Para Juara Umum tersebut dinilai sebagai kampung inovasi dalam upaya pengendalian iklim oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia (RI).
Dalam upaya tersebut, RW 09 Kelurahan Rungkut Kidul menciptakan berbagai inovasi.
Diantaranya, Kedai UMKM, RO Air Siap Minum, Embung Taman Prestasi, Kebun Buah Naga, dan Crab House atau Rumah Penggemukan Kepiting.
Sedangkan RW 05 Kelurahan Kedung Baruk berinovasi dalam bidang Kelompok Wanita Tani (KWT), Rumah Kompos, Namira Ecoprint, Bank Sampah, dan Rumah Pompa Polder.
“Kita mendapatkan (Juara) Proklim dari Kementerian LHK, ada beberapa RW yang mendapatkan. Biasanya, kita memanggil RW itu menyerahkan sertifikat yang diberikan Kementerian LHK karena tidak semuanya diberikan Kementerian LHK. Maka, hari ini Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya datang secara bergantian ke RW, menyerahkan secara langsung sambil mengucapkan terima kasih,” kata Wali Kota Eri.
Ia mengaku, Pemkot Surabaya akan terus melakukan pendampingan untuk berbagai program di masing-masing kampung yang telah menjadi Juara Umum Proklim.
Serta, pengembangan Zero Waste. Bahkan, di hadapan Wali Kota Eri Cahyadi, warga RW 09 mengaku mendapat lecutan semangat guyup rukun dan gotong-royong dari ucapan dan pidato Wali Kota Eri Cahyadi.
“Alhamdulillah apa yang saya sampaikan melalui lisan saya, ditangkap oleh beberapa warga, salah satunya di RW 09 ini dan menginspirasi pak RW untuk menjalankan kegiatan UMKM. Seperti yang saya katakan, membangun Surabaya bukan dengan bangunan yang monumental, tetapi saya ingin membangun SDM, untuk mengembalikan budaya Arek Surabaya,” ungkap dia.
Sebab, menurutnya, Negara Indonesia dan Kota Surabaya di masa kini telah menciptakan pahlawan yang menginspirasi untuk merdeka dari kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran.
Ia mencontohkan, ketika di salah satu kampung bisa memenuhi suatu kebutuhan kampung yang lainnya, maka kampung tersebut saling berhubungan.
“Ini yang ingin saya bentuk di Surabaya, bukan bangunan monumental yang (jadi) kenangan-kenang, karena (sudah) ada beberapa RW yang mendapatkan (Juara) Proklim, maka RW yang sudah bergerak bukan hanya proklim, (bisa) menggerakan kampung akan saya munculkan di videotron. Saya juga akan mengumpulkan RW-RW, sehingga akan ada getok tular dan ilmu yang berjalan saling melengkapi,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro mengatakan bahwa Kota Pahlawan memboyong 12 Juara dalam Proklim Tahun 2022.
Yakni, Kelurahan Kebonsari mendapat Trophy Lestari, RW 07 Kelurahan Gunung Anyar Tambak mendapat Trophy Utama, RW 09 Kelurahan Rungkut Kidul mendapat Sertifikat Utama, RW 09 Kelurahan Manukan Kulon mendapat Sertifikat Utama, dan RW 02 Kelurahan Medokan Semampir mendapat Sertifikat Utama.
Selanjutnya, RW 06 Kelurahan Kandangan mendapat Sertifikat Utama, RW 02 Kelurahan Bulak mendapat Sertifikat Utama, RW 09 Kelurahan Gunung Anyar Tambak mendapat Sertifikat Utama, RW 09 Kelurahan Tanah Kali Kedinding mendapat Sertifikat Utama, RW 05 Kelurahan Kedung Baruk mendapat Sertifikat Utama, RW 05 Kelurahan Ketintang mendapat Piagam Madya, RW 12 Kelurahan Medokan Ayu mendapat Piagam Madya.
“Tujuan utamanya untuk mengupayakan pengendalian iklim, tidak hanya lingkungan tetapi juga penunjang lingkungan. Maka, untuk keberlanjutannya nanti, kampung harus diperhatikan karena mereka sudah punya semangat, sarana dan prasarana yang dibutuhkan juga harus dipenuhi. Seperti arahan Wali Kota Eri Cahyadi bahwa mengutamakan Zero Waste. Serta, RW juga harus mendampingi RW lainnya untuk saling menularkan semangat,” kata Hebi.
Ditemui di lokasi yang sama, Ketua RW 09 Kelurahan Rungkut Kidul Kota Surabaya, Surachman mengatakan bahwa sebagai bentuk konsisten dan keberlanjutan dari berbagai inovasi tersebut, pihaknya akan menguatkan manajemen keterbukaan dan kebersamaan.
“Kita sudah memiliki Kelompok Perikanan, Kelompok Pertanian, dan UMKM. Serta, telah membentuk manager, marketing, dan anggaran sudah tertata,” kata Surachman.
Tak hanya itu saja, ia mengaku bahwa budidaya buah naga di RW 09 Kelurahan Rungkut Kidul hingga saat ini telah menghasilkan 3 kuintal hasil panen dari 126 pohon.
Sedangkan untuk pengolahan RO Air Siap Minum, pihaknya mampu menghasilkan 50 galon air setiap harinya.
“Proses airnya di Balai RW, air limbah ditarik dengan pompa dan disaring pasir kuarsa dan karbon aktif. Hasilnya bisa 50 galon dan dinikmati oleh warga. Saya juga tadi menunjukkan hasil laboratorium ITS kepada Pak Wali,” ungkap dia.
Senada dengan Surachman, Yoyok Roy Sanjaya anggota Kawula Muda (KAMU) RW 09 Kelurahan Rungkut yang bertugas menjaga Crab House menjelaskan, bahwa pihaknya melakukan proses penggemukan kepiting yang dilakukan memakan waktu dua minggu hingga setengah bulan dengan menggunakan air payau.
Material yang digunakan, juga menggunakan material bekas seperti 49 jerigen air yang berfungsi sebagai wadah penggemukan kepiting.
“Kami membeli kepiting yang kurus dari nelayan dengan harga Rp. 40.000 per kilogram. Lalu kami lakukan penggemukan dengan hasil jual 20-30 persen dari harga beli. Artinya, sekitar Rp 70.000 - Rp 90.000 harga jual per kilogram,” ungkap Yoyok.
Pada panen pertama sekitar satu setengah bulan yang lalu, Crab House bisa melakukan penggemukan kepiting hingga mencapai 8 kilogram.
“Panen perdana kita makan-makan bersama warga, untuk periode yang ini kami akan mencoba menjual kepada warga,” pungkasnya.