KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Kota Surabaya dengan berbagai macam daya tarik wisatanya, ternyata menjadi perhatian bagi dunia, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Asia Pasifik. Hari ini (19/1), sebanyak 15 wisatawan yang tergabung dalam Tourism Promotion Organization for Asia Pasifik Cities (TPO) (Organisasi Pariwisata se-Asia Pasifik) berkunjung ke Surabaya selama 14 hari lamanya untuk belajar tentang bahasa Indonesia dan budaya yang terdapat di Kota Pahlawan.
Selama 14 hari mereka akan mengunjungi berbagai lokasi wisata seperti kawasan sejarah, pasar rakyat, sentra UKM, hingga kampung Gundih yang keramahannya mendunia. Memasuki hari ketiga, pukul sembilan para wisatawan ini berada di Rumah Bahasa yang ada di Balai Budaya, komplek Balai Pemuda untuk memperdalam bahasa Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Ida Widayati, Kepala Bidang Objek dan Promosi Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Surabaya saat mendampingi para tamu yang berasal dari empat negara di Asean ini.
“Ini kali ke dua mereka belajar bahasa Indonesia di Rumah bahasa, setidaknya ada enam kali lagi pertemuan dengan mentor untuk belajar bahasa Indonesia. Hari ini dan besok seluruh acara akan dipusatkan di Balai Pemuda mulai dari membuat kuliner khas Surabaya hingga membuat kerajinan anyaman yang terbuat dari enceng gondok,” imbuh Ida Widayati.
Ida Widayati menambahkan, mayoritas para wisatawan ini berlatar belakang mahasiswa, dengan usia 19 hingga 22 tahun. Berasal dari negara Korea Selatan, Malaysia, Jepang dan China. Tujuanya mereka adalah untuk memahami bahasa Indonesia dan budaya yang ada di Surabaya .Meskipun mayoritas partispan adalah anak muda, Ms. Jumnam (53) asal Korea Selatan menjadi peserta tur paling tua, juga merupakan salah satu peserta yang paling semangat dibandingkan peserta lainnya.
“Kemarin malam (18/1) para tamu ini diterima oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Surabaya Nurwiyatno di kediaman walikota, dalam kesempatan itu para tamu menikmati kuliner Surabaya seperti rawon dan soto, beberapa dari mereka bahkan bisa menghabiskan dua hingga tiga mangkok makan. Ini bukti bahwa kebudayaan Surabaya berupa kuliner ternyata bisa dinikmati oleh masyarakat dari negara lain,” imbuh perempuan yang ramah dengan wartwan ini.
Tak hanya belajar bahasa Indonesia, para partisipan ini juga diajarkan untuk membuat kuliner Surabaya berupa Klepon. Kudapan ringan yang dibuat dari tepung beras dan berisikan gula merah ternyata tidak asing bagi ChaenYeon Kim (20), partisipan yang berasal dari Korea Selatan ini merasa klepon yang ia buat mirip Dduk/ Tteok (Kue Beras ala Korea Selatan). Nantinya, setelah kembali ke Korea Selatan, ia berencana akan membuat klepon bagi keluarganya.
Mr. JaeDong Cho selaku chef of South Asia TPO menyebutkan, organisasi yang berpusat di Busan, Korea Selatan ini memilih enam kota dari lima negara, yakni Indonesia, Vietnam, Rusia, China, dan Jepang. Surabaya merupakan kota pertama di Indonesia sebagai tuan rumah TPO selama dilakukan survey, Surabaya dinilai paling banyak ragam dan lokasi wisatanya.
“Saya ingin para anggota TPO bisa mengeksplorasi Indonesia, dan hal tersebut dimulai dari Surabaya. Surabaya semua penduduknya ramah, secara fisik penduduk di Surabaya tidak jauh berbeda dengan para anggota TPO, jadi ketika kami memasuki perkampungan para warga tidak merasa asing dan yang terpenting selalu menebar senyum kepada kami,” imbuh pria yang gemar menyantap lumpia ini. (arf)
Rabu, 20 Januari 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar