Pages - Menu

Pages - Menu

Selasa, 05 November 2024

Tekan TBC, Pemprov Jatim Lakukan Evaluasi Mingguan ke Kabupaten/Kota


Surabaya - KABARPROGRESIF.COM Pemprov Jatim benar-benar serius berupaya menanggulangi penyebaran tuberculosis (TBC) di wilayahnya. 

Bahkan, untuk memantau persebaran penderitanya, melalui Dinkes Jatim, Pemprov Jatim melakukan evaluasi mingguan ke kabupaten dan kota se-Jawa Timur.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Dinkes Provinsi Jawa Timur Dr. Farida Cahyani mengatakan, saat ini sejumlah angka indikator penyebaran TB di Jawa Timur masih cukup tinggi. 

Beberapa di antaranya masih jauh dari target. Misalnya angka estimasi terduga TB, dari sekitar 116 ribuan baru ditemukan sebesar 73 ribuan atau sekitar 62 persen pada akhir Oktober lalu. 

Padahal patokannya adalah 90-95 persen. 

"Kami terus mendorong kabupaten/kota untuk memberikan evaluasi mingguan. Dengan harapan bisa lebih optimal untuk meningkatkan kinerjanya dalam mencegah penularan TB. Karena memang cukup sulit memutus mata rantai penularan penyakit ini,” ungkap Farida, usai membuka Focused Group Disscussion (FGD) Rencana Aksi Daerah (RAD) TB di The Alana Surabaya, Senin (4/11/2024).

Akibatnya, penularan terus terjadi sehingga angkanya sulit menurun. 

Diterangkannya, sebetulnya Dinkes telah berupaya keras mencegah penularan. 

Caranya dengan mencari kontak apabila ditemukan terduga TB dan memastikan bahwa kontaknya tidak sakit atau tidak terinfeksi laten. 

“Seringkali orang-orang di sekitarnya tidak mau diperiksa, padahal bisa jadi ada bakteri yang dalam kondisi ‘tidur’. Lalu saat daya tahan tubuh menurun, bakteri ini menginfeksi dan akhirnya tertular,” ulasnya.

Karena itu, ia menekankan bahwa penanggulangan TBC harus dilakukan dengan kerja sama dari berbagai pihak, lintas sektor, lintas dinas, melibatkan organisasi masyarakat, komunitas. Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Airlangga Profesor Ratna Dwi Wulandari mengatakan, ‘PR’ (pekerjaan rumah) dalam penanggulangan TB cukup banyak.

Selain langkah-langkah yang jumlahnya banyak, seperti kendala teknis penanganan, masih banyak masyarakat yang abai terhadap penularan TB di lingkungannya. 

“Karena dari penularan, muncul gejala, sampai pada kematian pada TB bisa berlangsung berbulan-bulan bahkan tahun, masyarakat sering abai. Berbeda dengan covid 19 yang orang langsung sigap,” ujar wanita yang menjadi fasilitator penyusunan RAD TB Jatim 2025-2026.

Maka memang perlu sinkronisasi langkah berbagai unsur dalam penanggulangan TB. 

Salah satunya dengan penyusunan RAD TB Jatim yang tidak hanya menyentuh tataran teknis medis, akan tetapi juga edukasi masyarakat dengan penyebaran informasi. 

Mulai dari informasi gejala, penularan, pengobatan, sampai pada jaminan sosial kepada penderita.

“Saat ini kita sedang menyusun RAD TB untuk tahun 2025-2026. Hampir seluruh sektor kita libatkan. Ini perlu dilakukan agar langkah kita massif sehingga angka penularan bisa ditekan, angka temuan terduga bisa ditingkatkan, langkah pengobatan bisa dioptimalkan dan jumlah penderitanya menjadi semakin menurun. Kita berharap langkah kita ini bisa menjadi nyata dalam upaya Eliminasi TB 2030,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar