Senin, 12 Februari 2018
Home »
Metropolis
» Tim Satpol PP Surabaya: dari Kungfu Panda hingga Wiro Sableng
Tim Satpol PP Surabaya: dari Kungfu Panda hingga Wiro Sableng
KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Satuan Polisi Pamong Pjara (Satpol PP) Kota Surabaya memiliki cara unik untuk menghilangkan kesan sangar dan ditakuti oleh warga Kota Surabaya. Salah satunya, mereka membuat tim-tim dengan nama unik yang mudah diingat, tapi tetap tegas dalam penegakan perda.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya Irvan Wadyanto mengatakan hingga saat ini sudah ada 13 tim yang dibentuk untuk menjalankan tugas-tugas Satpol PP yang sangat luas. Tim tersebut memiliki tupoksi dan wilayah kerja yang berbeda-beda. “Satpol itu kan banyak tugasnya. Sedangkan anggotanya sangat terbatas, makanya harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sehingga dibentuklah tim-tim dengan tupoksi masing-masing,” kata Irvan ditemui di ruang kerjanya, Senin (12/2/2018).
Adapun 13 tim Satpol PP Surabaya itu adalah Tim Kungfu Panda yang bertugas melakukan patroli untuk menertibkan reklame illegal. Tim Kombros (kompor ngebros) yang bertugas membantu petugas pemadam kebakaran ketika terjadi kebakaran di Surabaya. Tim Judge Bao yang bertugas sebagai tim eksekutor penindakan di lapangan seperti penindakan penertiban bangunan liar dan PKL yang berjualan tidak pada tempatnya dan penertiban lainnya. Tim Kaypang yang bertugas menjaring gelandangan dan pengemis yang berkeliaran di Surabaya.
Ada pula Tim Segway yang anggotanya semua perempuan Satpol PP dan tugasnya menangani pengamanan ibu-ibu dan anak-anak ketika penertiban berlangsung, tim ini juga memiliki tugas khusus untuk melaksanakan patroli pengawasan pedestrian di sepanjang Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Basuki Rahmat, dan Jalan Embong Malang dengan menggunakan segway. Selanjutnya, ada Tim Undur-Undur yang bertugas mensterilkan jalur pedestrian dari PKL dan tim ini menggunakan kelengkapan bersepatu roda dalam patroli penyisirannya.
Selain itu, ada juga Tim Rembug yang bertugas memberikan penjelasan dan sosialisasi mengenai peraturan daerah pada para PKL dan orang-orang yang menempati bangunan liar sebelum dan saat penertiban. Lalu ada Tim Becak Air yang bertugas melakukan patroli dan pengamanan di sepanjang sungai dan daerah pesisir di Kota Surabaya. Tim Pikachu yang merupakan tim huru-hara Satpol PP Surabaya dan dibentuk pada saat penutupan lokalisasi Dolly. Tim Asuhan Rembulan yang tugasnya menjaga kondusifitas Surabaya, biasanya berpatroli mulai pukul 20.00 hingga pagi.
Selanjutnya, ada Tim Odong-Odong yang tugasnya berpatroli keliling kota dengan menggunakan motor trail untuk menindak segala jenis pelanggaran perda. Dan Tim Pinky Trail yang semua anggotanya perempuan menggunakan trail warna pink dan selalu keliling kota. Dan yang terbaru adalah Tim Wiro Sableng untuk menjaga markas komando dan siap diterjunkan dalam menghadapi segala jenis situasi.
“Diberi nama Wiro Sableng karena tim ini dibentuk pada tanggal 2 Bulan 12 atau Desember, dan ini sama persis dengan tatonya 212 di dada Wiro Sableng,” tegasnya.
Menurut Irvan, pemberian nama-nama itu sebenarnya terinsipirasi dari nama-nama tim di jajaran kepolisian, sehingga ia pun menilai perlu untuk membentuk tim-tim. Namun, karena Satpol PP berhadapan dengan masyarakat, bukan penjahat, maka timnya harus unik dan akrab di telinga warga dan mudah penyebutannya.
“Harapannya, masyarakat melihat tim ini tidak terkesan sangar. Tapi harus sebaliknya, warga melihat tim ini bisa tersenyum, sehingga Satpol PP tidak ditakuti warga, dan harus selalu berkawan dengan warga,” ujarnya.
Irvan juga menjelaskan bahwa penentuan nama-nama tim itu secara spontan. Namun, ada pula penetuan namanya yang disesuaikan dengan latar belakang tim, seperti Kaypang atau partai pengemis. Nama itu disematkan kepada salah satu tim karena tugas mereka adalah merazia gelandangan, pengemis dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Surabaya.
Sementara itu, tim Kungfu Panda disematkan kepada tim penertiban reklame karena komandan tim itu berbadan gemuk seperti Panda. Sedangkan nama Tim Pikachu disematkan kepada tim huru-hara karena dibentuk pada saat penutupan Dolly untuk mengantisipasi keamanan di Dolly.
“Kami sengaja memberi nama itu karena sudah akrab di tengali masyarakat, tidak mungkin kami beri nama huru-hara karena terlalu sangar,” imbuhnya.
Irvan menambahkan, tim-tim itu sudah mendapatkan pelatihan khusus dari tenaga ahli masing-masing sesuai tugasnya. Ia mencontohkan Tim Becak Air yang mendapatkan pelatihan dan keahlian khusus dalam menyelam.
“Jadi, semua tim ini dilatih sesuai dengan tugasnya masing-masing, sehingga apabila ada masalah, tim tertentu yang diprioritaskan, dan yang lain membantu. Meskipun dibentuk bertim-tim, tapi mereka selalu siap bertugas di masalah apapun,” pungkasnya. (arf)
0 komentar:
Posting Komentar