Selasa, 22 September 2015


KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Raung sirine menandai dimulainya pembangunan jalan lingkar luar barat (JLLB) Surabaya. Jalan dengan total panjang 19,8 kilometer dan lebar 55 meter tersebut diprediksi rampung dalam dua tahun.

Peran JLLB dipandang sangat strategis dalam menunjang pengembangan Kota Pahlawan, khususnya di wilayah barat. Jalan tersebut akan menghubungkan terminal pelabuhan Teluk Lamong dengan kawasan industri dan bisnis di Surabaya selatan. Dengan demikian, geliat ekonomi di sepanjang kawasan yang dilalui JLLB akan meningkat. Selain itu, JLLB juga akan terkoneksi dengan tol Surabaya-Mojokerto (SuMo) dan tol Surabaya-Gresik.

Walikota Tri Rismaharini mengatakan, jika JLLB resmi beroperasi, kepadatan lalu lintas di tengah kota bisa terurai. “Biasanya orang kalau mau menuju Gresik atau Surabaya utara mesti lewat tengah kota. Dengan adanya JLLB, masyarakat tidak perlu melewati tengah kota,” kata Risma -sapaan Tri Rismaharini- saat peresmian pembangunan JLLB di Jl. Ngemplak Citraland, Kelurahan Made, Selasa (22/9).

Di samping itu, Risma menyatakan, keberadaan JLLB sekaligus memangkas istilah kawasan pinggiran. Sebab, infrastruktur jalan yang dibangun mendorong pemerataan pembangunan kota. “Sekarang sudah tidak ada lagi yang namanya pinggiran. Semua sama karena orientasinya adalah pemerataan pembangunan,” ujar mantan kepala Bappeko Surabaya itu.

Dikatakan walikota, pembangunan JLLB lebih mudah ketimbang proyek jalan lain. Hal ini dikarenakan 80 persen lahan yang bakal dilalui JLLB berstatus milik pengembang. Jadi, pelaksanaan proyek tidak banyak terhambat masalah pembebasan lahan. Nantinya, pengembang akan membangun jalan di wilayahnya dengan dana masing-masing. Total ada delapan pengembang yang terlibat dalam pembangunan jalan yang melewati empat kecamatan dan sepuluh kelurahan ini. Adapun kecamatan yang dilalui JLLB antara lain Benowo, Pakal, Sambikerep dan Lakarsantri. Sedangkan sepuluh kelurahan diantaranya, Sememi, Kandangan, Tambak Osowilangun, Romokalisari, Babat Jerawat, Pakal, Beringin, Made, Jeruk dan Lakarsantri.

Sementara, 20 persen lahan JLLB menjadi tanggung jawab pemkot, baik dari sisi pembebasan lahan maupun pembangunan jalannya. Menurut Risma, dari 20 persen itu tidak semua wajib dibebaskan oleh pemkot. Sebab, beberapa diantaranya merupakan lahan bekas tanah kas desa (BTKD) yang dimiliki pemkot.

Kendati pembangunan dilaksanakan sendiri-sendiri antara pemkot dan pengembang, namun kedua pihak tetap melakukan koordinasi intens agar pembangunan JLLB tidak melenceng dari perencanaan.

Secara keseluruhan, pembangunan JLLB terbagi dalam empat ruas, yakni ruas Lakarsantri-perbatasan Gresik; Lakarsantri-Raya Sememi; Raya Sememi-Simpang Susun Romokalisari; dan Raya Sememi-Tambak Osowilangun.



Risma menambahkan, dari segi ukuran, JLLB lebih besar ketimbang Middle East Ring Road (MERR). Dengan lebar mencapai 55 meter, JLLB sanggup mengakomodir 14 lajur kendaraan. Dengan rincian 7 lajur arah utara dan 7 lajur arah selatan.

Tak hanya itu, lanjut Risma, selain terkoneksi dengan tol, JLLB juga terintegrasi dengan jalur kereta api. “Nanti di daerah Pakal ke arah utara itu ada jalur kereta api yang masuk sampai ke pelabuhan,” papar alumnus ITS ini.

Associate Director PT. Ciputra Surya Tbk, Andi Sugiharjo mewakili pengembang, mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung program pemerintah kota dalam membangun jalan baru. Pasalnya, kondisi lalu lintas di Surabaya saat ini memang sudah sangat padat. “Oleh karena itu, kita memang sedang butuh jalan baru,” tuturnya.

Ditanya apa alasan pengembang bersedia membangun jalan, Andi menyatakan bahwa geliat ekonomi akan jauh lebih berkembang kalau ada jalan baru di Surabaya barat. Dari segi bisnis, hal itu tentu sangat menguntungkan, baik bagi warga sekitar maupun para pengembang.

Dijelaskan Andi, pihaknya akan melibatkan warga sekitar dalam proses pembangunan jalan. “Kami perlu banyak tenaga untuk pekerjaan konstruksi jalan. Mengenai detail kebutuhan tenaga kerjanya berapa nanti akan dihitung lebih rinci,” terang Andi.

Kepala Bappeko Surabaya Agus Imam Sonhaji, menjelaskan, berdasar Perda No. 12 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Surabaya 2014-2034, bahwa JLLB direncanakan sebagai jalan arteri primer yang berperan strategis untuk meningkatkan aksesibilitas di kawasan Surabaya barat. “Dengan demikian pembangunan tidak hanya terfokus di pusat kota,” kata Agus.

Perencanaan JLLB telah melewati proses panjang. Sejak 2011, studi kelayakan JLLB telah dilaksanakan. Serta, detail engineering design (DED) dan amdal pada 2011 dan 2014. Sampai akhirnya, berita acara kesepakatan antara pengembang dan pemkot, penetapan lokasi dan pelaksanaan pembangunan semua dilaksanakan pada 2015.


KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Beberapa langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam upaya menciptakan lingkungan belajar mengajar yang lebih nyaman bagi para siswa, perlahan mulai menampakan hasil. Setelah kemarin Pemkot meresmikan bangunan baru SDN Penjaringan Sari 1. Pagi tadi,(22/9) Pemkot kembali melakukan seremonial peresmian bangunan baru milik SMPN 44 di kawasan Sidodadi, Kelurahan Simolawang, Kecamatan Simokerto.

Peresmian gedung dilakukan langsung oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, dan dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kota Surabaya, Hendro Gunawan, perwakilan DPRD Kota Surabaya, jajaran SKPD Pemkot Surabaya, Muspika Kecamatan Simokerto dan Kecamatan Semampir, serta tokoh masyarakat kelurahan Simolawang.

Dalam laporannya, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, Ikhsan berharap, dengan dibangunnya gedung yang baru milik SMPN 44, para siswa bisa lebih berkonsentrasi belajar, sehingga bisa lebih mencetak prestasi, dan para guru serta kepala sekolah bisa lebih semangat dalam bekerja.

Wali Kota Surabaya dalam sambutannya dihadapan para guru dan siswa menjelaskan, gedung SMPN 44 yang awalnya satu area dengan SDN Sidotopo 4, menyebabkan para siswa kesulitan dalam berkonsentrasi saat belajar. Wali Kota juga berpesan kepada para guru dan kepala sekolah yang hadir, untuk memberikan ekstrakulikuler khusus berupa pelatihan menjahit.

“Saya menitipkan pesan kepada semua guru dan kepala sekolah, untuk memberikan ekstrakulikuler khusus seperti pelatihan menjahit kepada siswa, supaya ketika siswa lulus mampu memiliki keterampilan menciptakan barang. Nanti, Pemkot akan membantu dalam pemenuhan fasilitas,” imbuh wali kota perempuan pertama dalam sejarah pemerintahan kota surabaya ini.

Risma (sapaan akrab Wali Kota), juga meminta kepada seluruh Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota Surabaya agar berdiskusi untuk menciptakan muatan lokal berupa ekstrakulikuler bagi daerah dengan cluster khusus. Selain itu, Risma juga berpesan agar terus menjaga kebersihan sekolah, karena kebersihan adalah cerminan wajah sekolah. Selain itu, pihaknya akan siap membatu jikalau sekolah dengan tiga tingkat ini kesusahan dalam menjaga kebersihan dan perawatan lingkungan sekolah.

“Para MKKS diharapkan bisa bersinergi untuk menyempurnakan ide muatan lokal bagi kawasan dengan cluster khusus. Nantinya, ide tersebut akan dibahas bersama dengan Dinas Pendidikan. Selain itu, jika pihak sekolah mengalami kesulitan dalam menjaga kebersihan, harap ada laporan. Nanti, pihak dari Pemkot akan mengirim petugas kebersihan,” tegas Wali Kota.

Setelah melakukan penandatanganan di atas prasasti dan pengguntingan untaian bunga melati sebagai tanda diresmikannya sekolah. Wali kota didampingi Kepala Dinas pendidikan, dan Kepala sekolah SMPN 44, langsung melakukan peninjauan para siswa di kelas. Di kelas, wali kota berpesan kepada para siswa untuk fokus dengan proses belajar mengajar, dan meminta agar tidak memainkan telepon gengam selama proses belajar mengajar. “kalau kalian main handphone, konsentrasi kalian akan terpecah, dan tidak paham. Sehingga, di rumah masih mempelajari apa yang diajarkan tadi, bukan belajar untuk materi esoknya,” tegas Wali Kota.

Senada dengan kepala Dinas Pendidikan, Kepala sekolah SMPN 44, Anik Anggriani berharap, dengan diresmikannya bangunan baru, para siswa lebih bisa berkonsenstrasi dalam belajar. Mengenai ekstrakulikuler, SMPN 44 telah memiliki ekstrakulikuler bertaraf nasional untuk memenuhi minat dan bakat para siswa, seperti silat, tari, futsal dan karya ilmiah remaja. Para wali kelas juga sering melakukan home visit jika dirasa ada siswa yang menurun prestasinya.

Sekolah yang telah memiliki 24 rombongan belajar ini, nantinya akan segera melengkapi diri dengan perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium musik dan rumah jamur. Kedepan, sekolah yang mampu menampung 850 siswa ini akan, menambah lagi 15 ruangan yang diperuntukkan untuk kelas, laboratorium IPA, dan ruang guru. Karena sekolah belum memiliki kantin, para siswa dihimbau untuk membawa makanan dari rumah.

“Karena ini hari pertama para siswa pindah, minggu ini kami himbau bagi para siswa untuk membawa bekal dari rumah. Minggu depan, sementara akan dibuatkan kantin sementara di bagian lobby utama. Untuk perpustakaan, lab komputer, laboratorium musik dan rumah jamur sedang dalam proses pindah dari bangunan lama. Tahun depan akan ada perluasan bangunan yang nantinya akan diperuntukkan untuk bangunan kelas, laboratorium IPA dan ruang guru,” imbuh perempuan asal Nganjuk ini.

Setelah melakukan kunjungan ke kelas, Wali Kota dengan didampingi Sekretaris Daerah,  dan rombongan SKPD Pemkot Surabaya, berkunjung ke Puskesmas Sidotopo yang letaknya bersebelahan dengan SMPN 44, dan baru dibuka dihari yang sama. Di sana, Wali Kota melakukan peninjauan fasilitas yang dimiliki puskesmas bertingkat dua ini. Kemudian, Wali Kota menyempatkan untuk berkunjung ke Sekolah Islam Taswirul Afkar untuk bertemu dengan para siswa yang ada di sana. (arf)



Senin, 21 September 2015


KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Guna meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di Kota Surabaya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus menerus melakukan berbagai daya dan upaya. Salah satunya adalah melakukan pembangunan gedung sekolah dasar baru di wilayah Surabaya Timur. Pagi tadi (21/9), peresmian SDN Penjaringan Sari 1 yang berada di kawasan Kendalsari Selatan ini dilakukan langsung oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.

Peresiman bangunan juga dihadiri oleh perwakilan dari DPRD Kota Surabaya, Asisten Pemkot Surabaya, perwakilan SKPD Pemkot Surabaya, Muspika Kecamatan Rungkut, dan Tokoh Masyarakat di sekitar Kendalsari Selatan.

Dalam Laporannya, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, Ikhsan menyampaikan bahwa, dengan adanya sekolah baru diharapkan mampu menjadi penyemangat bagi para siswa, guru dan kepala sekolah untuk berprestasi lebih baik. Melalui banyaknya sekolah yang sudah diresmikan, Ikhsan juga berharap agar pendidikan di Kota Surabaya bisa menjadi lebih baik lagi.

Wali Kota dalam sambutannya menceritakan, sebelum bangunan baru ini dibangun, ia bertemu dengan warga dan meminta agar dibuatkan sekolah di kawasan Kendalsari Selatan. Wali Kota Juga berpesan kepada dinas pendidikan, agar lekas menyelesaikan pembangunan dua ruangan kelas. Selain itu, Wali Kota meminta agar jajaran muspika kecamatan Rungkut dapat bekerja sama dengan dinas pendidikan, agar mampu menarik kembali siswa Kendalsari Selatan yang telah terlebih dahulu bersekolah di tempat yang jauh dari tempat tinggal  siswa.

“Jangan sampai Pemkot membangun gedung baru, namun masih ada warga sekitar yang kesusahan untuk sekolah. Sekolah ini terwujud atas permintaan warga, sangat sayang jika warga tidak bisa ikut menikmati. Untuk dua kelas yang belum selesai, saya berikan waktu dua minggu penyelesaian. Nantinya, satu kelas akan digunakan untuk siswa yang masuk siang, dan satunya lagi siswa pindahan sekolah yang lokasinya jauh,” tegas wali kota.

Meskipun bangunan masih baru, namun SDN Penjaringan Sari 1 telah menerima sembilan rombongan belajar dan telah telah dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan dan kelas yang nyaman untuk para siswa. Namun, Pemkot terus berupaya agar memaksimalkan fasilitas, salah satunya melalui penyediaan fasilitas laboratorium komputer. Namun, Wali Kota berpesan kepada pihak yang terkait, agar terus memberikan laporan jika dalam pelaksanaan pemenuhan fasilitas masih terdapat kekurangan.

“Untuk air, saya akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait, fasilitas air sore ini sudah harus bisa masuk ke sekolahan. Nanti, saya sendiri yang akan melakukan pemantauan,” imbuh Wali Kota perempuan pertama dalam sejarah Pemerintahan Kota Surabaya ini.

Setelah memberikan sambutan, Wali Kota langsung secara simbolis melakukan penandatangan di atas batu prasasti, dan memotong rangkaian bunga sebagai tanda telah diresmikannya gedung SDN Penjaringan Sari 1. Wali Kota juga menyempatkan untuk melakukan peninjauan ke kelas sambil bertemu dengan para siswa. Kemudian, Wali Kota dengan didampingi Asisten I (bidang Pemerintahan), Yayuk Eko Agustin, dan perwakilan dari sekolah melakukan peninjauan terhadap bangunan-bangunan sekolah yang sedang dalam tahap penyelesaian. (arf)

Polisi Butuh Waktu 6 Hari Menangkap Terdakwa Abdul Aziz Baso di Makasar


KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Persidangan kasus ganja seberat 42 kg dengan terdakwa Abdul Aziz Baso Bin Tanri Warga Bangkalan Dalam Kecamatan Manggala Makasar dan  terdakwa Kamarudin alias Kopral warga Jalan Teluk Nibung Surabaya, kembali berlanjut di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Senin (21/9).

Dalam persidangan yang digelar diruang garuda, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Eko Nugroho dari Kejari Tanjung Perak menghadirkan Junaedi, saksi penangkap dari Polres Pelabuhan Tanjung Perak dan dua orang petugas keamanan pelabuhan Tanjung Perak, yakni Indra Kurniawan dan M Ilham.

Dijelaskan saksi Junaedi,  pengungkapan kasus ini bermula dari tindak lanjut yang dilaporkan petugas keamanan pelabuhan tanjung perak yang mencurigai adanya pengiriman ganja melalui kapal jurusan Surabaya- Makasar.

Barang haram seberat 42 kg tersebut diangkut dengan menggunakan jasa porter bernama Safarudin. Nah dari Sang Porter inilah terungkap, jika dia diperintahkan terdakwa Kamarudin alias Kopral.

Dari penangkapan terdakwa Kopral inilah mendapatkan nama terdakwa Abdul Aziz Baso. Namun tidak mengetahui keberadaannya.

Domisili terdakwa Abdul Aziz Baso  dapat diungkap, setelah Polisi mendapatkan informasi dari Kopral, jika rekan bisnisnya tersebut menginap di penginapan Sumber Rahmawati.

"Dari situlah, kami menemukan alamat terdakwa Abdul Aziz,"terang saksi Junaedi.

Setelah itu, saksi Junaedi yang didampingi dengan Kasat Narkoba Polres Pelabuhan Tanjung Perak berangkat ke Makasar dengan mengkeler terdakwa Kopral.

Penangkapan terdakwa Abdul Aziz Baso tidak mudah, butuh waktu 6 hari lamanya untuk bisa mendeteksi keberadaannya.

"Terdakwa Aziz berpindah-pindah, terakhir kami tangkap dirumah mertua nya. Saat ditangkap dia sembunyi di kamar mandi,"terang Junaedi.

Dijelaskan Junaedi, ganja seberat 42 kg tersebut dibawa terdakwa Abdul Aziz dari Jakarta ke Surabaya dengan menggunakan Kereta Api.

Setibanya di Surabaya, ganja tersebut ditaruh ditempat kos terdakwa Kopral. Selanjutnya, terdakwa Aziz menginap di Penginapan Sumber Rahmawati.

Keesokan harinya, 6 Mei 2015 sekira jam 9 pagi, barang tersebut diangkut ke Kapal dengan menggunakan jasa porter. Sedangkan Posisi terdakwa Aziz sudah lebih dahulu berada didalam kapal.

Namun, setelah mengetahui barang tersebut tercium petugas, lantas terdakwa Aziz turun dari Kapal dan melanjutkan perjalanannya ke Makasar dengan menggunakan pesawat.

"Sebelum kembali ke Makasar, dia sempat ke gresik dan menghubungi keluarganya, untuk meminta transfer untuk ongkos naik pesawat,"jelas Junaidi.

Diterangkan Junaidi, ganja seberat 42 Kg tersebut sepenuhnya bukan milik terdakwa Abdul Aziz Baso, melainkan milik Bang Kodim warga Teluk Bong Jakarta.

Pengakuan tersebut diperoleh dari terdakwa Kopral. " Ada dua peristiwa yang satu, yang 12 Kg milik Abdul Aziz sisanya milik Bang Kodim,"terang Junaidi.

Namun setelah ditekisuri, Polisi mengalami jalan buntu dan tidak berhasil menemukan keberadaan bang Kodim, yang diketahui bekerja sebagai supir truk.
"Kami sudah kembangkan, tapi tidak berhasil menemukan Kodim,"Ujarnya

Keterangan, saksi Polisi ini tak satupun dibantah kedua terdakwa. Aziz dan Kopral membenarkan semua keterangan yang disampaikan saksi Junaedi dalam persidangan.

Terpisah, saksi Indra Kurniawan dan M Ilham, dua tenaga security Pelabuhan menjelaskan seputar terungkapnya ganja tersebut.

Menurut keduanya, ganja tersebut awalnya sulit terdeteksi pengawasan  mesin pemeriksaan X Ray. Dikarenakan ganja yang dikemas dalam bungkus mie instan tersebut sulit dibedakan.

"Karena jenisnya organik, awalnya kami sulit mendeteksi,"jelas saksi Indra.

Barang yang sempat dinaikkan ke Kapal dengan kode pak bersambung 119 tersebut akhirnya diturunkan kedua saksi.

"Setelah kita buka ternyata isinya ganja, lalu saya melapor ke Polisi,"jelasnya.

Seperti diketahui, terdakwa Abdul Aziz dan terdakwa Kopral didakwa pasal berlapis, yakni melanggar pasal 114 ayat 2 UU RI Nomor 35 Tahun 2009 dan 111 ayat 2 UU RI No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman maksimal hukuman mati. (Komang).

Raup Keuntungan Hingga Ratusan Juta dari Para Korban 

KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Bisa dibilang ringan, vonis yang dijatuhkan majelis hakim yang diketuai Mustofa terhadap dua terdakwa kasus penipuan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), yakni Eka Purnama bin Margono (42), oknum mantan PNS dilingkungan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pemprov Jatim PNS dan Sanuji bin Ramut (50).

Meski dinyatakan terbukti bersalah dan telah berhasil memperdaya para korbannya hingga Rp 625 juta, Namun para terdakwa ini cuma divonis 8 bulan penjara.

Vonis ringan tersebut dibacakan Hakim Mustofa pada persidangan yang dibacakan diruang sidang sari Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Senin (21/9).

Dalam amar putusannya, hakim Mustofa selaku ketua majelis berpendapat apa yang dilakukan oleh kedua terdakwa ini terbukti secara sah dan meyakinkan, memenuhi dakwaan jaksa pasal 378 KUHP tentang penipuan.

 "Menjatuhkan pidana masing-masing selama 8 bulan penjara dikurangi masa hukuman yang telah dijalani," ujar hakim Mustofa.

Atas putusan ini, baik para terdakwa maupun Jaksa Penuntut Umum (JPU) Sri Rahayu dari Kejari Surabaya, menyatakan pikir-pikir. "Kami pikir-pikir dulu pak hakim," ujar para terdakwa.

Putusan terhadap oknum PNS BKD Pemprov Jatim ini, rupanya bukanlah yang terakhir. Sebab, Selasa (22/9) besok ia harus menghadapi tuntutan dari kasus yang sama namun berkas berbeda. "Besok tuntutan sama saya. Kasusnya sama," ujar Jaksa Indra Thimothy, dari Kejari Surabaya.

Seperti diketahui, perkara ini  bermula saat keinginan, Nur Afifah dan Sumadi, saksi korban, menjadi PNS diketahui oleh terdakwa Sunaji, rekan terdakwa Eka. Melalui Sunaji ini lah, korban ditawari jalan pintas untuk menjadi PNS, namun dengan mahar Rp 80 juta. Karena tak sanggup, korban pun menawar menjadi Rp 20 juta.

Tawaran tersebut, kemudian disampaikan pada terdakwa Eka yang saat itu masih aktif menjadi PNS di BKD Pemprop Jatim. Oleh terdakwa Eka, korban disuruh mengantarkan uangnya ke kantor BKD Pemprop Jatim. Ditempat tersebutlah, terdakwa menerima uang Rp 20 juta. Terdakwa meyakinkan pada korban, agar menunggu saja hasilnya, tanpa melalui tes CPNS.

Modus terdakwa Eka ini, rupanya tidak berhenti disitu saja. Beberapa korban lainnya, rupanya sudah menyerahkan sejumlah uang, dengan besaran yang bervariasi. Mulai dari puluhan juta, hingga ratusan juta.

Hingga terkumpul kerugian korban kurang lebih Rp 625 juta. Terbukti, saat ditangkap, polisi sempat menyita uang sisa sebesar Rp 234 juta, beberapa lembar kuitansi tertanggal 1 Oktober 2013 senilai Rp 60 juta, 17 Mei 2013 senilai Rp 25 juta dan lembar lembar surat pernyataan pengembalian uang jika korban tidak diterima CPNS.

Atas perbuatannya, kedua  terdakwa tersebut dijerat melangar  Pasal 378 KUHP dan atau Pasal 372 KUHP tentang tindak pidana penipuan dan atau penggelapan. (Komang)

Sabtu, 19 September 2015


KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) “daar...daarrr” terdengar dua kali bunyi letusan yang diiringi datangnya berbondong-bondong warga Surabaya berpakaian putih-putih bersenjatakan bambu runcing dan membawa kentongan, sembari berteriak meminta para penjajah agar menurunkan bendera berwarna merah putih dan biru di hotel Oranje. Terjadi pertikaian sengit yang menewaskan satu orang dari pihak Belanda, dan dua orang dari pihak warga Surabaya.

Di atas adalah ilustrasi dari perobekan bendera merah, putih, biru milik Belanda yang direkonstruksi ulang pagi tadi (19/9). Bertempat di Jalan Tunjungan, halaman hotel Majapahit, berdiri ratusan partisipan yang terdiri dari jajaran Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) cabang Surabaya, Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kota Surabaya, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Surabaya, siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Surabaya, serta para masyarakat Kota Surabaya. Mereka hadir mengenakan kostum pejuang kemerdekaan dan atribut tentara jaman dahulu.

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, dengan semangat yang berapi-api membacakan pidato kebangsaan dihadapan ratusan partisipan. Tepat di Hotel Oranje 70 tahun yang lalu, tepatnya 19 September 1945. Terjadi insiden perobekan bendera merah putih biru, yang kemudian menjadi merah dan putih dan dikibarkan kembali dengan gagah perkasa di angkasa raya Indonesia.

“Dari Surabaya, kita telah menguatkan arti merah dan putih sesungguhnya. Keberanian yang suci untuk memerdekakan diri dari ketertinggalan, kemerdekaan yang suci untuk memerdekakan diri dari kebodohan, keberanian yang suci untuk merdeka dari kemiskinan. Surabaya merah putih telah terpatri di jiwa pemuda dan rakyat Surabaya. Keringatnya selalu berguna untuk menegakkan sang dwi warna,” ujar Wali Kota dengan semangat berapi-api.

Setelah pengibaran kembali bedera merah putih dengan diiringi Lagu Indonesia Raya oleh ratusan partisipan yang hadir. Untuk memperingati jasa dan arwah para pejuang, para partisipan diajak kembali mengheningkan cipta sembari menyanyikan lagu gugur bunga yang musiknya diiringi oleh para pelajar. Di akhir acara, seluruh partisipan serentak menghentakan kaki ke tanah dan tangan kanan mengeluarkan bendera kecil, dengan sorot mata menuju bendera merah putih, mereka bersama-sama menyanyikan lagu berkibarlah benderaku dengan penuh semangat.  Selain itu, seorang veteran bernama S. K. Syafie maju ke panggung untuk membacakan Sajak Veteran.

Hartoyik selaku ketua LVRI cabang Surabaya mengungkapkan, sebelumnya peringatan perobekan bendera telah secara rutin diperingati oleh para veteran, namun masih dalam bentuk tasyakuran setiap 19 september tiap tahunnya. Hartoyik memberikan apresiasi tinggi kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, karena dengan adanya gelaran seperti ini, para generasi muda bisa mengenal sejarah tidak hanya melalui cerita, namun melalui reka ulang peristiwa.

“Kami (para veteran) telah melaksanakan peringatan perobekan bendera tiap tahunnya, namun dalam bentuk tasyakuran. Kami mengapresiasi pihak Pemkot yang mulai tahun ini hingga tahun berikutnya akan terus memperingati hari bersejarah bagi kami,” imbuh pria yang masih tegar meskipun usianya telah senja.

Heri Prasetyo, seniman yang lebih dikenal dengan nama Heri Lentho ini menjelaskan, menurut catatan harian Ploegman, isiden ini awalnya dimulai ketika Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno mengeluarkan maklumat pada tanggal 1 September 1945, yang berisi himbauan bahwa bendera merah dan putih harus dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia. Namun, saat itu tentara Belanda yang sedang memperingati hari Ratu Wilhelmina, malah mengibarkan bendera merah putih dan biru.

“Ini peristiwa heroik yang pertama dilakukan oleh arek-arek Suroboyo. Sebab saat itu keadaan orang Surabaya miskin, kurang makan, dan tidak memiliki senjata karena baru saja dijajah oleh pihak Jepang. Namun, mereka berani melawan orang-orang Belanda yang dengan sombong berada di hotel mewah. Rasa patriotismenya tidak bisa dibendung,” imbuh pria yang aktif di kegiatan seni Kota Surabaya. (arf)

Narkoba

Koperasi & UMKM

Terus Kobarkan Semangat Perjuangan Arek-arek Suroboyo 10 Nopember 1945 untuk memberantas Korupsi, Terorisme dan Penyalahgunaan Narkoba

Translate

Hukum

Metropolis

Nasional

Pidato Bung Tomo


Hankam

Popular Posts

Blog Archive