Surabaya - KABARPROGRESIF.COM Perseteruan pihak sekolah Petra di Jalan Manyar Tirtoasri dengan 3 RW Komplek Perumahan Tompotika memdapat perhatian dari Wali Kita Surabaya Eri Cahyadi.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini akhirnya mempertemuan kedua belah pihak yang bertikai itu untuk dimediasi.
Awalnya terlebih dulu, Wali Kota Eri mendatangi rumah Ketua RW IV Menur Pumpungan, Lulu Lili Aljufri Hasan membahas masalah itu bersama dengan Ketua RW V Manyar Sabrangan, Ketua RW VII Klampis Ngasem, Jubir ketiga RW Perumahan Tompotika, juga bendahara keamanan.
Kedatangan Wali Kota Eri tersebut tak sendirian, Ia ditemani Asisten 1 Sekkota Surabaya Erna Purnawati dan sejumlah Kepala dinas yakni Kasatpol PP, kadispendik dan Dishub Surabaya.
Rombongan tersebut tujuannya untuk memediasi kedua pihak.
Tak lama 'bertamu' di rumah Ketua RW IV Menur Pumpungan, Lulu Lili Aljufri Hasan untuk mendengarkan permasalahan.
Wali Kota Eri lantas menuju ke SMAK Petra 2 Surabaya.
Seperti sebelumnya, pertemuan dengan SMAK Petra 2 Surabaya dilakukan secara tertutup.
Hampir 1 jam lebih, Wali Kota Eri terlihat keluar sekolah tersebut.
Namun ia tak sendirian, beberapa perwakilan pihak sekolah Petra diajaknya ke rumah Ketua RW IV.
Lagi-lagi mediasi bersama dilakukan secara secara tertutup yang berlangsung kurang lebih selama 1 jam.
Usai pertemuanWali Kota Surabaya Eri menyatakan permintaan maaf atas ramainya permasalahan antara pihak sekolah Petra dengan 3 RW di Perumahan Tompotika.
"Jadi saya minta maaf kepada warga. Saya mohon maaf kepada Petra, kepada RW yang kejadian ini sempat menjadi tidak bagus," kata Wali Kota Eri di rumah Ketua RW IV, Senin (5/8).
Tak hanya itu, Wali Kota Eri mengaku jika masalah perseteruan itu ada yang memanfaatkannya.
"Saya juga merasa, bukan saya sendiri, kemarin ada Pak Wawali ke sini ingin menyelesaikan masalah, tapi ada yang masuk dan ingin goreng dan menimbulkan kegaduhan. Saya minta maaf. Karena ditumpangi, saya dan Pak Wawali sama-sama ingin membantu warga menyelesaikan masalah. Tapi semua itu sudah selesai hari ini," tambahnya.
Eri menjelaskan, kesimpulan dari mediasi yang dilakukan, pihak RW tidak ingin ada fitnah.
Di mana saat uang iuran yang masuk sebenarnya untuk kegiatan dan fasum wilayah Tompotika dan sebelumnya bekerja sama dengan sekolah Petra.
Usai permasalahan ini, ketiga RW tidak lagi menarik iuran kepada sekolah Petra.
Sejak bulan Maret 2024, sekolah Petra tidak membayar iuran setelah ada kenaikan dari Rp32 juta menjadi Rp35 juta untuk menaikkan gaji satpam dari Rp2,7 juta menjadi Rp 3 juta.
"RW menyampaikan 'wis sudah pak, agar tidak ada fitnah, saya tidak mau menerima apa pun'," ujarnya.
Sedangkan pihak sekolah Petra, lanjut Eri, meskipun RW sudah tidak menerima apa pun, namun Petra berjanji akan menyelesaikan fasum yang akan menjadi tanggung jawabnya.
"Yang dulu uangnya dititipkan ke RW, sekarang langsung dipegang Petra, langsung didandani sama Petra. Contoh enceng gondok yang ada di sungai depan, selama ini dikerjakan oleh RW sekarang dikerjakan oleh Petra. Itu ketemu. Yang diberikan Petra selama ini yang dilakukan warga. Tapi kan keliru ngomongnya," pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar