KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Poltracking Indonesia baru saja merilis hasil surveinya di Pilkada Surabaya 2020.
Salah satu hasilnya adalah menempatkan calon Wakil Wali Kota (Cawawali) Surabaya, Mujiaman mengungguli popularitas cawawali kompetitornya, Armudji. Angkanya 60,2 persen untuk Mujiaman, dan 59,6 persen untuk Armudji.
Namun hasil survei ini dipertanyakan pengamat sosial politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Andri Arianto.
Menurut dia, tak masuk akal jika popularitas Mujiaman mengalahkan Armudji.
“Pak Armudji sudah lima kali terpilih menjadi wakil rakyat. Empat kali di DPRD Surabaya dan sekarang duduk di DPRD Jatim sebelum maju cawawali. Dia meraih sekitar 136.000 suara khusus untuk Surabaya saja. Jadi sangat aneh jika Pak Armudji kalah populer dibanding Pak Mujiaman di Surabaya,” ujar Andri dikonfirmasi, Senin (2/11/2020).
Apalagi, kata Andri, Mujiaman belum teruji dalam memikat pemilih dan menghimpun suara. Berbeda dengan Armudji yang sudah terbukti sebagai wakil rakyat dengan perolehan 136.000 suara di Surabaya.
Jika berpasangan, Andri mengakui, pasangan calon (paslon) Machfud Arifin-Mujiaman bisa jadi lebih populer dibanding paslon Eri Cahyadi-Armudji karena Machfud Arifin sudah melakukan sosialisasi sejak awal 2019.
Machfud juga jor-joran dalam belanja billboard hingga baliho.
Andri menjelaskan, ada tiga poin dalam popularitas yang dimiliki seseorang. Yakni popularitas positif, popularitas netral, dan popularitas negatif.
Jika popularitas netral, hanya sekadar tahu saja. Sedangkan popularitas positif, mengetahui dengan lebih jauh seperti sepak terjang dan prestasinya.
“Untuk popularitas negatif, masyarakt tahu karena hal-hal negatifnya. Mungkin saja, masyarakat tahu Pak Mujiaman karena banyakya aduan masyarakat saat Pak Mujiaman masih menjabat sebagai Direktur Utama PDAM Surabaya. Kan banyak banget gangguan PDAM, bahkan sering mati sampai berhari-hari. Saat ada gangguan air PDAM, masyarakat pasti akan mengadu ke PDAM. Nah orang yang paling disalahkan ya pucuk pimpinan tertinggi,” ungkapnya.
Seperti diketahui, Poltracking Indonesia telah menyelenggarakan survei pada 19 - 23 Oktober 2020, dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1200 responden dengan margin of error +/- 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Klaster survei ini menjangkau 31 kecamatan di seluruh Kota Surabaya secara proporsional berdasarkan data jumlah populasi pemilih terakhir, sedangkan stratifikasi survei ini adalah proporsi jenis kelamin pemilih. (Ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar