Delegasi Kitakyushu berada di Surabaya mulai 17-19 Desember 2013. Selama tiga hari tersebut, mereka meninjau sejumlah lokasi. Di antaranya, TPA Benowo, Tugu Pahlawan, Super Depo Sutorejo, Kampung Jambangan, dan kawasan pabrik SIER. Selain itu, rumah kompos juga masuk dalam agenda tempat yang dikunjungi.
Rombongan Kitakyushu dalam lawatan kali ini tak hanya diikuti oleh pemerintahnya saja, melainkan juga dari kalangan pebisnis dan investor. Berdasar data yang dihimpun dari Bagian Kerjasama Pemkot Surabaya, sedikitnya ada 40 perwakilan perusahaan asal Negeri Sakura yang ikut dalam kunjungan ke Surabaya. Tujuannya, untuk melihat perkembangan program pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya. Serta, ada pula yang ingin memantau proyeknya sendiri, seperti Nishihara Corporation yang terlibat kerjasama dengan pemkot untuk urusan pembangunan Superdepo Sutorejo.
Secara khusus, Ketua DPRD Yukihiko Mihara memberi pujian tersendiri terhadap keindahan taman di Surabaya. Menurut dia, salah satu keunggulan ibu kota Provinsi Jawa Timur ini terletak pada banyaknya taman dan zona hijau yang modelnya sangat variatif. “Sejak saya datang, saya melihat taman-taman di sini sangat indah,” puji Mihara saat diterima Walikota Surabaya Tri Rismaharini di balai kota, Kamis (19/12).
Wakil Walikota Kazuhide Umemoto menambahkan, kerjasama green sister city antara Surabaya dengan Kitakyushu tidak hanya bicara masalah sampah. Pihaknya juga siap mendukung Surabaya dalam hal pengelolaan air. Sebagaimana diketahui, kota yang terletak di Perfektur Fukuoka itu berhasil merevitalisasi sungai Murasaki yang dulunya terkontaminasi bahan kimia pabrik, kini menjadi sungai dengan air yang jernih.
Sementara, Walikota Tri Rismaharini menyatakan, kerjasama dengan Kota Kitakyushu memberi dampak positif bagi warga Surabaya. Salah satu contohnya, sejak menjalankan program pembangunan berwawasan lingkungan, sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) menurun dari tahun ke tahun. “Kota juga menjadi lebih indah karena pemanfaatan kompos dari sampah digunakan untuk memupuk tanaman,” ujar Risma, panggilan akrab walikota.
Diakui Risma, Kitakyushu memang sebuah kota yang sudah sangat maju. Terutama dalam bidang teknologi yang ramah lingkungan. “Menurut saya, tidak ada kota lain yang pengelolaan lingkungannya sebaik Kitakyushu. Oleh karenanya, Surabaya sebagai kota yang juga berwawasan lingkungan sangat antusias terhadap kerjasama ini,” katanya.
Pada bagian akhir pertemuan tersebut, pihak Kitakyushu mengungkapkan niatan untuk membangun fasilitas pengelolaan sampah baru. Berdasar rencana, sarana tersebut memiliki daya tampung 150 ton per hari, menyerap 200 tenaga kerja, dan mengurangi sampah hingga 80 persen. “Nantinya, proyek ini akan mengusung konsep baru, yakni memadukan usaha dan bisnis dengan semangat ramah lingkungan,” tutur salah seorang perwakilan perusahaan Jepang. Terkait tawaran ini, Risma menyatakan pihaknya akan membahas lebih lanjut dan menentukan lahan yang tepat agar fasilitas tersebut bisa berjalan efektif.
Kabag Kerjasama Pemkot, Ifron Hady Susanto mengatakan, sejarah kerjasama antar kedua kota sudah terjalin sejak 1999. Kendati demikian, hasilnya masih belum terlalu signifikan. Kemudian, baik Surabaya maupun Kitakyushu mendorong kerjasama fokus pada satu bidang, yakni lingkungan. Selang beberapa tahun, hasilnya mulai bisa dirasakan sampai sekarang. “Dan pada November 2012 lalu, lahirlah MoU Green Sister City sebagai salah satu penanda komitmen kedua kota di bidang lingkungan,” ucap Ifron. (*/arf)