KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Puluhan ibu-ibu Kader Buru Sergap atau Buser Surabaya Hebat dan Kader Surabaya di RW 13, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan kompak mengundurkan diri.
Aksi pengunduran diri ini dilakukan karena para kader merasa keberatan dengan tugas yang diberikan.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mencanangkan perampingan Kader, yang terdiri dari Kader Bumantik, Kader Lingkungan, hingga Kader Kesehatan akan menjadi satu bagian, menjadi Kader Surabaya.
Kemudian, untuk Buser Surabaya Hebat, tiap RT nantinya akan dipilih dari kader yang aktif.
Sehingga, sekitar 45 ribu kader di Kota Pahlawan, 28 ribu diantaranya akan dipilih menjadi Buser Surabaya Hebat.
Tak sepakat dengan kebijakan Wali Kota Surabaya, Ketua PKK RT 07, RW 13 Tatik Ningsih menyatakan, bahwa pihaknya bersama seluruh kader di RW 13, yang selama ini mengabdi kepada masyarakat, sepakat untuk mengundurkan diri dari kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tersebut.
“Dasarnya kami keberatan dengan tugas yang diberikan, dan tidak masuk akal untuk dijalani. Terutama untuk kami yang seorang Ibu Rumah Tangga,” ungkapnya, saat ditemui usai rapat koordinasi dengan seluruh kader di Balai RW 13, Kelurahan Putat Jaya, Senin (28/02/2022) malam.
Padahal, kata Tatik, prosedur lama dengan menggunakan sistem pelaporan kinerja secara manual atau ditulis tangan, lebih memudahkan dalam membuat laporan.
Sehingga, pihaknya merasa kesulitan dan keberatan, dengan kebijakan sistem pelaporan menggunakan aplikasi dan internet.
“Sedangkan ibu ibu rumah tangga, itu tidak canggih dalam penggunaan HP, maupun komputer dengan menggunakan internet. Itu yang membuat kita berat,” jelasnya.
Ia juga menyinggung pernyataan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi untuk yang pembentukan Kader Surabaya dan Buser Surabaya Hebat.
Menurutnya, pemikiran Walikota Surabaya untuk membentuk program tersebut kurang tepat, jika diterapkan kepada ibu rumah tangga.
“Harusnya, kalau Pemkot Surabaya memberikan tugas seperti itu, ya merekrut aja pegawai dengan kualifikasi seperti yang diharapkan pemkot. Jangan dibebankan kepada ibu-ibu rumah tangga seperti kami,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Suci Agus Arianti, Koordinator Kader Bumantik RW 13 berharap, agar kebijakan Walikota Surabaya di kaji ulang dan lebih menyerap aspirasi kader di lapangan.
“Karena tidak hanya RW sini saja, mas. Bahkan kami mendengar, kalau seluruh kader di Surabaya ini banyak yang kecewa, dan banyak yang mundur,” katanya.
Sementara itu Ketua RW 13, Setyowati menegaskan, bahwa seluruh kader di wilayah RW-nya, sudah kompak, dan kinerjanya juga bagus, disaat menggunakan sistem pelaporan dan tugas yang menjadi kebiasaan.
Namun, dengan adanya kebijakan baru dari Pemkot Surabaya, seluruh kader merasa dibebani dengan tugas yang tidak cocok sebagai pekerjaan sosial dari ibu rumah tangga.
“Para ibu-ibu kader tidak begitu paham tentang IT, jadi merasa berat. Sebetulnya, meskipun berat, atau dengan cara yang manual, mereka sudah terbiasa menjalaninya,” ujarnya.
Mengenai perampingan Kader Surabaya dan Buser Surabaya Hebat, pihaknya mengaku kecewa.
Dikarenakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2022 yang sudah disahkan, semestinya sudah mengakomodir insentif para Kader.
“Kalau sudah didok atau disahkan, berarti kan sudah siap untuk dijalankan, tidak perlu kemudian dirampingkan lagi. Tetapi kenyataannya kemudian dikurangi, lalu uangnya mau dikemanakan,” pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar