KABARPROGRESIF.COM : (Bangkalan) Pencat Silat “Joko Tole” yakni memiliki ciri Khas silat Jokotole, dalam gerakannya yang cepat dan keras, ikut serta dalam Pemeran Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) yang digelar di Kampus C Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Senin (8/9/2015).
Pencak silat Jokotole, nyaris tidak terlihat keindahan dan seni di dalamnya. Ini cocok sebagai gambaran atas masyarakat Madura yang cenderung keras.
Jenis pencak silat Jokotole ini mampu memikat ribuan hadirin yang menyaksikan Pameran Alutsista TNI di Unair Surabaya, di bawah binaan Dandim 0829/Bangkalan, Letkol Infanteri Sunardi Istanto SH.
Dandim menjelaskan sekilas menurut sejarahnya, bahwa "Pencak silat ‘Jokotole’ ini sebenarnya merupakan jenis pencak silat tradisional, nama Jokotole diambil dari nama tokoh Madura putra dari Potrè Konèng. Pendiri PPS Jokotole adalah Suhaimi. Sebelumnya, nama perguruan silat ini bukan Jokotole, tetapi Sumber Gaya. Tepatnya di Kec. Kamal Bangkalan, Sumber Gaya dirintis oleh Moh. Halil dan selanjutnya dipimpin oleh H. Musthafa. Suhaimi sendiri merupakan sisa-sisa murid dari perguruan silat Sumber Gaya yang selanjutnya meneruskan perjalanannya. Pada tahun 1975 dan 1976, Suhaimi menjadi juara dalam kejuaraan silat nasional yang diselenggarakan IPSI. Saat itu, keadaan perguruan silat Sumber Gaya sedang terancam punah karena siswa-siswanya yang sulit untuk bertahan dan terus aktif.
Setelah kemenangan itu lah, Suhaimi kemudian mengganti nama Sumber Gaya menjadi lebih khas Madura, yakni Jokotole,
Lanjut Dandim, pencak silat merupakan kebudayaan lokal yang memiliki kearifan khas dan citra karakter daerah. Apalagi silat Jokotole sangat dikenal di pulau Madura Jawa Timur dan wajib dilestarikan.
“Seni bela diri memiliki berbagai macam kelebihan dari seni beladiri lainnya. Dalam silat tradisional ini, tidak hanya ditujukan untuk olahraga fisik, tapi juga olahraga batin dan jiwa,” ulasnya.
Karena itu, dalam silat semuanya dipelajari dan dilatih. Menurut Dandim, seseorang yang memiliki beladiri silat, maka akan memunculkan kepribadian yang baik, tata krama yang baik, serta memiliki bahasa tubuh yang lentur dan indah saat berkomunikasi.
Terkait dengan itu, Dandim memberikan apresiasi cukup besar kepada peserta silat Jokotole yang terus melestarikan pencak silat melalui keiutsertaannya dalam event Pameran Alutsista TNI yang di gelar kemarin, karena ini merupakan upaya untuk melestarikan adat dan budaya leluhur.(arf)
Pencak silat Jokotole, nyaris tidak terlihat keindahan dan seni di dalamnya. Ini cocok sebagai gambaran atas masyarakat Madura yang cenderung keras.
Jenis pencak silat Jokotole ini mampu memikat ribuan hadirin yang menyaksikan Pameran Alutsista TNI di Unair Surabaya, di bawah binaan Dandim 0829/Bangkalan, Letkol Infanteri Sunardi Istanto SH.
Dandim menjelaskan sekilas menurut sejarahnya, bahwa "Pencak silat ‘Jokotole’ ini sebenarnya merupakan jenis pencak silat tradisional, nama Jokotole diambil dari nama tokoh Madura putra dari Potrè Konèng. Pendiri PPS Jokotole adalah Suhaimi. Sebelumnya, nama perguruan silat ini bukan Jokotole, tetapi Sumber Gaya. Tepatnya di Kec. Kamal Bangkalan, Sumber Gaya dirintis oleh Moh. Halil dan selanjutnya dipimpin oleh H. Musthafa. Suhaimi sendiri merupakan sisa-sisa murid dari perguruan silat Sumber Gaya yang selanjutnya meneruskan perjalanannya. Pada tahun 1975 dan 1976, Suhaimi menjadi juara dalam kejuaraan silat nasional yang diselenggarakan IPSI. Saat itu, keadaan perguruan silat Sumber Gaya sedang terancam punah karena siswa-siswanya yang sulit untuk bertahan dan terus aktif.
Setelah kemenangan itu lah, Suhaimi kemudian mengganti nama Sumber Gaya menjadi lebih khas Madura, yakni Jokotole,
Lanjut Dandim, pencak silat merupakan kebudayaan lokal yang memiliki kearifan khas dan citra karakter daerah. Apalagi silat Jokotole sangat dikenal di pulau Madura Jawa Timur dan wajib dilestarikan.
“Seni bela diri memiliki berbagai macam kelebihan dari seni beladiri lainnya. Dalam silat tradisional ini, tidak hanya ditujukan untuk olahraga fisik, tapi juga olahraga batin dan jiwa,” ulasnya.
Karena itu, dalam silat semuanya dipelajari dan dilatih. Menurut Dandim, seseorang yang memiliki beladiri silat, maka akan memunculkan kepribadian yang baik, tata krama yang baik, serta memiliki bahasa tubuh yang lentur dan indah saat berkomunikasi.
Terkait dengan itu, Dandim memberikan apresiasi cukup besar kepada peserta silat Jokotole yang terus melestarikan pencak silat melalui keiutsertaannya dalam event Pameran Alutsista TNI yang di gelar kemarin, karena ini merupakan upaya untuk melestarikan adat dan budaya leluhur.(arf)