KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Koalisi 6 partai politik di Surabaya yang di deklarasikan hari ini Senen
(29/6/15) di Hotel Majapahit Surabaya sepertinya bakal rawan kandas, karena
masih terkesan tetap belum jelas arahnya. Apakah bakal mengusung calon Bacakada
sendiri atau memilih bersikap diam dengan membiarkan munculnya pasangan tunggal
di Pilkada Surabaya 2015, sehingga Pilkada Surabaya 2015 gagal dilaksanakan dan
mundur di tahun 2017.
Diawal prescom yang digelar 6 parpol anggota koalisi yakni Gerindra,
Golkar, PAN, PKS, PKB dan Demokrat, masing masing perwakilan (ketua DPC
Surabaya-red), menyampaikan dengan semangat berapi - api bahwa kelompoknya
harus bisa mengusung sosok yang bisa menandingi pasangan incumbent (petahan)
yakni Risma – Whisnu yang di usung PDI Perjuangan.
Namun setelah sejumlah pertanyaan dari wartawan mulai dilontarkan saat
sesi tanya jawab, para pimpinan parpol di Surabaya ini ternyata hanya berkutat
soal wacana perlawan terhadap popularitas dan kekuatan pasangan Risma – Whisnu
yang diusung PDI Perjuangan. Sementara disisi lain, juga mengakui bahwa untuk
memunculkan pasangan calon Bacakada masih harus mendapatkan restu dari DPP
masing-masing parpol yang berkoalisi.
Keyakinan untuk melawan didasari pemikiran bahwa popularitas Risma tetap
bisa dilawan bahkan merasa yakin bakal bisa mengalahkan manakala koalisi parpol
yang terbentuk bisa benar-benar dijadikan tonggak untuk menyatukan visi dan
misi demi perubahan Kota Surabaya yang lebih baik.
Berawal dari Hartoyo ketua DPC Demokrat Surabaya yang mendapat giliran
pertama, mengatakan bahwa koalisi 6 parpol merupakan hasil proses yang panjang
dengan tujuan bagaimana menjadikan Surabaya menjadi lebih baik.
Kemudian disambung BF Sutadi ketua DPC partai Gerindra Surabaya yang
menjelaskan bahwa terbentuknya koalisi 5 parpol di Surabaya tidak bermaksud
untuk menjegal pasangan Risma – Whisnu.
“kami hanya menginginkan persaingan yang berimbang dalam kompetisi
Pilkada, untuk itu kami haris siapkan calon dalam waktu dekat,” jelas mantan
pejabat structural di Pemkot Surabaya ini.
Sementara Syamsul Arifin ketua DPC PKB Surabaya lebih menekankan kepada
kesempatan berkompetisi di Pilkada Surabaya masih sangat mungkin, karena
pasangan incumbent adalah manusia biasa, sehingga masih bisa dilawan.
“sebenarnya walikota Risma adalah biasa biasa saja, dan yakin tetap bisa
dilawan atau dikalahkan. Dan saya sangat yakin jika pemenang Pilkada mendatang
bukan perempuan, tapi laki laki,” tegasnya.
Ibnu Shobir ketua DPD PKS Surabaya mengatakan bahwa kehadiran seluruh
pimpinan 6 parpol untuk berkoalisi merupakan wujud keseriusan dalam rangka
mengahasilkan kepemimpinan yang lebih bagus.
“untuk itu kami mohon dukungan kepada seluruh elemen masyarakat, agar
partai koalisi bisa menghasilkan sesuatu yang baik dan berguna bagi masyarakat
kota Surabaya,” ucapnya saat diberikan waktu untuk berbicara.
Demikian juga dengan M Alyas ketua DPD Golkar Surabaya, dirinya hanya
berharap bahwa terlibatnya Golkar di partai koalisi bisa memberikan kesejukan
kepada siapapun dan pihak manapun.
“misi koalisi ini adalah rahmatn lil alamin, dan berusaha untuk mematuhi
aturan perundang undangan agar memunculkan dua pasangan bacada dalam kompetisi
Pilkada di Surabaya, jadi bukan untuk berlawanan, tetapi untuk beriringan,
bahkan besar kemungkinan bakal ada tambahan 3 partai lagi,” tandasnya.
Terakhir, Surat perwakilan dari DPC PAN Surabaya mengaku bahwa
kehadirannya dan pertisipasinya dalam koalisi partai sekaligus menjawab
keragu-raguan semua pihak yang masih mempertanyakan sikap politik partai dengan
lambang matahari terbit ini.
Saat season tanya jawab yang dibuka oleh AH Tony dan Satuham sebagai
moderator, muncul beberapa pertanyaan dari wartawan yang antara lain, apakah
hasil seleksi calon Bacakada di koalisi parpol juga masih meminta restu dari
DPP masing-masing?
Terkesan diplomatis, akhirnya Hartoyo wakil dari partai Demokrat
mengakui bahwa partainya tetap harus melibatkan DPP, karena merupakan aturan UU
yang harus dipatuhi.
“untuk mengusung calon Pilkada, maka sesuai aturan harus mendapatkan
persetujuan dari DPP, untuk itu kami akan koordinasikan dengan DPD, yang
kemudian diteruskan ke DPP, dan untuk Demokrat sudah tidak ada masalah,”
ucapnya.
Namun saat ditanya, apakah partai koalisi bisa dipastikan bakal
mengusung calon Bacakada atau masih ada kemungkinan lain, Samsul Arifin wakil
dari PKB menjawab jika terkait calon Bacakada yang bakal dimunculkan oleh
koalisi partai masih dalam proses pembahasan.
Ditanya soal bagaimana proses seleksi calon Bacakada versi partai
koalisi, sementara masing - masing partai telah mendapatkan sejumlah calon
Bacakada hasil proses penjaringan dan tahapannya belum selesai, BF Sutadi wakil
dari Gerindra mengatakan jika calon Bacakada yang terdaftar di beberapa partai
ada kesamaan nama dan sosok.
“beberapa nama yang terdaftar ternyata kan orong-orangnya juga sama,
jadi kami tinggal menyeleksi siapa yang terbaik diantara yang baik itu,”
pungkasnya. (arf)