Terus Kobarkan Semangat Perjuangan Arek-arek Suroboyo 10 Nopember 1945 untuk memberantas Korupsi, Terorisme dan Penyalahgunaan Narkoba

Soft Launching Kota Lama, Gelar Sejumlah Paket Wisata

Sejumlah paket wisata digelar Pemkot Surabaya usai soft launching Kota Lama zona Eropa yang berada di kawasan Jalan Rajawali, Krembangan, Surabaya.

Cegah Narkoba di Kalangan ASN dan Pelajar, Pemkot Surabaya Gandeng BNN dan Polisi

Upaya Pemkot Surabaya memberantas Narkoba tak hanya di kalangan pelajar dan masyarakat, tetapi juga Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup pemkot.

Peluang Investasi untuk Pengembangan Eks THR-TRS

Pemkot Surabaya menggandeng Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk mempromosikan proyek peluang investasi di Kota Pahlawan. Diantaranya di kompleks eks Taman Hiburan Rakyat (THR) dan Taman Remaja Surabaya (TRS).

Tekan Laju Inflasi, Pemkot Rutin Gelar Pangan Murah

Untuk menekan laju inflasi agar masyarakat bisa mendapatkan komoditas bahan pangan dengan lebih murah, Pemkot Surabaya rutin menggulirkan program Gerakan Pangan Murah setiap bulan.

Pemkot Surabaya Komitmen Amankan Aset yang Dikuasai Pihak Ketiga

Berbagai upaya strategis terus dilakukan Pemkot Surabaya untuk memastikan aset daerah dapat dimanfaatkan secara optimal demi kepentingan warga dan pemerintah.

Senin, 21 Juli 2014

Dorong Warga Tertarik Pada Laut, Surabaya Segera Punya SMK Kelautan


KABARPROGRESIF.COM : Sebagai bangsa bahari, warga Kota Surabaya diharapkan agar lebih tertarik kepada laut. Tidak hanya dengan menjadi taruna dan taruni di Akademi Angkatan Laut (AAL) Surabaya, tetapi juga memaksimalkan potensi laut yang selama ini belum tergarap.  Pesan tersebut disampaikan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini ketika menerima taruna dan taruni AAL sebagai warga baru Kota Surabaya di Balai Kota Surabaya, Minggu (20/7).

Ada 100 orang taruna angkatan 62 yang akan menjalani pendidikan di AAL di Kota Surabaya yang kemarin diterima walikota. Kebanyakan mereka berasal dari Surabaya, Malang, Jakarta dan juga dari luar pulau Jawa seperti Papua dan Maluku. Dari jumlah tersebut, 90 orang merupakan taruna dan 10 orang adalah taruni. Mereka didampingi Wakil Gubernur AAL, Laksamana Pertama TNI Dedy Yulianto.

“Semoga kehadiran para taruna dan taruni ini mendorong anak-anak Surabaya lebih tertarik kepada laut. Bukan hanya diangkat menjadi AAL, tapi juga jadi pelaut. Sebab, banyak potensi dan kekayaan laut yang bisa dimaksimalkan,” jelas Walikota Tri Rismaharini.

Untuk lebih mendorong kecintaan anak-anak Surabaya pada laut, walikota menyebut di Surabaya akan segera memiliki SMK Kelautan. Selama ini, Pemkot Surabaya sudah memberikan beasiswa kepada para siswa-siswi d Surabaya untuk masuk ke SMK Pelayaran untuk menjadi nahkoda, pengarah kapal termasuk juga teknik perkapalan.

“Saya pengennya didirikan juga SMK Kelautan. Rencananya tahun ini mulai dibangun. Lokasinya di Balas Klumprik. Itu lebih fokus pada tekologi kelautan meliputi pascapanen laut, olahan hasil laut karena lautan kita sangat kaya. Sayang sekali kalau diambil bangsa lain karena kita tidak bisa mengolahnya,” ujar walikota.

Dalam kesempatan tersebut, Walikota Tri Rismaharini mengatakan, Kota Surabaya relatif terbuka bagi semua etnis. Faktanya, ada banyak etnis yang bisa hidup rukun berdampingan dengan warga asli Surabaya. Bahkan, itu harmoni itu sudah terjalin sejak era Bung Tomo memimpin arek-arek Suroboyo dan juga orang-orang dari luar Surabaya untuk bertempur melawan sekutu pada November 1945 silam. “Jadi tidak usah canggung, di Surabaya ada banyak warga yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia,” kata walikota.

Walikota yang telah membawa Surabaya meraih banyak prestasi tingkat nasional dan internasional ini juga mempersilahkan para taruna dan taruni untuk bisa senyaman mungkin di Kota Pahlawan. Menurut walikota, ada banyak fasilitas di Surabaya yang bisa dimaksimalkan taruna dan taruni. Diantaranya taman-taman kota yang dilengkapi fasilitas free wi-fi. Juga ada Rumah Bahasa di kompleks Balai Pemuda di mana para taruna-taruni bisa belajar berbagai bahasa asing mulai bahasa Inggris, Prancis, Mandarin, Jepang dan Jerman. Juga ada fasilitas climbing dan wisata mangrove. “Kalau mau latihan dayung juga sudah ada lawan tandingnya. Di Surabaya, siswa-siswi SMA/SMK punya tim dayung dan rutin berlatih,” jelas walikota.

Kepada para taruna dan taruni AAL tersebut, walikota juga berpesan agar mereka bisa menyelesaikan pendidikan hingga lulus. “Memang berat, mental nya harus kuat. Apalagi nanti jarang melihat daratan. Karena itu saya pesan harus bisa sampai lulus,” pesan walikota.

Sementara Wakil Gubernur Akademi Angkatan Laut, Laksamana Pertama Dedy Yulianto mengatakan, AAL memiliki komitmen tinggi dalam mencetak generasi masa depan yang handal. Harapannya, setelah melalui proses penggemblegan dan lulus, taruna dan taruni tampil menjadi generasi yang memiliki leadership, komitmen dan interkonesivitas. “Harapan kami, AAL mampu memberikan kontribusi, tidak hanya dalam skala nasional tetapi juga skala global sehingga kita mampu sejajar dengan bangsa-bangsa maju,” ujar Dedy Yulianto.

Dikatakan Dedy Yulianto yang didampingi Komandan Resimen AAL, Kolonel Marinir Bambang Sutrisno dan Sekretaris Lembaga AAL, Kolonel MArinir RM Trusoro, selama ini, AAL telah melakuka berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas AAL sehingga menjadi berkelas dunia. Diantaranya melengkapi sarana dan prasarana di AAL seperti simulasi anjungan kapal, membuat smart class. “Termasuk juga melengkapi sarana akomodasi taruna dan taruni,” sambung Dedy.

Selain itu, AAL juga mengembangkan kerja sama di bidang pendidikan melalui sinergi dengan beberapa perguruan tinggi seperti ITS, Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya Malang. Salah satunya dengan membuka diskusi-diskusi bahasa inggris. “Kami juga mengikuti konferensi taruna internasional di Jepang,” jelas Dedy.

Setelah saling beramah tamah, Walikota Surabaya dan Wakil Gubernur AAL kemudian saling bertukar cinderamata dilanjutkan foto bersama dengan 100 taruna dan taruni AAL.(*/arf)

Sabtu, 19 Juli 2014

Kota Surabaya Raih Predikat Kepatuhan Pelayanan Publik dari Ombudsman RI


KABARPROGRESIF.COM : Lembaga negara pengawas pelayanan publik, Ombudsman RI, memberikan predikat kepatuhan terhadap UU Pelayanan Publik kepada 78 instansi negara. Para penerima penghargaan tersebut terdiri atas 17 kementerian, 12 lembaga negara, 21 pemerintah provinsi dan 26 pemerintah kota. Nah, Surabaya merupakan salah satu di antaranya.

Walikota Surabaya Tri Rismaharini menerima penghargaan tersebut secara langsung dari Menkopolhukam Djoko Suyanto yang didampingi Ketua Ombudsman RI Danang Girindrawardana pada Jumat lalu (18/7) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Berdasar surat Ombudsman RI nomor 710/ORI-Srt/VII/2014 disebutkan, ada 14 SKPD di Kota Surabaya yang masuk dalam zona hijau. Yakni, dinas cipta karya dan tata ruang (DCKTR), dinas PU bina marga, unit pelayanan terpadu satu atap (UPTSA), administrasi kependudukan pada dispendukcapil, pelayanan rumah sakit RSUD dr. Soewandhie, perizinan dinas kesehatan, dan dinas pendapatan dan pengelolaan keuangan (DPPK).

Di samping itu, badan lingkungan hidup (BLH), dinas pengelolaan bangunan dan tanah (DPBT), PDAM Surya Sembada, badan kepegawaian dan diklat (BKD), dinas sosial, bakesbanglinmas, dan dinas pendidikan.

Artinya, SKPD-SKPD tersebut dinilai memiliki standar kepatuhan tinggi terhadap UU 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Sebagaimana tertuang dalam pasal 15 dan bab V UU tersebut, bahwa sebuah unit layanan harus menyampaikan informasi, di antaranya mengenai kejelasan waktu, prosedur, persyaratan dan biaya layanan.

Adapun proses penilaian yang dilakukan Ombudsman menggunakan metode obsrevasi tanpa pemberitahuan dan mengikuti standar kode etik Ombudsman.

Danang Girindrawardana mengatakan, penyampaian predikat kepatuhan ini merupakan salah satu bentuk apresiasi atas usaha peningkatan kualitas pelayanan publik di tingkat unit layanan. Penganugerahan ini sekaligus juga memperingati lima tahun kelahiran UU 25/2009 Tentang Pelayanan Publik.

“Sudah saatnya birokrasi kita menjadi birokrasi yang turun tangan untuk menggiatkan peningkatan kualitas pelayanan publik," terang Danang.

Pada kesempatan itu, Tri Rismaharini menyampaikan, Pemkot Surabaya terus berupaya membuat pelayanan publik semakin praktis dan efisien. Salah satu wujud konkretnya yakni melalui sistem perizinan online Surabaya Single Window (SSW). Melalui SSW, pemohon dapat mengakses perizinan kapan pun dan dimana pun. Di samping itu, pemrosesan berkas perizinan kini lebih praktis karena segala sesuatunya serba elektronik. “Sebelumnya, dengan sistem manual, prosesnya jauh lebih panjang dan ribet. Tapi, kini tidak lagi. Masyarakat juga dapat memantau berkas perizinannya sudah sejauh mana,” katanya.

Risma mengungkapkan, kunci sukses Surabaya terletak pada pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan publik. Hal itu diakui sangat membantu ditengah keterbatasan jumlah pegawai negeri di Pemkot Surabaya. “Rata-rata pegawai yang pensiun tiap tahunnya 800 orang. Sedangkan, tahun lalu pegawai baru yang masuk hanya sekitar 300-an orang. Kalau tidak memanfaatkan teknologi informasi kami sadar akan kerepotan. Makanya, sekarang semua serba elektronik,” ujar mantan kepala Bappeko Surabaya ini.

Dia berharap, dengan diraihnya predikat kepatuhan ini, ke depan akan terus lahir inovasi-inovasi demi memudahkan masyarakat. Risma juga menginginkan para abdi masyarakat tidak cepat puas. Sebaliknya, mereka harus terus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.(*/arf)

Jumat, 18 Juli 2014

Wilayah Eks-Lokalisasi Terbukti Tertinggi Penderita HIV/AIDS



KABARPROGRESIF.COM : Beberapa kawasan di Kota Surabaya yang sebelumnya berdiri tempat-tempat lokalisasi, menjadi kantong-kantong (sumber) kemunculan penyakit HIV/AIDS. Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menunjukkan, angka kasus HIV/AIDS di beberapa kawasan di Surabaya seperti Benowo, Krembangan, Pabean Cantikan, Sawahan, dan Wonokromo cukup tinggi. Sebelumnya, di kawasan tersebut berdiri lokalisasi atau karena berdekatan dengan lokalisasi. Lokalisasi tersebut kemudian dialihfungsikan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

“Kasus HIV/AIDS banyak ditemukan di kawasan tersebut dikarenakan dampak dari keberadaan lokalisasi. Selain itu, di kawasan itu juga terdapat hot spot seperti tempat hiburan. Di kawasan lain seperti Gubeng, Sukolilo dan Rungkut juga ada, tetapi tidak sebesar di daerah tersebut,” jelas dr. Mira Novia M.Kes, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Kota Surabaya dalam jumpa pers di kantor Bagian Humas Pemkot Surabaya, Kamis (17/7).

Dijelaskan Mira, keberadaan kantong-kantong berupa lokalisasi dan hot spot itulah yang membuat angka penderita  HIV/AIDS di Surabaya lumayan tinggi. Berdasarkan data Dinkes, selama periode Januari hingga Mei 2014, ditemukan 281 kasus dengan rincian 171 HIV dan 110 AIDS.  Ironisnya, jumlah penderitanya didominasi oleh mereka yang berusia produktif. Untuk tahun 2013 lalu, di Surabaya ada 754 kasus dengan rincian 501 HIV dan 253 AIDS. Sementara di tahun 2012, ditemukan 752 kasus dengan rincian 418 kasus HIV dan 300 AIDS. Keberadaan Puskesmas di Surabaya yang dilengkapi Voluntary Counseling Test (VCT) membuat keberadaan penderita HIV/AIDS bisa cepat terdeteksi.

“Dengan lokalisasi di Surabaya sudah ditutup, harapan kami angka ini bisa terus menurun. Sebenarnya warga Surabaya nya ndak banyak. Yang banyak itu warga dari luar Surabaya. Tapi, untuk penanganannya kan, kita tidak melihat darimana mereka berasal,” sambung Mira.

Pemkot Surabaya sudah melakukan upaya pro aktif untuk menangani masalah ini. Ketika di Surabaya masih berdiri lokalisasi, Dinkes sudah melakukan upaya penyuluhan kepada para pekerja seks komersial (PSK) maupun warga terdampak. Berawal dari penyuluhan, ada beberapa dari mereka yang kemudian bersedia memeriksakan diri. “

Pascapenutupan lokalisasi, Mira mengatakan bahwa Dinkes Kota Surabaya memeriksa 486 orang PSK. Dari jumlah tersebut, sebanyak 45 orang diketahui positif. Tetapi tidak semuanya penderita baru. Sebagian adalah penderita lama. Mereka kebanyakan berasal dari luar kota seperti Bandung, Indramayu, Malang dan Jember.  “Ada wisma yang tidak berkenan (diperiksa) karena beralasan memiliki dokter sendiri,” ujarnya.

Untuk penanganan, selain berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi Jatim, Dinkes Kota Surabaya juga menyurati Dinkes tempat tinggal para PSK tersebut berdasarkan Kartu Tempat Tinggal (KTP). Dinkes Kota Surabaya juga bekerja sama dengan lintas sektor untuk memperkuat upaya pencegahan penularan HIV/AIDS. “Kami bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kota Surabaya untuk melakukan pemeriksaan di tempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat transaksi seks. Termasuk juga bekerja sama dengan LSM untuk masuk ke komunitas yang berisiko,” sambung Mira.

Sementara dr. Ita Puspita Dewi, SpKK dari RSUD Soewandhi menambahkan, orang yang mengidap HIV, secara kasat mata tidak terlihat sakit. Sebab, mereka bisa beraktivitas normal. Mereka baru terlihat sakit ketika dilakukan pemeriksaan. Dijelaskan Ita, sejak tahun 2005, pihaknya sudah mobile ke titik-titik yang berisiko seperti misalnya panti pijat.

“Seluruh ibu hamil di Surabaya juga harus dilakukan pemeriksaan HIV. Ini untuk pemutusan dini supaya bayinya tidak ikut terkena. Termasuk di 62 Puskemas di Surabaya, ibu hamil pertama kali dites HIV. Sebab, penularan HIV ke anak bisa melalui asupan makanan. Makanya, bila ditemukan, kami kemudian melakukan terapi untuk memperkuat imun ke ibunya sehingga virusnya bisa tertekan,” jelas Ita.

Selain masalah HIV/AIDS, kawasan bekas lokalisasi ternyata juga menjadi prioritas untuk dilakukan  rehabilitasi. Ini karena angka penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit karena lingkungan, cukup tinggi. Mira Novia, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Kota Surabaya mencontohkan angka penyakit di Kelurahan Putat Jaya yang merupakan kawasan lokalisasi Dolly. Dari data yang ada dari Januari-Juli 2014, penyakit berbasis lingkungan seperti demam berdarah, diare, ispa cukup tinggi. Untuk DBD ada 21 kasus, diare ada 476 kasus. Sementara untuk penyakit menular seperti TBC ada 25 kasus.

“Dengan ditutupnya lokalisasi, yang kita harapkan menurun adalah penyakit menular langsung. Untuk penyakit berbasis lingkungan kan bisa turun kalau ada kesadaran warganya terkait perilaku. Makanya, Dinkes akan melakukan intervensi dengan terus melakukan edukasi,” imbuh Mira.(*/arf)

Belajar Tingkatkan Kualitas Pendidikan dari Korea Selatan


KABARPROGRESIF.COM : Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 tinggal menghitung bulan. Guna menghadapi era perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara tersebut, Pemkot Surabaya memutuskan untuk fokus pada pembenahan sumber daya manusia (SDM) agar mampu bersaing. Banyak cara telah dilakukan, salah satunya dengan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah.

Nah, upgrade mutu pendidikan tersebut diimplementasikan dalam bentuk pengiriman guru dan siswa ke luar negeri. Tujuannya, agar wawasan mereka tentang dunia pendidikan lebih baik. Korea Selatan (Korsel), dalam hal ini dipandang sebagai suatu negara yang maju pendidikannya. Oleh karenanya, kerjasama sistercity antara Surabaya dengan Busan telah mengerucut ke sektor kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Bahkan, kerjasama yang terjalin tidak hanya antara pemerintah dengan pemerintah, namun juga antar sekolah dan perguruan tinggi.

“Korsel merupakan negara yang paling pas dijadikan kiblat untuk belajar tentang kemajuan sektor pendidikan. Itu karena meskipun telah maju di segala bidang, Korsel tetap melestarikan budaya lokal. Sehingga manusianya tidak menjadi seperti robot yang didikte oleh kemajuan teknologi,” ujar Walikota Surabaya Tri Rismaharini saat menerima kunjungan petinggi Dong-Eui University Lee Gyeong Gyu di balai kota, Kamis (17/7).

Risma mengatakan, adapun pengiriman guru dan siswa Surabaya ke Busan tiap tahunnya adalah untuk mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan. Harus diakui, bahwa Busan memang lebih maju ketimbang Kota Pahlawan. Dalam kegiatan belajar-mengajarnya, para siswa sudah dikenalkan dengan pemanfaatan teknologi informasi sejak usia dini. Tak heran jika Korsel kini menjelma menjadi raksasa produsen alat-alat elektronik terkemuka di dunia.

Di samping itu, konsep pembelajaran di sekolah-sekolah di Negeri Ginseng sudah mengarah pada dunia usaha. Jadi, para pelajar di Korsel sudah akrab dengan iklim wirausaha sejak masih mengenyam pelajaran di bangku sekolah. Dengan demikian, ketika lulus mereka semua sudah siap. “Hal itulah yang ingin kami terapkan secara optimal di Surabaya. Dengan kualitas SDM yang mumpuni, kami yakin bisa bersaing dengan negara-negara lain. Hanya itu cara bagi bangsa ini bisa maju dan lebih baik,” kata walikota.

Sebagai informasi, pekan depan sebanyak 20 guru akan diberangkatkan ke Busan untuk menimba ilmu di Dong-Eui University. Tahun ini Pemkot Surabaya mengagendakan pelatihan di Busan untuk 70 tenaga pendidik, meliputi guru SMP, SMA/SMK serta beberapa kepala sekolah. “Pemberangkatannya kemungkinan akan dibagi dalam tiga gelombang,” kata Ifron Hady Susanto, Kabag Kerjasama Pemkot Surabaya.

Ifron menyatakan, selama di Busan para guru tersebut tidak hanya melulu belajar masalah pendidikan. Mereka juga akan diajak berkunjung ke pasar-pasar, pusat kesenian dan olahraga. Hal itu bertujuan agar delegasi pendidikan Surabaya mendapat informasi yang menyeluruh tentang kemajuan suatu bangsa dari sudut pandang SDM.

Bahkan, Ifron menyebut, sesuai instruksi walikota bahwa selama berada di Busan, para guru diwajibkan menggunakan sarana transportasi publik seperti kererta, bus dan subway. Harapannya, mereka bisa menyampaikan pentingnya pemanfaatan transportasi publik kepada para siswanya. Serta, yang lebih penting memahami konsep fasilitas umum. “Jadi, pembelajaran selama di Busan akan dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif,” sambung dia.

Berdasar evaluasi program pengiriman tenaga pendidik tahun lalu, dapat diketahui bahwa beberapa sekolah sudah mulai menerapkan sejumlah disiplin yang didapat dari Busan. Misalnya, pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan belajar-mengajar serta optimalisasi program sekolah dengan wawasan dunia usaha.

Sementara, Lee Gyeong Gyu yang hadir didampingi Vice Director Dong-Eui University Youngmi Jung dan pengusaha asal Korsel Lee Kyeong Youn memprediksi, dalam 10 tahun mendatang Surabaya berpotensi menjelma menjadi kota maju di bidang teknologi. Hal itu bisa terjadi karena saat ini pemerintahnya fokus pada pembenahan SDM.

Gyeong Gyu mengatakan, kalau sekarang Korsel bisa menjadi negara maju itu dikarenakan faktor edukasi. Jadi, pendidikan-lah yang menjadi rahasia sukses Korsel saat ini.

Soal para guru Surabaya yang diutus ke Busan, menurut Gyeong Gyu sejauh ini program tersebut berjalan lancar. Sama sekali tidak ada masalah berarti. “Malah, mereka antusias bertanya dan menggali pelajaran dari materi yang diberikan. Itu membuat kami senang dan semangat,” kata Gyong Gyu dalam Bahasa Korea yang lantas diterjemahkan oleh Lee Kyeong Youn.

Youngmi Jung menambahkan, sedikit kendala yang mungkin dihadapi oleh delegasi Surabaya saat berada di Busan yakni perbedaan kultur dan iklim. Sebagaimana diketahui, saat musim dingin suhu udara di Busan bisa sangat ekstrem yakni mencapai minus 7 derajat celcius. Sedangkan faktor bahasa tidak jadi soal karena ada penterjemah khusus yang mendampingi para guru asal Surabaya. Disamping, guru-guru yang dikirim sudah banyak yang mahir berbahasa Inggris.(*/arf)

Rabu, 16 Juli 2014

Surabaya dan Tangsel Tanda Tangani Kerjasama Jaringan Lintas Perkotaan



KABARPROGRESIF.COM : Sistem hubungan antar kota terus dikembangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Terbaru, Kota Pahlawan menjalin kerjasama dengan Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Nota kesepakatan bersama tentang kerjasama jaringan lintas perkotaan ditandatangani Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany di balai kota Surabaya, Selasa (15/7).

Pada beberapa kesempatan, Tri Rismaharini kerap menyatakan bahwa indikator kota masa depan bukan hanya dilihat dari kemajuan teknologi informasi saja. Melainkan bagaimana kota tersebut membentuk jaringan/network dengan kota-kota lain. Nah, Surabaya telah menerapkan konsep jaringan kota tersebut dengan banyak kota, baik di dalam maupun luar negeri.

Kabag Kerjasama Ifron Hady Susanto mengatakan, Surabaya telah merajut kerjasama sister city dengan delapan kota luar negeri dan puluhan kota dalam negeri. Tujuannya memang untuk membentuk jaringan kota yang saling mendatangkan keuntungan. “Termasuk kerjasama dengan Tangsel yang baru diteken ini,” ujarnya.

Dalam kunjungan kali ini, Walikota Airin tampaknya ingin serius belajar tentang e-Government dari Surabaya. Dia membawa serta rombongan pejabat meliputi para kepala dinas, tim anggaran serta tujuh camat yang kesemuannya berjumlah lebih kurang empat puluh orang.

Pertemuan di balai kota diawali perkenalan masing-masing personel oleh Walikota Airin. Dia lantas menyebutkan bahwa maksud kedatangannya kali ini yakni untuk belajar tentang manajemen pemerintahan. Sebagaimana diketahui, bahwa selama ini Surabaya memang dikenal sebagai kota yang mampu menjalankan pengelolaan dengan sangat baik. “Pengalaman Kota Surabaya sudah tidak diragukan lagi. Oleh karenanya, transfer ilmu sangat berguna bagi kota kami yang baru menginjak usia lima tahun,” katanya.

Pada kesempatan itu, Tri Rismaharini memaparkan tentang sistem manajemen sumber daya pemerintahan atau yang lebih dikenal dengan GRMS (Government Resources Management System). Penjelasan mengenai proses pembangunan disampaikan secara rinci mulai usulan hingga realisasi. “Setelah usulan masyarakat melalui e-musrenbang disetujui, kemudian diproses masuk ke e-budgeting dan perencanaan. Semua dilakukan serba online dengan pemanfaatan teknologi informasi,” papar Risma.

Tak hanya itu, mantan kepala bappeko itu juga menerangkan berbagai program Kota Surabaya di segala bidang. Antara lain, pendidikan, kesehatan, pertamanan, pembangunan infrastruktur hingga penanganan banjir.

Kesempatan bertemu langsung dengan Walikota Surabaya tak disia-siakan para pejabat Tangsel yang hadir. Sejumlah pertanyaan diajukan kepada Risma guna menggali lebih dalam bagaimana cara Pemkot Surabaya menerapkan program-programnya. Risma pun meladeni setiap pertanyaan seputar manajemen kota dengan penuh semangat. Apalagi ketika ditanya tentang GRMS, walikota perempuan pertama di Surabaya ini terlihat lancar memberi penjelasan secara gamblang. Hal tersebut lantaran Risma lah yang kala itu mencetuskan GRMS di Surabaya. Saat itu, dia masih menjabat sebagai Kepala Bina Pembangunan (sekarang Bina Program).

Mendapat penjelasan dari Walikota Surabaya, Airin mengaku puas. Dia berharap apa yang didapat dari kunjungan ini dapat diterapkan di Tangsel sehingga pembangunan di sana berjalan efektif dan efisien. “Semoga reformasi birokrasi di Tangsel bisa berjalan sebaik di Surabaya,” katanya.

Usai pertemuan, Airin beserta segenap rombongan dari Tangsel diajak Walikota Risma berjalan kaki menuju unit layanan pengadaan (ULP) yang letaknya persis di sebelah balai kota. Di situ, rombongan Tangsel bisa melihat langsung cara kerja dan sistem yang dipakai di ULP. Kemudian, kunjungan berlanjut ke Diskominfo dan Bagian Bina Program guna melihat server dan skema GRMS. Selama kunjungan, para tamu dari Tangsel tersebut mendapat penjelasan langsung dari Walikota Risma.(*/arf)

Safari Ramadhan Pangdam V/Brw di Korem 084/Bhaskara Jaya



KABARPROGRESIF.COM : Selasa (15/07). Bulan puasa merupakan bulan yang penuh rahmat bagi umat muslim, sehingga dalam kondisi lapar dan haus, mampu mengendalikan diri dari perbuatan tercela serta memperbanyak Ibadah dan amal. Selain itu dituntut menciptakan rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama umat. Hal itu disampaikan Panglima Kodam V/Brawijaya Mayor Jenderal TNI Eko Wiratmoko dalam rangkaian kegiatan Safari Ramadhan 1435 H di Korem 084/Bhaskara Jaya. Pangdam V/Brawijaya mengajak seluruh unsur  Pimpinan Kodam V/Brawijaya, Prajurit dan PNS beserta keluarga besar Korem 084/Bhaskara Jaya untuk dapat memanfaatkan momen puasa sebagai sarana meningkatkan Silaturahmi dan kepedulian antar sesama.

Buka puasa bersama sekitar 250 orang bertempat di Makorem 084/Bhaskara Jaya, dihadiri oleh Pangdam V/Brawijaya, Para Pejabat Kodam V/Brawijaya se-Surabaya dan seluruh Prajurit, PNS, Persit dan keluarga serta anak yatim piatu. Dalam Momen kebersamaan ini Danrem 084/Bhaskara Jaya Kolonel Arh Nisan Setiadi, SE. Juga mengharapkan agar segenap keluarga besar Korem 084/Bhaskara Jaya  selalu memperkuat Iman dan Taqwa pada bulan suci Ramadhan yang didalamnya berisi perintah untuk menjalankan ibadah puasa sebagai salah satu rukun Islam yang sangat dinantikan dan disambut dengan suka cita oleh seluruh umat Islam.

Sebelum melaksanakan Sholat Maghrib berjamaah Pangdam V/Brawijaya didampingi Danrem 084/Bhaskara Jaya memberi tali asih kepada 50 Anak Yatim Piatu putra putri TNI Asuhan  Korem 084/Bhaskara Jaya.

Tema pada Safari Ramadhan Pangdam V/Brawijaya di Makorem 084 Bhaskara Jaya adalah : “DENGAN SEMANGAT RAMADHAN MARILAH KITA TINGKATKAN SILATURRAHMI DAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA”. (*/arf)        

Warga Terdampak Lokalisasi Kian Mandiri



KABARPROGRESIF.COM : Beragam pelatihan yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terhadap warga terdampak penutupan lokalisasi, mulai terlihat hasilnya. Beberapa warga terdampak yang sebelumnya bekerja mengikuti geliat bisnis lokalisasi di daerahnya, kini mulai beranjak mandiri dengan berbekal pelatihan yang diberikan Pemkot Surabaya.

Selasa (15/7) kemarin, beberapa warga yang telah ‘lulus’ mengikuti pelatihan, memamerkan hasil produk buatan mereka di kantor Bagian Humas Pemkot Surabaya. Diantaranya kue kering, telor asin, deterjen dan  sabun cair serba guna. Mereka juga bercerita perihal upaya mereka beralih profesi dari yang awalnya bekerja ‘mengikuti arus lokalisasi’ hingga bisa mandiri.

Salah satunya Sutik. Warga Putat Jaya II A yang dulunya menggantungkan penghasilan dari jualan kopi di warung kopi miliknya, kini beralih profesi menjadi pembuat telur asin. Hasilnya lumayan. Dalam waktu tidak terlalu lama, bisnis telur asin milik Sutik telah berkembang. Sutik sudah berhasil memasarkan telur asinnya ke sejumlah warung di dekat rumahnya. Ibu empat anak ini juga menerima order (pesanan) telur asin di rumahnya.

“Alhamdulillah sekarang sudah ada 30 toko yang jadi pelanggan telur asin bikinan saya. Kalau bikin 1000 telur, untungnya bisa Rp 700 ribu. Kalau dulu jualan kopi nggak tentu, kadang hasilnya lumayan kadang kecil. Dan yang jelas, kalau jualan kopi kan hampir 24 jam. Sementara kalau jualan telur asin ada waktu istirahatnya,” jelas Sutik.

Sementara Tutik yang dulunya berprofesi sebagai penjual gorengan dan operator café di kawasan lokalisasi Jarak, kini mulai mantap beralih profesi sebagai pembuat kue kering. Setelah mengikuti pelatihan yang digelar Taman Bacaan (Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya), Tutik kini sudah bisa membuat beberapa kue seperti putri salju, nastar dan kastengel. Dia mengaku sudah berhasil menjajakan 50 toples kue buatannya. Dulu, sewaktu menjadi operatot café, dia harus bekerja dari mulai pukul 22.00 hingga pukul 01.00 WIB tetapi hasilnya tidak menentu.

“Ini saya masih pakai modal sendiri. Besaranya nggak banyak. Semoga nanti ada bantuan modal dari Pemkot Surabaya sehingga usaha pembuatan kue saya ini bisa lebih besar. Saya juga berharap dibantu pemasaran,” ujar Ibu tiga anak ini.

Sedangkan Suryono (45), warga RW 12 Putat Jaya C yang sebelumnya membantu kakaknya berjualan nasi, awalnya mengaku penutupan lokalisasi Dolly membuat pendapatan dari usaha warung nasinya tidak seperti sebelumnya. Karenanya, dia kemudian tertarik untuk mengikuti pelatihan pembuatan produk rumah tangga seperti sabun cair, karbol dan softener yang digelar oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB).  Kini, bapak dua anak ini sudah bisa memproduksi sendiri. Bahkan, sejak dua minggu lalu, produk buatannya seperti sabun cair serba guna, karbol dan shampo cuci motor yang diberi merk “Delta 5”, diminati banyak warga di sana.

“Produk buatan saya ini ramah lingkungan. Jadi ndak bahaya. Kapan hari pas ada bazaar di Dolly saya pasarkan dan Alhamdulillah banyak yang berminat. Tetangga saya juga mulai tertarik untuk belajar membuat produk seperti ini,” jelas Suryono.

Anto Handiono dari Bapemas KB Kota Surabaya mengatakan, sejak mulai 2010 hingga 2013, pihaknya sudah melakukan pelatihan di 31 kecamatan dan sudah ada 49.470 orang yang sudah dilatih. Untuk 2014, khusus di Kecamatan Sawahan, Bapemas KB sudah melatih 1067 orang. Sedangkan khusus untuk Kelurahan Putat Jaya, sejak Februari lalu sudah ada 395 orang diberi pelatihan yang terdiri dari 19 kelas. “Pelatihannya itu berbasis permintaan masyarakat. Dan yang diminati masyarakat di Putat Jaya adalah pelatihan makanan olahan, kue basah, kue kering, dan produk rumah tangga. Kelompok swadaya yang telah dibentuk dalam pelatihan, kini mulai merintis usaha,” ujarnya.

Anto Handiono menambahkan, selain melakukan pelatihan kepada warga terdampak, Bapemas KB juga memberikan bantuan untuk alat produksi dan juga menfasilitasi pemasaran. “Kita juga fasilitasi untuk menggunakan gerai milik Pemkot di mal, termasuk di gerai milik Bapemas di rumah kreatif masyarakat Surabaya,” sambung dia.

Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya, Muhamad Fikser mengatakan, banyaknya warga terdampak yang telah merintis usaha sendiri, menjadi bukti nyata bahwa Pemkot Surabaya tidak sekadar menutup lokalisasi. Tetapi juga serius melakukan upaya penanganan berupa intervensi dari beberapa dinas.

“Terkait testimoni warga ini, nanti akan saya sampaikan ke dinas terkait. Jadi Pemkot tidak hanya menutup. Tetapi juga melakukan berbagai kebijakan agar warga di sana bisa beralih profesi dan menjadi mandiri,” jelas Fikser. (*/arf)

Selasa, 15 Juli 2014

Diduga Taswin Ketahui Ulah M. Syahrir


KABARPROGRESIF.COM : Bisa dikatakan kalau M. Syahrir ini sebagai makelar jabatan. Ini terbukti dari tingkah polah M. Syahrir, Lurah Kalianak yang seperti sok penguasa dengan menawarkan jabatan Lurah terhadap sekretaris kelurahan di wilayah Surabaya barat.

Namun hal itu tak mungkin terjadi, bila M. Syahrir tak memiliki jaringan di jalan Jimerto, Surabaya.

Usut punya usut, ternyata M. Syahrir ini sering berkoar-koar terhadap semua rekan seprofesinya bila dia merupakan saudara dari M. Taswin, Asisten II Sekkota ( bidang perekonomian dan pembangunan).

Entah itu benar atau tidak, bila ditelusuri dari rangkaian peristiwanya, memang ada suatu kecocokan. Saat itu si sekretaris kelurahan yang berjenis perempuan ini mengatakan,  bila ia telah diajak ke suatu ruangan Pejabat tinggi Pemkot Surabaya.

Saat itu, M. Syahrir menggiringnya tepat di pintu salah satu ruangan asisten. Namun anehnya ia tidak dipersilahkan turut masuk ke rua-ngan salah satu asisten Sekkota itu yang diduga ruangan dari M. Taswin.

Perempuan paroh baya ini hanya dipersilahkan menunggu diluar. Entah apa yang diomongkan M. Syahrir ini kepada Asisten itu.

Selang berapa lama, lantas muncul M. Syahrir dengan mengatakan, bila ia (sekel kelurahan) bisa menjadi Lurah. Syaratnya cukup ringan, pertama harus menyerahkan biaya sebesar Rp. 2 Juta rupiah yang tujuannya untuk biaya administrasi. Sedangkan untuk yang lainnya atau biaya tambahan menung-gu informasi lebih lanjut.

Sementara itu, terkait keterlibatan M. Taswin, Asisten II Sekkota, apakah ikut dalam jaringan makelar jabatan yang dilakukan M. Syahrir dengan mengaku sebagai saudaranya. M. Taswin saat dihubungi ke nomor ponselnya 081730xxxx tak ada jawaban, bahkan saat di sms, hingga kini M. Taswin belum membalasnya. (*/arf)

Sudah Dibayar Rp. 1 juta, Tapi Berkas Masih Digondol M. Syahrir


KABARPROGRESIF.COM : Merasa telah dikibuli oleh Lurah Kalianak, perempuan yang masih menjabat sebagai Sekretaris Kelurahan di wilayah Surabaya Barat ini tak mau tinggal diam. Ia terus berusaha mengejar Moch. Syahrir agar segera mengembalikan uangnya yang telah ‘dirampok’ sebesar Rp. 2 juta itu.

Alhasil, meski agak kecewa pasalnya Moch. Syahrir masih mengembalikannya cuma lima puluh persen. “Sudah mas, cuma dibayar satu juta saja.” katanya memelas.

Dia menambahkan, tak hanya uang yang dirisaukannya, namun berkas-berkas yang diminta Moch. Syahrir kala itu sebagai penunjang dirinya untuk di promosikan menjadi Lurah, hingga kini juga belum dikembalikannya. Padahal, berkas-berkas tersebut sangat dibutuhkannya.

“ Tinggal berkas-berkasnya yang belum dikembalikannya.” jelasnya sambil mewanti-wanti agar namanya tidak dipublikasikannya.

Sementara Moch. Syahrir, saat dikonfirmasi pada jum’at (23/5) dikantornya sedang tidak ada ditempat, menurut sumber yang enggan menyebutkan jati dirinya, Moch. Syahrir sedang melaksanakan ujian untuk mendapatkan sertifikasi atas pengadaan barang/jasa di Yogyakarta.

” Nggak ada mas, katanya ikut ujian di jogja.” ujar sumber.

Seperti diberitakan, Saat itu korban ditawari oleh Moch. Syahrir sebagai Lurah. Pasalnya korban ini di anggap sudah senior menjabat sebagai Sekretaris Kelurahan (Sekel). Namun untuk melangkah ke jenjang tersebut tentunya tak gratis. Ada syarat administrasi yang harus dipenuhi oleh korban.

Bagi korban, syarat yang diajukan oleh Moch. Syahrir itu, tidaklah sulit ataupun ribet. Koraban hanya disuruh menyetorkan uang administrasi sebesar Rp. 2 juta.

Sedangkan uang tersebut merupakan sebuah ikatan namun tidak termasuk sebuah uang muka.Korban pun me-nyanggupinya apalagi saat penyetoran uang tersebut dilakukan di depan salah satu ruangan pejabat di Balai Kota, yang kabarnya pewjabat tersebut diakui oleh M. Syahrir sebagai saudaranya. (*/arf)

Lurah Kalianak Tukang Kibul

Mengaku bisa promosikan jadi Lurah, ehh.. setahun di tunggu tak ada kabar, uang jaminan pun amblas




KABARPROGRESIF.COM : Lurah Kalianak, Moch. Syahrir memang benar-benar keterlaluan, gaji, tunjangan serta tetek bengek yang diberikan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Su-rabaya ternyata tak membuatnya bersyukur.

Jabatan lurah, baginya bukan sebuah amanah, tapi sebuah kesempatan untuk meyakinkan orang lain yang sedang dilanda galau dalam mencari jaba-tan.

Kenekatan M. Syahrir dalam menge-labui ‘pasiennya’ ini dilontarkan oleh salah seorang sekretaris kelurahan (Sekel) di wilayah Surabaya Barat.

Korban yang berjenis perempuan ini mengaku telah dikibuli oleh M. Syahrir. Uang simpanan yang ditabungnya untuk keperluan keluarga bila sewaktu-waktu dibutuhkan akhirnya raib di ‘makan’ M. Syahrir.

Ceritanya, korban ini ditawari oleh M. Syahrir sebagai Lurah sebab korban ini dianggap sudah senior menjabat sebagai Sekel. Namun untuk melang-kah ke jenjang tersebut, tentunya tak gratis. Ada syarat administrasi yang ha-rus dipenuhi oleh korban yang mewanti-wanti agar namanya tidak dipublikasikan dulu.

Bagi korban, syarat administrasi yang harus dipenuhinya tidaklah susah, korban disuruh menyetorkan sejumlah uang sebesar Rp. 2 juta. Uang tersebut merupakan sebuah ikatan dan tidak ter-masuk sebuah uang muka.

Korban pun menyanggupinya apala-gi saat penyetorannya dilakukan di salah satu ruangan Balai Kota. Kini korban meratapinya, saat ditagih, M. Syahrir se-lalu membual. (*/arf)

Tower di Tanah Merah Tak Kantongi Ijin


KABARPROGRESIF.COM :  Melemahnya pengawasan para aparatur pemerintah kota (Pemkot) Su-rabaya terhadap berdirinya tower, mem-buat para pengusaha tower berlomba-lomba untuk mencari keuntungan seba-nyak-banyaknya. Mereka berfikir daripada mengurus perijinannya yang terlalu ribet dan memakan waktu cukup lama, lebih baik menempuh jalur ilegal bahkan biayanya juga sangat minim

    Padahal dalam Perda Nomer 5 tahun 2013 telah dijelaskan tentang Penyeleng-garaan Menara Telekomunikasi Bersama dan Perda Nomer 7 tahun 2009 Tentang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) selain itu juga ada Ijin Oprasional ( OP ) atau  Cell Plan ( CP ) dari Dinas Komunikasi dan In-formatika (Diskominfo)..

    Terbukti, tower bodong tersebut terli-hat berdiri mentereng di wilayah Kenjeran tepatnya di daerah Tanah Merah Sayur VII Surabaya.

    Kuat dugaan bila tower tersebut bo-dong juga dikatakan oleh Kasi Pengen-dalian Bangunan Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang(DCKTR) Pemkot Surabaya Ali Murtadlo. “Ada laporan adanya tower liar yang ada di jalan Tanah Merah Kita langsung bergerak dengan mengirimkan anggota untuk turun dilapangan untuk me-mastikan dan kebenaran keberadaan tower itu.” ujarnya (3/6).

    Namun, kata Ali, hingga kini pemilik tower belum menemuinya, padahal pihak-nya telah mengirimkan surat panggilan.” Surat undangan klarifikasi sudah saya ki-rimkan mas, akan tetapi sampai sekarang pihak tower belum menemui saya ,” jelas-nya.

    Bahkan ada rumor berkembang di ma-syarakat, mokongnya bos tower ini, didu-ga sudah mengantongi  ijin dari warga hingga aparat pemerintahan yang berkua-sa di wilayah tersebut, dengan membagi-kan kompensasi kepada masing-masing warga dalam satu keluarga mendapatkan kucuran dana Rp. 2-3 juta.

    Sedangkan untuk aparat setingkat Lurah dan Camat, bos tower itu juga me-ngucurkan anggaran sebesar Rp.  5 Juta. “ Setau saya segitu anggarannya mas, rumah saya kan sebelahan dengan tower. “ Aku warga yang mewanti-wanti agar namanya tidak dipublikasikan.(*/arf)

Pemkot Bentuk Satgas Penanggulangan Bencana di Lima Wilayah


KABARPROGRESIF.COM : Meski Indonesia merupakan negara rawan bencana seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami hingga banjir, tetapi Kota Surabaya bukanlah kota yang termasuk dalam kawasan rawan bencana. Namun, situasi itu tidak membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya merasa terlena. Sebaliknya, Pemkot Surabaya waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana.

Kewaspadaan terhadap potensi terjadinya bencana itu diwujudkan Pemkot Surabaya dengan membentuk satuan tugas (Satgas) penanggulangan bencana di Kota Surabaya. Nantinya, Kota Surabaya akan memiliki Satgas penanggulangan bencana yang tidak hanya ada di pusat kota, tetapi juga tersebar di lima kawasan.

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini ketika memberikan pengarahan perihal pembentukan Satgas penanggulangan bencana kepada lurah, camat dan jajaran dinas di Graha Sawunggaling Lantai VI gedung Pemkot Surabaya, Senin (14/7) mengatakan, Pemkot mengambil pelajaran dari Jepang tentang bagaimana cara mengatasi bencana.

“Saya berharap tidak terjadi apa-apa di Surabaya. Tetapi kalau terjadi sesuatu kita harus siap. Kita harus sedia paying sebelum hujan. Nah, kalau ada Satgas di masing-masing wilayah, kalau terjadi apa-apa kan geraknya jadi lebih cepat karena tidak terpusat di satu pusat saja,” jelas Walikota Tri Rismaharini.

Dijelaskan walikota, Satgas penanggulangan bencana tersebut akan dibentuk di lima wilayah. Dari mulai wilayah Surabaya pusat, Surabaya Timur, Surabaya Barat, dan Surabaya Selatan. Di masing-masing wilayah ada koordinatornya, dari mulai dokter sampai petugas lapangan. “Kami juga akan menyiapkan peralatan di tiap wilayah. Kami siapkan perahu karet, tenda, sleeping bed, penjernihan air, peralatan baju kebakaran dan juga tabung oksigen. Termasuk juga makanan,” sambung walikota.

Untuk saat ini, walikota mengakui, pekerjaan rumah bagi Pemkot adalah menyiapkan tenaga yang memiliki skill dalam penanggulangan bencana. Walikota perempuan pertama dalam sejarah pemerintahan mencontohkan, personel Satgas penanggulangan bencana harus paham bagaimana cara memasang tenda, menyelamatkan warga dan juga berenang atau mengemudikan mobil.

“Yang belum memang skill. Makanya tolong siapkan dulu anggotanya. Nanti misalkan ada yang belum bisa renang, nanti kita ajari renang. Nanti kita akan datangkan expert untuk melatih skill dari Satgas  kami,” sambung walikota.

Walikota yang sudah membawa Surabaya meraih banyak penghargaan level nasional dan internasional ini menambahkan, nantinya, bila skill dari personel Satgas penanggulangan bencana Pemkot Surabaya sudah terlatih, jelas itu akan berguna. “Di Surabaya tidak rawan bencana. Banjir di kawasan barat yang lalu itu kan karena tanggulnya jebol saja. Tapi nanti, kalau skill personel nya sudah terlatih, kami bisa membantu wilayah lain yang membutuhkan pertolongan apabila terjadi bencana,” sambung walikota.

Kela Bakesbang Linmas Kota Surabaya, Soemarno menambahkan, yang paling mendesak di Surabaya adalah mengantisipasi datangnya musim kemarau dan musim penghujan. “Keberadaan Satgas penanggulangan bencana ini diharapkan bisa berperan efektif bagi kehidupan masyarakat Surabaya,” ujar Soemarno.(*/arf)