KABARPROGRESIF.COM : Kunjungan Ketua Majelis Permusyawaratan Politik (lembaga setingkat diatas DPRD) Kota Guangzhou, Su Zhija ke balai kota pada Senin sore (2/12) lalu semakin membuka peluang kerjasama yang lebih komprehensif. Agenda khusus yang diusung dalam pertemuan dengan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini tersebut yakni fokus kerjasama di bidang kesehatan.
Sebagian warga Kota Pahlawan mungkin familiar dengan akupuntur, pijat refleksi serta pengobatan menggunakan ramuan herbal. Ya, ketiga tindakan medis tersebut merupakan beberapa contoh teknik pengobatan asal Tiongkok yang berkembang pesat di Indonesia. Dengan dibukanya kesempatan kerjasama ini, diharapkan ke depan masyarakat bisa menikmati layanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Su Zhija mengatakan, pengobatan TCM (traditional chinese medicine) memang banyak diterapkan di berbagai negara. Metode yang sudah diterapkan sejak ribuan tahun lalu terbukti mampu berbicara banyak di tengah perkembangan teknologi modern. Bahkan, menurut Su Zhija, ada beberapa jenis penyakit akut yang sulit disembuhkan, namun dengan metode akupuntur malah membaik.
Oleh karenanya, Su Zhija berharap kerjasama komprehensif di bidang kesehatan ini bisa segera terealisasi. Dia menyatakan pihaknya akan memfasilitasi dokter-dokter Surabaya yang hendak belajar teknik pengobatan di Guangzhou. “Kami akan sediakan pelatihan dan pendampingan bagi para dokter yang belajar di Guangzhou,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan (dinkes) Guangzhou, Chen Yini menambahkan, kerjasama kesehatan tidak akan berjalan searah. Di sisi lain, Dinkes Guangzhou berniat mempelajari penyakit yang banyak berkembang di daerah beriklim tropis, seperti Indonesia. Untuk itu, Kota Guangzhou bakal mengirim tenaga medis untuk menggali informasi di Surabaya.“Kota Surabaya punya banyak kelebihan yang perlu kami pelajari. Diharapakan, hasil pembelajaran dari Surabaya dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan kami di bidang kesehatan,” kata Chen Yini.
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menyambut baik inisiatif kerjasama kesehatan ini. Menurut walikota yang akrab disapa Risma ini, warga Surabaya dengan Guangzhou memiliki banyak kesamaan, baik dari segi budaya maupun kebiasaan. Salah satunya, banyaknya warga Surabaya yang memanfaatkan teknik pengobatan tradisional China. “Saya pun juga rutin melakukan akupuntur karena efeknya pada tubuh sangat terasa,” bebernya.
Risma mengungkapkan, perkembangan akupuntur sudah semakin pesat. Salah satu indikatornya, di Surabaya ada sekolah akupuntur yang punya kerjasama langsung dengan Tiongkok. “Tahun lalu, ada profesor dari Guangzhou yang datang ke akademi akupuntur Surabaya guna memberikan pelatihan,” ujarnya.
Selain kesehatan, walikota berharap kerjasama di sektor yang lain juga bisa ditingkatkan. Di antaranya bidang pariwisata, ekonomi, dan transportasi.
Sementara Kabag Kerjasama Pemkot Surabaya, Ifron Hady, mengatakan, MoU sistercity antara Surabaya dan Guangzhou diteken sejak 2005. Selama ini, beberapa kegiatan konkret yang sudah berjalan antara lain pameran dalam rangka peningkatan ekonomi, pertukaran misi budaya, dan kerjasama pendidikan.
Sekilas tentang Guangzhou. Ibu kota provinsi Guangdong itu memegang peranan penting di bidang transportasi, komunikasi, dan perdagangan di China Selatan. Kota seluas 7.434 kilometer persegi terbagi dalam 10 distrik dan 2 daerah istimewa dengan total penduduk lebih dari 10 juta jiwa. Dari segi ekonomi, Guangzhou meraih predikat kota dengan pertumbuhan ekonomi terbaik ketiga di China. (*/arf)