Sabtu, 17 Desember 2016
- Sabtu, Desember 17, 2016
- progresifonline
- Hankam
- No comments
KABARPROGRESIF.COM : (Jakarta) Gagalnya negosiasi RI dengan Belanda dalam menentukan status wilayah Papua Barat mendorong dikumandangkannya Tri Komando Rakjat (Trikora) oleh Presiden Soekarno (19/12/61). Bersamaan itu pula dibuka Sekolah Intai Para Amphibi KKO AL (SIPAMKO) yang berada di bawah Pusat Pendidikan Amphibi KKO AL.
Dalam rangka Trikora itu pula, pada April 1962 rencananya dilancarkan operasi militer berkode Djajawidjaja. Sejumlah unsur pasukan elit ABRI dilibatkan, tak terkecuali KIPAM. Namun pertempuran hebat tak kunjung pecah. Malah konfrontasi RI dengan Belanda akhirnya dihentikan lewat Kesepakatan New York (18/8/62). Setelah sempat lima bulan in action di Bumi Cendrawasih, satuan KIPAM pun kembali ke markasnya di Surabaya.
Namun baru saja Trikora usai, RI kembali terlibat konfrontasi. Kali ini dengan Federasi Malaja (kini Malaysia) yang diproklamasikan PM Tuanku Abdul Rachman Putra (16/9/63). Presiden Soekarno menuding negara baru ini merupakan proyek kolonialis Inggris. Eksistensi Federasi Malaya juga ditentang oleh Filipina dan kelompok separatis Negara Kalimantan Utara (NKU).
Guna mendukung NKU, Soekarno pun mengumandangkan Dwi Komando Rakjat (Dwikora) dan mengirim para sukarelawan yang berintikan personel ABRI. Satuan KIPAM kembali dilibatkan dalam sejumlah operasi rahasia di wilayah perbatasan dengan Federasi Malaja. Kiprah KIPAM usai tatkala rezim Orde Baru dan Federasi Malaja meneken Kesepakatan Djakarta yang menyudahi konfrontasi tersebut (11/ 8/66). (arf)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar