KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Usai emak-emak melakukan unjuk rasa mengutuk para penghujat Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.
Kini jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya juga tak tinggal diam atas ulah dari oknum pendukung pasangan calon (paslon) nomer urut 2, Machfud Arifin-Mujiaman.
Pemkot Surabaya melalui Kepala Bakesbangpol Surabaya, Irvan Widyanto mengimbau melalui pesan di WhatsApp yang bertuliskan, camat dan lurah agar memasang baliho di wilayahnya masing-masing.
Pemasangan baliho ini dilakukan sebagai bentuk pembelaan terhadap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
"Ini adalah murni saya pribadi. Dan secara kedinasan, saya adalah anak buah Ibu Wali Kota. Jadi saya juga menangkap keresahan teman-teman semua yang artinya sama perasaannya," kata Irvan, Sabtu (28/11).
Menurut dia, pihaknya bersama rekan-rekan di lingkungan Pemkot Surabaya merasa sakit hati dan resah ketika Wali Kota Risma akan dihancurkan.
"Karena bagaimanpun juga kami ini dibangun sebagai tim oleh Ibu Wali Kota, kami dibangun tim yang dinahkodai Ibu Wali Kota. Ketika Ibu Wali Kota kita kemudian dikata-katain hancur, itu sama saja dengan menghancurkan kami semua," terangnya.
Bagi Irvan, secara pribadi Wali Kota Risma bukan hanya sekadar pemimpin Surabaya atau atasannya.
Namun, dirinya sudah menganggap Tri Rismaharini sebagai ibu kandungnya sendiri.
"Apalagi saya sudah kehilangan ibu saya. Saya sendiri melihat ibu wali kota itu sama seperti ibu kandung saya. Bu Risma semata-mata bukan hanya memberikan tugas kedinasan tapi apa-apa yang disampaikan itu seperti petuah atau pitutur bagi kami," ungkap dia.
Untuk itu ketika Wali Kota Risma dihujat, Irvan merasa tidak terima dan ingin membela wali kota.
Dirinya merasa tidak bisa berdiam diri ketika melihat ibunya dihujat.
"Itu yang membuat kami merasa resah ketika ibu seolah-olah mau dihancurkan seperti itu. Dan jujur saya tidak bisa berdiam diri," tegas dia.
Namun, kata Irvan, ketika Wali Kota Risma mendengar kabar ini, spontan langsung menelepon dan melarangnya.
Bahkan, dia mengaku, Wali Kota Risma juga memarahinya.
"Ketika ibu mendengarkan kabar ini, Jum'at (27/11) sore, beliau (Bu Risma) spontan langsung menelepon saya dan memarahi saya. Jadi saya dimarahi agar supaya tidak meneruskan apa yang saya lakukan. Saya disuruh hentikan," tambahnya.
Menurut Irvan, ketika Wali Kota Risma yang melarang, itu sama dengan perintah yang diberikan ibu kandungnya.
Sehingga dia merasa wajib untuk mentaati perintah itu.
"Bagi saya itu bentuk rasa sayang beliau (Bu Risma) kepada kami semua. Apa yang saya lakukan itu adalah bentuk kecintaan kepada sosok ibu. Kalau ada yang pasang, itu adalah inisiatif warga, karena ibu wali kota juga ibunya warga Kota Surabaya," jelas dia.
Irvan kembali menegaskan telah melarang memasang baliho "Bela Bu Risma".
Apabila masih saja ada yang pasang baliho, maka itu merupakan inisiatif warga.
"Kalau ada warga spontan sudah memasang (Baliho Bela Bu Risma) itu adalah hak mereka. Mungkin warga itu memiliki rasa yang sama kecintaannya kepada ibu wali kota," pungkasnya. (Ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar