Jakarta - KABARPROGRESIF.COM Indonesia bakal mempunyai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Hidrogen (SPBH).
Stasiun berbahan bakar jenis tersebut adalah yang pertama di Indonesia yang dibangun Pertamina.
"Betul (pertama Indonesia)," ucap Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati dalam agenda Groundbreaking Pertamina Hydrogen Refueling Station, Rabu (17/1/2034).
Terletak di SPBU Jelambar, Daan Mogot, Petamburan, Jakarta Barat, Nicke mengatakan bahwa pembangunan SPBU tersebut bakal kelar enam bulan mendatang.
"Ini siap buat customer enam bulan. Itu paling lambat," jelasnya. Kendati demikian, Nicke enggan menjelaskan berama anggaran yang dikeluarkan Pertamina untuk membangun SPBU Hidrogen tersebut.
Nicke menjelaskan bahwa SPBU Hidrogen dibangun sebagai upaya pemerintah untuk mempercepat target realisasi Net Zero Emission pada 2060.
Saat ini, ia menjelaskan sektor dikebut, dan khusus sektor transportasi, pengunaan hidrogen ditarget bisa dimulai secara bertahap pada 2030.
Ia pun menjelaskan bahwa Hidrogen di SPBU berasal dari berbagai sumber seperti panas bumi dan gas, yang merupakan excess gas atau gas berlebih dari operasional Pertamina.
"Untuk mencapai ini kita mendorong banyak opsi. Jadi kita sudah electric vehicle (EV), bioenergi, sekarang kita hidrogen sebagai pelopor. Karena kita punya infrastrukturnya, tinggal di hilirnya saja di SPBU," jelasnya.
Nicke kemudian menuturkan, bahwa bahan bakar hidrogen bakal lebih murah dan efisien jika digunakan.
Di SPBH, waktu pengisiannya diprediksi kurang dari tiga menit. Adapun untuk sekali pengisian, Nicke menjelaskan bahwa jarak tempuh kendaraan hidrogen bisa mencapai 780 kilometer.
Jika dikalkulasi, hal ini berarti pengguna hanya perlu sekali mengisi bensin hidrogen dalam satu bulan.
"Dan itu bisa 780 kilo (jarak tempuhnya) dari rumah ke kantor itu sebulan gak mengisi," sambungnya.
Menurutnya, ekosistem pengembangan bahan bakar hidrogen Indonesia pun bisa digenjot jika Pertamina menggandeng banyak pihak.
Salah satunya adalah Toyota yang diketahui sudah mempunyai beberapa mobil yang menggunakan bahan bakar hidrogen.
Nicke sendiri menjelaskan bahwa pemerintah dalam kebijakan energi nasional telah menetapkan pengunaan hidrogen untuk kendaraan bisa dimulai pada 2030.
Rinciannya, 8,8 juta ton hidrogen oil ekuivalen pada 2040, 22,8 juta ton hidrogen oil ekuivalen pada 2040, dan 35,4 juta ton hidrogen oil ekuivalen pada 2060.
"Dari skala ini cukup challenging tapi saya yakin kita bisa mempercepatnya dengan manufaktur seperti Toyota. Ini bisa kita tercepat," jelasnya.
Pejabat Pertamina Bakal Pakai Mobil Hidrogen.
Dalam keterangan terpisah, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mau mobil dinas jajaran direksi Pertamina berbahan bakar hidrogen.
Ia mengatakan ide ini diusung agar ekosistem kendaraan berbahan bakar hidrogen terbangun di Indonesia.
"Daripada beli alphard baru (harganya) Rp 1,6 miliar kenapa tidak beli (Toyota) Mirai (yang harganya) Rp 1,1 miliar, Rp 1,2 miliar sehingga ekosistemnya terbangun?," ucapnya di agenda Groundbreaking Pertamina Hydrogen Refueling Station, Rabu (17/1/2034).
Ahok menjelaskan bahwa opsi ini bisa dilakukan sebab saat ini sewa kendaraan Pertamina sebentar lagi mau habis, mayoritas umur kendaraan sudah mencapai lima tahun.
Oleh sebab itu, Ahok mengatakan penggunaan mobil hidrogen buat jajaran pertamina merupakan opsi masuk akal.
"Kebetulan umurnya (kendaraan) mau lima tahun semua. Kan kita sewa, mobil itu sewa dari anak perusahaan. Kalau sewa baru kita hidrogen aja. Lebih murah hidrogen," jelasnya.
0 komentar:
Posting Komentar