Nyatanya, agenda parade budaya dan pawai bunga yang digelar Minggu (3/5/2015) pagi, mampu menyedot perhatian ribuan pasang mata. Agenda yang memang disebut-sebut mirip “Rose Parade Pasadena” ini untuk kali pertama diselenggarakan pagi hari, tidak sore hari seperti sebelumnya.
Warga Surabaya dan luar kota, termasuk turis mancanagera, terlihat antusias menyaksikan iring-iringan mobil berhias desain aneka rupa yang menjadi rangkaian acara menyambut Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) Surabaya ke-722 pada 31 Mei mendatang. Rintik gerimis dan cuaca mendung, tidak menyurutkan semangat warga untuk ikut menjadi saksi event tahunan tersebut. Mereka menyemut di sepanjang jalan yang dilalui peserta pawai. Dari mulai kawasan Tugu Pahlawan hingga Taman Surya. Kemudian untuk pawai bunga berlanjut hingga ke Jalan Darmo.
Aneka mobil berhias rangkaian bunga dari SKPD Pemkot Surabaya, BUMD Pemkot Surabaya, perguruan tinggi, instansi/perusahaan juga duta dari kota tetangga dan juga kota-kota dari luar provinsi dan luar pulau, menjadi pemandangan yang menyejukkan mata. Diantaranya dari Dinas Pertanian Kota Surabaya yang ‘memajang’ hasil buah dan sayur. Ada hiasan bunga bermotif “kran air raksasa” dari PDAM Surya Sembada, juga topeng badut raksasa dari Surabaya carnival. Untuk peserta dari luar kota diantaranya dari Sleman yang mengusung tampilan miniatur candi Borobudur. Selain mobil hias, juga ada ratusan model busana aneka aksesoris, juga tampilan budaya lokal khas Surabaya seperti Manten Pegon.
“Tahun ini lebih ramai dibanding tahun lalu. Mobil hiasnya juga lebih kreatif. Harapan saya sebagai warga Surabaya, dari tahun ke tahun parada budaya dan pawai bunga ini semakin bagus dan tidak kalah dengan yang ada di kota lain atau bahkan dari negara lain,” tutur Anton (28), warga Bulak Banteng yang datang ke Taman Surya bersama istrinya.
“Saya rasa lebih enak pagi. Hawanya lebih segar jadi kalau ngajak anak tidak repot,” ujar Rahma (33), ibu rumah tangga asal Tambaksari yang mengajak anak semata wayangnya.
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menegaskan, parade budaya dan pawai bunga tahun 2015 ini memang lebih semarak dibandingkan tahun sebelumnya. Itu sesuai dengan tema yang diusung, “Semarak Surabaya Dalam Keberagaman Budaya”. Parameternya adalah jumlah peserta yang meningkat drastis dibanding penyelenggaraan sebelumnya. Tidak hanya dari dalam kota, tetapi juga dari luar Kota Surabaya.
“Jumlah peserta yang ikut berpartisipasi mencapai 87 peserta. Itu naik 100 persen dibanding tahun sebelumnya,” ujar walikota.
Dijelaskan walikota, agenda seperti ini sangat penting dalam rangka untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Surabaya, yang muaranya adalah untuk semakin menghidupkan denyut perekonomian di Kota Pahlawan. Apalagi, Surabaya tidak memiliki potensi wisata alam yang ‘menjual’ panorama keindahan seperti daerah lainnya.
“Sebetulnya ini (parade budaya dan pawai bunga) bagian dari upaya kita untuk menghidupkan perekonomian di Surabaya. Kita memerlukan momen untuk adanya bangkitan pendatang melalui kegiatan seperti ini,” sambung walikota.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Wiwiek Widayati meyakini, parade budaya dan pawai bunga ini mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan lokal dan juga turis asing untuk datang ke Surabaya. Apalagi, Disbudpar Kota Surabaya sudah melakukan promosi ke banyak pihak. Selama ini, di hari biasa saja, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Surabaya, jumlahnya sudah cukup banyak.
“Ada banyak event yang kita siapkan, salah satunya parade budaya dan pawai bunga ini kita gelar untuk memperkuat Surabaya sebagai kota tujuan wisatawan. Kita berharap kedatangan turis ke Surabaya akan semakin meningkat. Jadi selain melakukan bisnis di Surabaya, para wisatawan juga bisa hang out,” ujarnya.
Parade budaya dan pawai bunga menjadi satu dari sekian banyak acara yang diselenggarakan Pemkot Surabaya dalam menyambut hari jadi ke-722. Pekan depan, Minggu (10/5), akan digelar Festival Rujak Uleg. Ada juga Festival Kalimas yang digelar pada 16-17 Mei. Acara yang digelar pada malam hari ini merupakan yang pertama kali digelar.(arf)