Peristiwa ini tentunya menjadi tanggung jawab kontraktor dan Dinas PU Bina Marga dan Pematusan yang dianggap tidak becus melaksanakan proyek sehingga merugikan rumah warga.
Nyaris ambruknya tiga rumah tersebut memantik reaksi dari Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Menurutnya pihak kontraktor yang mengerjakan proyek itu harus bertanggung jawab kepada korban yang rumahnya hampir roboh. “Kerugianya ditanggung kontraktor. Jadi semua sewa rumah yang saat menjadi tempat tinggal sementara juga menjadi tanggungjawab,” ungkap Walikota
Hal yang sama juga dikatakan M. Fikser, Kabag Humas Pemkot Surabaya, dari hasil pertemuan terakhir dengan dinas terkait, memang menghasilkan keputusan bila kontraktor yang akan menggung semua biaya kerugian warga.“Hasil pertemu-an terakhir dengan dinas terkait kontraktor harus mennggung semua biaya sementara sebelum rumah dibangun kembali. Ini kan proyek dari pusat dan kontraktor sudah ditunjuk oleh Pemkot Surabaya,” kata man-tan Camat Sukolilo ini.
M Machmud, Ketua DPRD Surabaya, menegaskan pihak yang bertanggung jawab harus mengganti karena kesalahan proyek. Pihaknya mengaku sudah berkomunikasi dengan Kepala Dinas PU Bina Marga, Erna Purnawati. “Ya harus dapat ganti dari pemerintah karena ini jelas kesalahan pelaksanaan proyek. Saya kebetulan sudah berkomunikasi dengan warga setempat terkait ganti rugi.” tegasnya.
Sementara anggota Komisi C DPRD Surabaya Syaifuddin Zuhri, sejak awal seharusnya kontraktor, konsultan dan PU harus melakukan analisa tanahnya. Sehingga diperoleh kepastian tentang kekua-tan kontur atau kul-tur tanah di lokasi itu. “Jika dari awal sudah ada analisa atau hitungan teknis terhadap kultur tanahnya, maka bisa dipastikan kekuatannya. Dengan begitu, galiannya pun akan hati-hati,” ujarnya.
Syaifuddin menyebut kontraktor dan Dinas PU Bina Marga mutlak memperhatikan hal itu. Jangan sampai pembangunan untuk masyarakat yang seharusnya menguntungkan, malah merugikan masyarakat itu sendiri. “Kami akan menindaklanjutinya dengan survei ke lokasi. Jika memang tak layak dihuni, maka kita imbau untuk tidak tinggal di rumah itu. Semua harus memperhatikannya,” tandasnya.
Agus Sudarsono menambahkan, Kerugian tak hanya pada rumah namun warga juga mengalami kerugian materi, mereka kehilangan tempat usaha yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian. Hingga saat ini, korban masih belum menerima bantuan dan menunggu janji Pemkot Surabaya untuk membangun rumah mereka kembali. “Jangan hanya menjanjikan ganti rugi rumah dibangun kembali, tapi yang perlu diperhatikan dampak ekonomi yang dialami warga Balongsari saat ini,” ungkap Anggota Komisi C (Pembangunan) DPRD Surabaya.
Menurutnya, meski Pemkot Surabaya berjanji akan membangun kembali rumah itu, tapi waktunya cukup lama yaitu menunggu proyek box culvert di wilayah itu selesai. “Dimana mereka tinggal dan usaha yang mereka lakukan sekarang tutup, itu juga wajib dipikirkan. masih mending kalau mereka punya uang untuk bisa sewa rumah. kalau tak punya uang, mau tinggal dimana?,” ungkap politisi Partai Golkar ini.
Untuk itu, pihaknya menyarankan kalau memang Pemkot Surabaya tidak bisa melakukan ganti rugi dalam waktu dekat, seharusnya bisa mendesak kontraktor yang bertanggung jawab. “Ini kan jelas kesalahan pengerjaan dengan tidak memperhatikan struktur tanah. Seharusnya kontraktor juga ikut bertanggung jawab,” katanya.
Salah satu warga yang rumahnya roboh adalah Maya (35) pemilik rumah di Jl Karangpoh II/16A, terpaksa menempati gubuk bambu tempat dirinya berdagang tak jauh dari rumahnya yang ambruk. Dirinya mengaku hingga saat ini masih sebatas mendapat janji rumahnya akan dibangun lagi. “Ya sampai saat ini belum menerima kompensasi apapun mas. Janjinya nanti akan dibangun lagi, tapi bagaimana nasib saya dan keluarga kalau menunggu proyek box culvert Balongsari selesai. Saya harus sewa rumah dimana, dengan uang apa?,” keluhnya.
Namun Maya mengaku masih beruntung sempat meninggalkan rumahnya sebelum rumah roboh akibat rusak parah. Diceritakannya, waktu itu (21/10) tengah malam dirinya merasakan rumahnya bergetar dan beberapa tembok pecah. Pada saat bersamaan memang ada pengerjaan proyek pengerjaan box culvert “Keesokan harinya saya memutuskan untuk keluar dari rumah bersama keluarga. Saya hanya membawa beberapa potong pakaian saja,” ungkap Maya sembari mengingat kejadian itu.
Untung saja, keputusan itu ternyata membuatnya selamat dari musibah lebih besar. Pasalnya, tak selang beberapa saat tepatnya pada siang hari, lantai rumahnya pecah di beberapa bagian dan posisi rumah bergeser maju ke depan sehingga membuat rumahnya miring dan roboh.“Rumah terus bergerak bergeser lima sentimeter setiap satu menit. Bahkan bagian depan rumah sudah ambles karena kondisi tanah di bawahnya sudah keropos,” ungkapnya.
Kondisi serupa ternyata dialami dua pemilik rumah di sebelah barat, yaitu Janji dengan alamat Jl Karangpoh II/16, dan Su-yatno Jl Karangpoh II/17. Keduanya terpaksa menempati rumah sementara dengan menyewa kontrakan tak jauh dari rumahnya.
Tak hanya itu, pada bulan Juli lalu, pe-ngerjaan proyek disebelah timur juga me-makan korban empat rumah. Bahkan, hingga pengerjaan box culvert dibagian itu sudah dikerjakan, ganti rugi yang dijanjikan juga belum didapat. “Saya sekarang gak bisa berjualan lagi, rumah saya tidak bisa ditempat. Mau sewa tempat juga gak punya dana,” ungkap Saumi Nurhayati.(dbs)