KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Pada momentum peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-730, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan bahwa tahun 2023, prioritas pembangunan akan difokuskan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, utamanya melalui Program Padat Karya dan pemberdayaan UMKM.
Program Padat Karya dijalankan dengan memanfaatkan aset Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dengan memprioritaskan para pekerja dari keluarga miskin yang belum bekerja.
Harapannya produk dari program Padat Karya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh pemkot, untuk tujuan pembangunan Kota Surabaya.
Karenanya, hingga hari ini, telah didirikan 34 Rumah Padat Karya di 14 Kecamatan.
Sampai dengan bulan April 2023, sebanyak 2.822 warga miskin dan pra miskin, telah dilibatkan dalam program Padat Karya, dengan penghasilan tertinggi mencapai Rp 4.463.000 per orang per bulan.
“Alhamdulillah HJKS ini bagaimana menggalakkan guyub rukun dan gotong royong. Serta bagaimana kita menyelesaikan persoalan bangsa dan permasalahan kota, terkait kemiskinan, pengangguran, kematian ibu dan anak, bayi stunting, gizi buruk itu bagaimana diselesaikan dengan gotong royong. Salah satunya adalah meningkatkan pendapatan lewat Padat Karya,” kata Wali Kota Eri usai gelaran resepsi upacara peringatan HJKS ke-730 di Halaman Balai Kota Surabaya, Rabu (31/5).
Ia menjelaskan bahwa program Padat Karya binaan Pemkot Surabaya berbentuk Café, Sentra Menjahit, Laundry, Cuci Kendaraan, Perbaikan Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni), Budi Daya Pertanian dan Peternakan, Rumah Maggot hingga Pembuatan Paving menjadi bukti kuat komitmen kita bersama dalam menurunkan persentase warga miskin dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Surabaya.
"Sehingga saya berikan contoh untuk merubah nasib. Tadi ada testimoni yang meningkatkan pendapatan yang bekerja lewat Padat Karya, yang awalnya Rp 500 ribu menjadi Rp 4 juta, bahkan penghasilan membuat paving mencapai Rp 5-6 juta, dan itu mereka sendiri yang mengatakan,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Pemkot Surabaya mengundang penerima Program Gamis (Keluarga Miskin), yang kini telah bergabung dengan program Padat Karya.
Diantaranya, Dewi Munir penjahit UMKM Benang Emas dari Koperasi Sumber Mulia, Syaiful Anas pembuat paving, dan Fitria yang bergabung dalam usaha Toko Kelontong.
Dalam kesempatan itu, mereka melepaskan diri dari statusnya sebagai kategori Program Gamis dan siap mencopot stiker merah Keluarga Miskin di rumahnya.
Dewi Munir menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Eri dan Wakil Wali Kota (Wawali) Kota Surabaya Armuji yang telah memberikan banyak peluang pendapatan melalui program Padat Karya.
Ia tidak menyangka, dengan mengikuti program Padat Karya, kini ia bisa mendapat Rp4 juta lebih per bulannya.
“Alhamdulillah saya bisa terlepas dari data Keluarga Miskin karena ikut program binaan Pemkot Surabaya. Saya berterima kasih kepada Pak Eri dan Pak Armuji karena warga Surabaya diberikan peluang yang begitu banyak, serta selamat ulang tahun untuk Kota Surabaya,” kata Dewi Munir.
Senada dengan itu, Syaiful Anas warga Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari, Surabaya yang mewakili para pembuat paving mengaku bahwa sebelumnya mengikuti program Padat Karya, ia terpaksa menutup usaha warungnya akibat pandemi COVID-19.
Kini, setelah mengikuti program tersebut, pendapatan yang ia terima mencapai Rp5-6 juta per bulannya.
“Setelah ikut Padat Karya, Alhamdulillah merubah perekonomian dan meningkatnya taraf hidup saya. Semua fasilitas dari Pemkot Surabaya, sekarang penghasilan bisa mencapai Rp5-6 juta per bulan. Terima kasih untuk Pemkot Surabaya dan jajarannya, serta Pak Eri dan Pak Armuji,” kata Syaiful Anas.
Ditemui di lokasi yang sama, Fitria memilih untuk mengelola usaha Toko Kelontong melalui program Padat Karya. Kini pendapatannya mencapai RP 2 juta per bulan. Sebab, sebelumnya hanya mencapai Rp 500 ribu per bulan.
“Alhamdulilah bisa meningkatkan perekonomian keluarga saya. Terima kasih Pak Eri dan Pak Armuji, lewat Toko Kelontong bisa membantu saya keluar dari Keluarga Miskin,” tandas Fitria.