KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus menggalakkan budaya literasi
kepada generasi pelajar di kota surabaya. Upaya ini didukung dengan berbagai
program kerja yang dilakukan Badan Arsip dan Perpustakaan (Barpus) Kota
Surabaya. Mulai dari bimbingan membaca pada siswa Sekolah Dasar (SD), bimbingan
belajar untuk siswa SD dan SMP, hingga kegiatan parenting, serta pelatihan
kepada bunda Paud.
Kegiatan yang bertujuan untuk menyentuh masyarakat secara langsung ini,
kian lama samakin menunjukan hasil. Terhitung sejak tahun 2009, minat membaca
masyarakat kian meningkat, di tahun yang sama prosentase kunjungan ke ruang
baca sekitar 28 persen, naik menjadi 59,6 persen di tahun 2015. Dengan indeks
yang awalnya rendah, pada tahun ini meningkat menjadi sedang. Pada tahun 2015,
dibuka sebanyak 28 ruang baca baru untuk menampung banyaknya animo masyarakat
yang berkunjung ke ruang baca.
Ditemui di Kantornya, Selasa (21/10) Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan
Kota Surabaya, Arini Pakistyaningsih menjelaskan melalui pembimbingan oleh
mentor yang dilakukan secara intensif, reading habit (kebiasaan membaca)
seorang anak akan terbentuk paling cepat enam bulan, nantinya reading habit
tersebut akan dibawa hingga dewasa. Selain itu, sinergi dengan Dinas Pendidikan
(Dispendik) Kota Surabaya, Barpus menetapkan program kerja 1000 buku per tahun
untuk Kota Surabaya.
“Nantinya, untuk satu siswa SD dan SMP diwajibkan membaca 30 judul buku
per tahun, untuk siswa SMA,SMK, dan MI diwajibkan untuk membaca 50 judul buku
per tahun. Melalui pendampingan secara intensif, siswa akan mampu membaca
secara cepat (speed reading), kemudian memahami kembali melalui story telling
(bercerita),” tegas Arini.
Arini juga menjelaskan, bahwa hasil kerja sama Barpus dengan Dispendik
Kota Surabaya untuk menggalakan budaya membaca mulai dari tingkat pendidikan
terendah, berhasil menjadikan Kota Surabaya menjadi barometer sekaligus pioner
dalam melaksanakan Kurikulum Wajib Baca (KWB) Kementerian Pendidikan Republik
Indonesia di bawah pimpinan Menteri Pendidikan Anies Baswedan.
“Kota Surabaya sudah melaksanakan program tersebut selama dua tahun
belakangan, sebelum Kementerian Pendidikan mencanangkan kurikulum tersebut.
Para siswa diwajibkan membaca buku non pelajaran selama 15 menit pada jam
pelajaran nol, diharapkan cara ini mampu melatih daya ingat, dan meningkatkan
konsentrasi sebelum memulai pelajaran,” imbuh Arini.
Melalui program grebek perpustakan, Badan Arsip dan Perpustakaan Kota
Surabaya melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan minat baca siswa di perpustakaan,
salah satunya adalah melakukan penataan ulang perpustakaan dalam waktu singkat
selama satu hari sesuai dengan pakem kepustakaan. Pada hari Sabtu (17/10)
kemarin, Barpus melaksanakan grebek perpustakaan milik MTs Imam Syafi’i yang
berada di Kelurahan Babat Jerawat
“Penataan dimulai dengan melakukan pelabelan ulang pada buku, semua
label buku yang berada di bagian atas, dipindahkan sesuai pakem di posisi
bawah, selain itu penataan ruangan juga dilakukan. Sehingga tercipta
perpustakaan yang nyaman, kaya akan cahaya, dan sejuk,” imbuh Arini.
Grebek perpustakaan yang dilakukan tak hanya tentang penataan secara
fisik, namun juga penginventarisiran setiap judul buku yang diunggah di server
Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web (SIMPUS). Sehingga jika ada
penambahan buku, Barsip mampu melakukan pemantauan sehingga tidak ada buku baru
dengan judul yang sama, selain itu Barsip dapat melakukan subsidi silang
terhadap koleksi buku yang terdapat di masing-masing ruang baca. Melalui SIMPUS
juga, masyarakat dapat dengan mudah menemukan judul buku yang akan mereka cari,
dan menemukan taman bacaan yang memiliki koleksi buku tersebut.
Dalam melakukan pelaksanaan program kerja di 15 lokasi layanan titik
baca, Kepala Sub Bidang Informasi dan Layanan Kepustakaan Ratih Retno Wahjunie
menjelaskan bahwa, sebanyak 449 tenaga pelayanan baik koordinator dan mentor di
taman baca, merupakan lulusan terbaik dari berbagai bidang pendidikan strata
satu. Sehingga program seperti bimbingan belajar bagi siswa SD dan SMP dari berbagai
mata pelajaran dapat dilaksanakan oleh mentor yang tepat.
Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa aplikasi
percakapan digital berbasis smartphone, para koordinator dan mentor ruang baca,
mampu secara real time melaporkan hasil monitoring kegiatan. “Sehingga pada
hari itu juga, kami mampu melakukan evaluasi hasil kegiatan,” imbuh Ratih. (arf)