Pages - Menu
▼
▼
Halaman
▼
Pages - Menu
▼
Senin, 22 Oktober 2018
Kapendam V/Brawijaya Bahas Revolusi Industri 4.0 dan Pertahanan Nasional di Unesa
KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Saat ini, pesatnya perkembangan teknologi di Dunia yang memasuki revolusi industri 4.0 menjadi tantangan besar bagi generasi penerus bangsa.
Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) V/Brawijaya, Kolonel Inf Singgih Pambudi Arinto, S. IP, M. M, menyampaikan bahwa revolusi industri di satu sisi akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi. Tapi, disisi lain dengan terintegrasinya mekanisasi, cyber, internet of thinks akan memangkas jumlah tenaga kerja dalam suatu industri.
Dikaitkan dengan bonus demografi yang akan dialami bangsa Indonesia tahun 2020 -2030 ,dimana angkatan usia produktif warga negara akan mencapai 70 % dari seluruh populasi bangsa,maka apabila jumlah angkatan kerja yang demikian besar bila tidak dibekali kualitas yang memadai untuk menghadapi revolusi industri 4.0 maka justru berpotensi menjadi beban bangsa.
“Kita sudah melihat, bagaimana penetrasi internet dan sistem data dalam proses marketing dan distribusi saat ini , kedepan dibutuhkan generasi yang mampu berfikir kreatif dan inovatif sehingga kitabtidak hanya menjadi penonton dalam revolusi industri 4.0,” ujar lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1997, melalui seminar bertemakan Revolusi Industri 4.0 dan Ketahanan Nasional yang digelar di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Surabaya. Minggu, 21 Oktober 2018.
Mantan Wadan Grup-D Paspampres itu menilai, memasuki revolusi industri 4.0 saat ini, generasi muda Indonesia dituntut untuk harus semakin kreatif dalam meningkatkan produktifitasnya dalam persaingan mencari lapangan kerja.
“Kalau tidak dipersiapkan sejak dini, minimnya ketrampilan yang dimiliki generasi muda, justru akan berlaku sebaliknya yaitu menambah tingkat pengangguran akibat belum siap bersaing di era revolusi industri 4.0 saat ini,” ungkapnya.
Tidak hanya itu saja, menurut Kapendam V/Brawijaya, gambaran tentang keterkaitan revolusi industru tersebut, nantinya bakal dihadapkan pada ketahanan nasional.
Dalam perspektif dunia militer, ujar Kolonel Singgih, metode perang yang dikembangkan negara maju saat ini adalah metode perang generasi keempat. Dimana dalam perang generasi keempat ini tidak hanya bertumpu pada kecanggihan alutsista dan profesionalisme prajuritnya saja ,tetapi metode perang ini juga menggunakan segala sumber daya politik,ekonomi terutama sumber daya energi dan berbagai isu internasonal untuk mengalahkan negara lain.
“Musuh juga bisa menggunakan cyber army sebagai aktor untuk mendukung kepentingan nasionalnya, sehingga sulit untuk di deteksi dan di tangkal,” tambahnya.
Kemajuan teknologi itu, tambah Kapendam, dinilai mampu mendestabilisasi suatu kondisi negara. Bahkan, menurutnya, musuh pun tidak perlu lagi harus berhadapan langsung, akan tetapi, musuh bisa menggunakan sarana dunia maya sebagai suatu ancaman yang mampu menggoyang stabilitas negara.
“Seperti penyebaran hoax. Hoax mampu menguasai psikologis suatu kelompok masyarakat agar agar dapat di kontrol, sekaligus di hasut,” terang Kolonel Singgih Pambudi.
Dalam seminar tersebut, dirinya juga melakukan pembedahan buku yang berjudul "Pendekar Nusantara menantang Sun Tzu”. Buku yang ditulis oleh Kolonel Inf Singgih dan Lettu Chk David Tornado tersebut, sudah diterbitkan oleh pihak Gramedia pada bulan Januari 2018, lalu.
“Buku itu berisi berbagai strategi asli Nusantara yang pernah dilaksankan oleh Pendekar-pendekar Nusantara seperti Raden Wijaya, Ken Arok, Pati Gajah Mada dan lain-lain,” kata Kolonel Singgih.
“Strategi itu banyak bersumber dari karya agung hasil olah fikir dan olah yuda yang terdapat dalam berbagai kitab kuno, seperti Kakawin Bharatayudha, Kakawin Arjuna Wiwaha, Kakawin Nitisastra dan lain-lain. Dan ternyata, strategi tersebut masih relevan di aplikasikan sampai saat ini di berbagai sektor kehidupan,” ungkap Kapendam.
Dengan menggali kearifan lokal Nusantara pada zaman keemasan tersebut, menurut Kolonel Singgih, para generasi muda diharapkan mampu menggunakannya sebagai refrensi para ahli strategi dari luar negeri, seperti halnya Sun Tzu, Napoleon, Patton dan lain sebagainya.
“Mereka mengenail keagungan nenek moyang kita. Dalam konteks menghadapi globalisasi saat ini, konsep berfikir Think globally,dan act locally perlu dikembangkan bagi generasi muda kita,” pintanya. (andre)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar