KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Jagat maya ramai-ramai membicarakan tentang Musabaqoh Qiroatul Kutub (MQK) Provinsi Jawa Timur 2023 yang dinilai memalukan.
Pasalnya, serangkaian acara lomba membaca kitab kuning yang digelar oleh Kemenag Jatim itu dinilai amburadul, dan bahkan para pemenang atau para juaranya pulang dengan tangan kosong alias tanpa membawa hadiah.
Mundzir Muhammad, salah satu pengurus pondok pesantren Lirboyo dalam akun twitternya di @Abang_Matt1999 menuliskan bahwa MQK Jatim memalukan.
Ia menceritakan kebobrokan acara tersebut.
“Tiga hari yg lalu, tepatnya senin, tgl 5 Juni 2023 M. kami beserta rombongan berngkat untuk mengikuti MQK (Musabaqoh Qiroatul Kutub) atau lomba baca kitab kuning, yang diadakan oleh Kemenag JATIM, di pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet,” tulisnya, Jum'at (9/6).
Menurutnya, banyak kejanggalan yang mereka temukan di acara sebesar itu, mulai dari seleksi tingkat kota yang tak mau repot dan tak mau rugi, hingga acara di wilayah yang lebih parah lagi, semuanya serba tidak rapi, sistem, sarana prasaranya, dan juknisnya.
“Hingga persoalan yang paling urgen seperti hadiah dan konsumsi, seakan tanpa perencanaan dan pendanaan sedikitpun. Untuk acara yang mengatasnamakan @kemenagjatim, kami rasa sangat tidak layak dan sungguh memalukan instansi besar itu sendiri,” cuitnya.
Postingan itu ditanggapi juga oleh para peserta, pendamping dan nitizen lainnya. Salah satunya disampaikan oleh pendamping kafilah Kediri Shidqi Wafa melalui akun twitter @Shiq_qi99. Menanggapi postingan Mundzir Muhammad, ia nampak lega karena sudah ada yang berani speak up.
“Akhirnya, ada yg speak up juga tentang amburadul dan bobroknya Mqk 2023 tingkat Pemorov Jatim. Saya sendiri diutus oleh pondok untuk mendampingi para peserta kafilah. Saya tahu betul, bagaimana para peserta mempersiapkan agenda ini dengan sungguh-sungguh,” balasnya.
Ia kemudian menceritakan perjuangan anak didiknya itu yang akhirnya harus menelan kekecewaan.
Menurutnya, siang malam mereka latihan bagaimana caranya membaca dan mengkaji kitab dengan baik, mengikuti bimbingan-bimbingan dan sebagainya.
Tapi ternyata, pada saat gelaran MQK, sistem perlombaan sangat amburadul dan tidak sesuai juknis dan technical meeting yang ada.
“Satu fan di marhalah tertentu, sistem dan kebijakannya bisa berbeda jauh dengan fan yang lain. Dan yang bikin geleng-geleng kepala, kebijakan itu sangat tidak menentu dan bisa berubah di tengah2 berjalannya perlombaan,” tulisnya.
Ia mencontohkan dalam juknis dijelaskan bahwa MQK dibagi menjadi dua babak, yaitu Babak Penyisihan dan Babak Final.
Babak penyisihan akan menjaring 6 peserta dengan perolehan nilai terbaik. Dan nanti 6 peserta tersebut akan bertanding di babak final.
Pada hari Selasa 06 Juni, delegasinya dari Fan Tafsir Ulya telah dinyatakan lolos ke final karena perolehan nilai dia berada di peringkat ke-4. Dan final akan dilaksanakan besok paginya, pada hari Rabu 07 Juni 2023.
“Akhirnya, dia semalaman suntuk mempersiapkan pertandingan final melawan lima finalis lainnya. Bahkan, dini hari pukul 03.00 WIB, saya terbangun karena belum shalat Isya’, dan ternyata saya melihat delegasi Fan Tafsir Ulya kami masih belajar kitab Murah Labid. Pagi harinya, berangkatlah kami ke Majelis Lomba. Beberapa saat kami duduk di kursi peserta, datang panitera untuk mengabsen kami. Dan ternyata delegasi kami tidak tertera dalam absen. Spontan kami kaget. Bukannya kemarin kami dinyatakan lolos final?” katanya menunjukkan kekecewaan.
Selanjutnya, ia mengakui bahwa setelah berdebat panjang dengan panitera, ia pun tahu bahwa ternyata salah satu Dewan Hakim bersikeras untuk membatasi finalis menjadi 3 peserta.
“Bisakah kalian bayangkan? Bagaimana perasaan delegasi kami yang diberi harapan menjadi finalis dan mempersiapkan semalaman suntuk, ternyata didiskualifikasi secara mendadak,” ujarnya.
Selain itu, ia memastikan masih banyak sistem perlombaan yang ngawur dan tidak sesuai dengan TM.
Meski dengan sistem demikian, pada akhirnya beberapa dari delegasinya mendapatkan gelar Juara.
Tidak berhenti di sini, setelah juara di seluruh fan dan tingkatan diumumkan. Saat itu, ia sudah merasakan gelagat aneh dari penyelenggara.
Pasalnya, tidak ada piala yang dipajang dan papan simbolis bertuliskan nominal uang hadiah juga tidak terlihat.
“Ternyata setelah itu satu perwakilan dari kami dari seluruh fan diminta maju untuk diberi satu lembar kertas sertifikat (kertas hvs 150 gram) dibungkus map 500 perak yg baru ditulisi spidol, untuk kepentingan dokumentasi. Setelah itu? Ya sudah, acara bubar,” tegasnya.
“Kamipun bertanya-tanya. Apakah betul tidak ada hadiah untuk juara sebagai bentuk apresiasi dari penyelenggara? Apakah acara perlombaan sebesar ini, yang melibatkan ribuan santri dan ratusan pesantren tidak ada hadiah sama sekali? Sungguh di luar nurul, nggak masuk haikal,” tulisnya.
Ia pun mengakui sudah menghubungi sejumlah pihak dan mereka terkesan cuci tangan dan saling melempar tanggung jawab.
Mereka pun semakin curiga dan resah, apalagi ketika mereka melihat gelaran MQK di Provinsi Jawa Barat yang sangat luar biasa apresiasinya.
“Di sini, kami pulang dengan tangan hampa, hanya ada satu carik kertas yang nantinya akan dijadikan bungkus gorengan. Semoga setelah ini ada tindaklanjut,” katanya sambil tag akun twitter Kemenag RI, Menteri Agama, Kemenag Jatim, Pemprov Jatim dan akun Gubernur Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar