KABARPROGRESIF.COM: (Bawean) Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) memberikan pelatihan penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal untuk Tenaga Kesehatan (Nakes) di Pulau Bawean.
Kondisi ini menjadikan Pulau Bawean jauh dari pusat pemerintahan.
Berbagai tantangan terjadi dalam tatanan kehidupannya. Salah satunya adalah peningkatan keterampilan nakes.
Mereka harus menyeberangi lautan untuk mendapatkan paparan ilmu dan pelatihan terbaru.
Tentu hal ini akan mengganggu berjalannya pelayanan kesehatan.
Dr Lestari Sudaryanti dr MKes mengatakan bahwa pelatihan bertujuan untuk memberikan penyegaran keilmuan nakes Pulau Bawean.
“Tujuan kami mengadakan pelatihan ini untuk memberikan penyegaran, update keilmuan penanganan kegawatdaruratan untuk semua nakes di Pulau Bawean,” ujarnya, di RSUD Umar Mas’ud Bawean, Selasa (24/10/2023).
Hal unik dalam pelatihan ini adalah metode yang berjalan. Kebidanan Unair mengusung metode Low Technology High Fidelity (LTHF) serta Interprofessional Collaboration (IPC).
LTHF terpilih agar nakes Pulau Bawean terpapar simulasi gambaran pelayanan kesehatan pada kegawatan maternal dan neonatal.
Sementara IPC akan melatih kemampuan nakes Pulau Bawean dalam melakukan komunikasi.
“LTHF itu akan memberikan gambaran kepada nakes tentang apa yang harus terlaksana saat kegawatdaruratan terjadi. IPC juga nggak kalah pentingnya, apalagi mereka harus bekerja secara tim dalam setiap pelayanan kesehatan,” kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat.
Dr Lestari berharap berlangsungnya pelatihan ini dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Pulau Bawean.
Pemantauan serta pendampingan terus terlaksana meski jarak jauh.
“Setelah pelatihan ini kami harap para nakes saat menghadapi penanganan kegawatan maternal dan neonatal lebih siap, sehingga angka kematian ibu dan bayi bisa menurun. Masalah kematian ibu dan bayi menjadi masalah, karena letak pulau yang harus menyeberangi lautan,” terangnya.
drg Helizzamah, Direktur RSUD Umar Mas’ud Bawean, mengungkapnya kesannya terhadap pelatihan ini.
Ia menuturkan bahwa kedatangan tim pengabdian masyarakat Kebidanan UNAIR menjadi angin segar bagi para nakes.
Ia menceritakan bahwa setiap terjadi kasus serius, pihak rumah sakit harus merujuk menggunakan transportasi kapal.
Nakes harus pandai menentukan waktu yang tepat melakukan rujukan. Kondisi ini membuat pasien dalam risiko yang besar.
“Letak wilayah kami yang merupakan kepulauan, kalau melakukan rujukan lebih lanjut harus menyeberang laut. Pelatihan ini semoga bisa meningkatkan kemampuan nakes, sehingga pasien bisa teratasi dengan baik. Nggak hanya itu saja, pasien yang mendapat rujukan bisa mendapat penanganan lebih dulu dengan baik,” tutur drg Heliz.
Ia berpesan agar pelatihan tidak berhenti begitu saja. drg Heliz berharap bahwa pelatihan-pelatihan lain dari UNAIR dapat terlaksana.
“Semoga pelatihan semacam ini akan berkelanjutan. Karena menurut kami hal ini sangat berarti bagi masyarakat Pulau Bawean,” paparnya.
Lebih lanjut, Dra Hj Aminatun Habibah MPd, Wakil Bupati Gresik, berharap para nakes dapat menyerap pelatihan ini dengan baik.
Ia berharap mereka dapat mengimplementasikannya dengan baik.
“Mudah-mudahan ilmu bisa terserap dengan baik oleh para nakes, sehingga mereka bisa melakukan sendiri saat kondisi gawat darurat. Semoga ilmu tak hanya terserap tapi para nakes bisa menerapkannya,” pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar