perjuangan rakyat, menyuarakan
kebenaran namun kenyataannya jika diamati hanya untuk kepentingan kelompok
tertentu saja, kenakalan remaja dan lain – lain, namun tetap masih banyak
kegiatan – kegiatan pemuda yang positif dan selaras dengan Pancasila, UUD 1945,
Wawasan Nusantara dan NKRI.
Mengingat peran Koorpri sangatlah strategis dalam berbagai perubahan,
maka Kolonel Irham berharap agar kedepan muncul Warior – warior dalam hadapi
Proxy War.
Pada sesi ke dua, Kolonel Irham mengajak Koorpri untuk mewaspadai
bangkitnya Komunisme, bahwa Komunis saat
ini sudah bukan lagi menjadi potensi ancaman bagi bangsa dan Negara, namun
telah berubah menjadi ancaman nyata, yang dapat dilihat melalui berbagai
indikasi dengan maraknya kegiatan – kegiatan pemuda yang tanpa menyadari telah
menggunakan atau memamerkan berbagai atribut Komunis.
Hal tersebut adalah bagian
dari proses cuci otak yang dilakukan kepada para generasi muda agar tidak
mempercayai atau tidak meyakini peristiwa G 30 S/PKI, sehingga muncul pemahaman
bagi pemuda bahwa peristiwa G 30 S/PKI adalah suatu rekayasa. Ditegaskan olehnya bahwa pembunuhan
berencana terhadap para Jendral TNI – AD adalah fakta nyata kebiadaban PKI yang
tak terbantahkan.
Diujung ceramah Kolonel Irham menyampaikan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat dalam
mencegah hidupnya kembali komunis melalui diskusi, seminar, penyuluhan,
ceramah, kemudian mewaspadai upaya penyusupan ideologi tersebut ke tubuh
berbagai komponen bangsa baik pemerintah, TNI/Polri, ormas maupun komponen
bangsa lainnya, termasuk dunia pendidikan yang harus senantiasa dididik dan
dikembangkan kearah yang lebih baik.
Kalau Komunis tidak diberantas di Indonesia, ia akan menyebar, menindas
dan menggilas siapa saja yang tak sepaham dengan ideologi mereka, seperti yang
terjadi di Tiongkok dan Vietnam. Modus perjuangan komunisme di Indonesia hingga saat ini tidak pernah
bergeser, yakni selalu memanfaatkan isu kemiskinan, ketidak-adilan di bidang
sosial, ekonomi dan hukum, serta berupaya menjatuhkan kelompok atau institusi
yang dianggap menghambat atau mengancam perjuangannya, pungkas Kolonel Irham di
akhir ceramahnya.
Pada sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Asisten-2, Kolonel Irham
mendapat masukan dari Bp. Muntoha UPTD
Kec. Trowulan yang menyampaikan bahwa materi tentang G 30 S / PKI sudah tidak
diajarkan lagi di sekolah. (arf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar