KABARPROGRESIF.COM : (Kediri) Menjaga budaya bangsa tidak cukup dengan pendidikan atau pembinaan di sekolah maupun lingkungan masyarakat, melainkan benar-benar diwujudkan dalam kehidupan realistis di masyarakat. Di tengah-tengah membanjirnya budaya asing masuk ke dalam negeri bukan berarti harus menolak secara sepihak, melainkan mengambil sisi positif dan membuang sisi yang negatif. Budaya seperti halnya 2 gambar dalam keping uang logam, bisa bermanfaat atau justru tidak menghasilkan apa-apa.
“Kalau kita lupa akan budaya bangsa sendiri, awal dari kemunduran fakta dan sejarah bangsa ini ,yang muncul ke permukaan bumi, sekaligus pertanda buruk bagi anak cucu kita di masa datang ,karena tidak tahu arah balik maupun arah terus dari perjalanan berdirinya bangsa ini. Kebudayaan bukan sekedar suatu tontonan atau hiburan ,melainkan jati diri bangsa itu sendiri ,dimana dia berasal dan kapan dia ada” kata Mayor Arh Trijaka Ruhiyatna (Kasdim Kediri), pada pagelaran Campursari “Cipto Roso Wijoyo” dari Desa Pandantoyo Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri, dalam rangka Tasyakuran HUT TNI ke 70 di Koramil Ngancar, Minggu 11 Oktober 2015.
Usai sambutan Camat Ngancar Ngaseri bersama Danramil Ngancar dan Kapolsek Ngancar serta Ketua Panitia Yanu Budi Santoso menyerahkan cinderamata berupa lukisan tokoh pewayangan kepada Mayor Arh Trijaka Ruhiyatna, selanjutnya beliau didaulat untuk potong tumpeng sebagai simbolis Tasyakuran HUT TNI ke 70 di Koramil 20/Ngancar. Acara yang juga disiarkan secara “Live” oleh salah satu stasiun televisi swasta di Kediri itu ,menarik animo masyarakat sekitar yang turut ambil bagian dalam Pagelaran Campursari tersebut.
“Saya telah mengundang seluruh Perangkat Desa se Kecamatan Ngancar untuk hadir dan ambil bagian dalam acara ini, entah itu menyumbangkan suaranya (menyanyi) atau menyumbangkan goyangannya (berjoged), yang jelas disini kami memberikan sisi hiburan rakyat dari Tasyakuran HUT TNI ini”kata Kapten Inf Sutrisno (Danramil Ngancar).
Sedianya acara ini digelar hingga subuh, tapi atas himbauan Kasdim Kediri, cukup hingga jam 12 malam harus sudah selesai, mengingat perlunya memperhatikan faktor-faktor lain, demi terjaganya suasana yang kondusif. (arf)
“Kalau kita lupa akan budaya bangsa sendiri, awal dari kemunduran fakta dan sejarah bangsa ini ,yang muncul ke permukaan bumi, sekaligus pertanda buruk bagi anak cucu kita di masa datang ,karena tidak tahu arah balik maupun arah terus dari perjalanan berdirinya bangsa ini. Kebudayaan bukan sekedar suatu tontonan atau hiburan ,melainkan jati diri bangsa itu sendiri ,dimana dia berasal dan kapan dia ada” kata Mayor Arh Trijaka Ruhiyatna (Kasdim Kediri), pada pagelaran Campursari “Cipto Roso Wijoyo” dari Desa Pandantoyo Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri, dalam rangka Tasyakuran HUT TNI ke 70 di Koramil Ngancar, Minggu 11 Oktober 2015.
Usai sambutan Camat Ngancar Ngaseri bersama Danramil Ngancar dan Kapolsek Ngancar serta Ketua Panitia Yanu Budi Santoso menyerahkan cinderamata berupa lukisan tokoh pewayangan kepada Mayor Arh Trijaka Ruhiyatna, selanjutnya beliau didaulat untuk potong tumpeng sebagai simbolis Tasyakuran HUT TNI ke 70 di Koramil 20/Ngancar. Acara yang juga disiarkan secara “Live” oleh salah satu stasiun televisi swasta di Kediri itu ,menarik animo masyarakat sekitar yang turut ambil bagian dalam Pagelaran Campursari tersebut.
“Saya telah mengundang seluruh Perangkat Desa se Kecamatan Ngancar untuk hadir dan ambil bagian dalam acara ini, entah itu menyumbangkan suaranya (menyanyi) atau menyumbangkan goyangannya (berjoged), yang jelas disini kami memberikan sisi hiburan rakyat dari Tasyakuran HUT TNI ini”kata Kapten Inf Sutrisno (Danramil Ngancar).
Sedianya acara ini digelar hingga subuh, tapi atas himbauan Kasdim Kediri, cukup hingga jam 12 malam harus sudah selesai, mengingat perlunya memperhatikan faktor-faktor lain, demi terjaganya suasana yang kondusif. (arf)