Pages - Menu
▼
▼
Halaman
▼
Pages - Menu
▼
Rabu, 23 Januari 2019
DPC PKB Minta Fandi Utomo Jangan Remehkan Hasil Survey SSC
KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Surabaya meminta Caleg DPR RI sekaligus bakal Calon Wali Kota Surabaya Fandi Utomo tidak menganggap remeh hasil survei yang menyebut elektabilitasnya turun berada di posisi keempat.
" Fandi jangan angap remeh hasil survei. Jadikan survei itu cambuk buat untuk melakukan intropeksi," kata Sekretaris DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Surabaya Mazlan Mansyur, Rabu (23/1).
Menurut Mazlan, jika hasil SSC menyebuk elektabilitas Fandi turun, maka Fandi harus mengatur ulang strateginya lagi supaya apa yang diharapkan bisa diraih.
" Ini bukan berarti mempercayai penuh hasil survei. Tapi tetap jangan mengabaikan hasil survei." ujar Mazlan yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi B DPRD Surabaya ini.
Soal pernyataan Direktur SSC Mochtar W. Oetomo yang menyebut turunnya elektabilitas Fandi dikarenakan salah kalkulasi dan pemetaan dalam kampanye, Mazlan mengatakan tidak selalu benar karena tingkat pemahaman politik masyarakat Surabaya berbeda dengan daerah lain.
" Cuma kalau misalnya untuk menggenjot lagi kinerjanya, pengenalan ke bawah. Insya Allah elektabilitas Fandi akan naik juga." pungkasnya.
Seperti diberitakan SSC menyebut Fandi Utomo bisa terancam gagal sebagai Caleg DPR RI di Pileg 2019 dan Cawali di Pilkada Surabaya 2020 karena dinilai salah kalkulasi dan pemetaan dalam kampanye sehingga mengakibatkan elektabilitasnya turun berada di posisi empat.
Salah kalkulasi dan salah pemetaan "social need" (kebutuhan sosial)-nya ini bisa jadi malah luput kedua-keduanya. Ibarat pepatah jawanya "nguber uceng kelangan deleg" (mengejar sesuatu yang kecil tetapi kehilangan miliknya yang besar).
Maksud dari pepatah Jawa tersebut, yakni kalau ingin dapat "uceng" (ikan tawar kecil) dan deleg (ikan gabus) maka jangan dikejar karena bisa luput keduanya, tapi jaringlah, dengan penempatan jaring yang tepat tempat dan tepat waktu.
Seperti diketahui Fandi Utomo merupakan orang pertama yang jauh-jauh hari yang mensosialisasikan dirinya maju sebagai Cawali Surabaya. Sementara disisi lain Fandi juga sebagai Caleg DPR RI dari Partai Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) daerah pemilihan Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo). Fandi juga pernah menjadi Cawali di Pilkada Surabaya 2010.
Fandi Utomo sebelumnya pernah menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat. Namun karena suatu hal, Partai Demokrat melakukan pergantian antarwaktu (PAW) terhadi Fandi. Mendapati hal itu Fandi kemudian memutuskan pindah ke PKB dan menjadi caleg DPR RI di partai tersebut.
Berdasarkan hasil survei SSC yang dilaksanakan mulai 20-31 Desember 2018 di 31 Kecamatan di Kota Surabaya menyebut elektabilitas Calon Wali Kota Surabaya pada Pilkada Surabaya 2020 untuk urutan pertama adalah Whisnu Sakti Buana dengan perolehan 15.4 persen.
Posisi kedua dan ketiga, secara berurutan adalah Puti Guntur Soekarno dengan 15.1 persen dan Adies Kadir dengan 6.9 persen, Ahmad Dhani dan Armuji berada di posisi keempat dengan perolehan 4.5 persen, Fandi Utomo dengan 4.3 persen dan Arzeti Bilbina dengan 4 persen.
Dengan posisi tersebut maka Fandi Utomo mengalami double agenda. Pada saat bersamaan Fandi sosialisasi untuk Pilkada Surabaya sekaligus untuk Caleg DPR RI. Sehingga semacam ada kerancuan informasi yang diterima publik. Agenda mana sebenarnya yang penting dan utama.
Agar efektif Fandi diharapkan memilih agenda yang terdekat adalah Pileg 2019 tapi yang disoaialisasikan lebih masif malah Pilkada Surabaya 2020. Dua agenda informasi politik dalam waktu bersamaan tentu akan menjadi lebih sulit untuk diterima oleh publik.
Selain itu, kepindahan Fandi dari Partai Demokrat ke PKB sedikit banyak juga berpengaruh menurunya elektabilitas Fandi. Hal ini dikarenakan proses kepindahan Fandi dari Demokrat ke PKB kemudian menjadi caleg dan menggulirkan cawali terjadi dalam tempo yang cepat.
Sehingga publik masih mengingat dengan jelas. Di satu sisi Fandi harus menghadapi dua petahana PKB dalam pencalegannya, di sisi lain ia harus meyakinkan publik dan konstituen PKB bahwa ia layak di PKB dan layak dipilih.
Berikutnya lagi, Fandi harus meyakinkan publik Surabaya bahwa ia layak menjadi wali kota dan sekaligus meyakinkan bahwa kader PKB waktunya menjadi wali kota.
Tentunya ini butuh kerja ekstra luar biasa.
Maka kedepannya Fandi hendaknya tidak mengabaikan kontruksi opini publik yang tengah ia bangun. Sejauh ini pendekatan strukturalnya dalam upaya pemenangan sudah cukup masif dan strategis. (arf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar