KABARPROGRESIF.COM : (Aljazair) Pekerja indonesia yang bekerja di Aljazair dianggap memiliki kinerja cukup baik dan terkenal disiplin.
Dalam proyek konstruksi pembangunan yang dikerjakan kontraktor asal Aljazair, GBC (Le Groupe Bourouag Construction) kontribusi yang diberikan pekerja Indonesia cukup besar.
Hal tersebut diungkapkan Duta Besar indonesia untuk Aljazair Safirah Machrusah, dalam kunjungannya ke lokasi proyek dan kamp pekerja migran asal indonesia di kota Gedyl, provinsi Oran, Aljazair, yang disiarkan melalui releasenya pada kabarprogresif.com Jum'at (25/03/2016).
"Dari informasi yang saya terima dari para petinggi GBC selaku pelaksana proyek, orang-orang Indonesia di sini bekerja dengan dengan giat. Bahkan seringkali kinerja mereka (pekerja Indonesia) jauh lebih baik dari pekerja lokal maupun tenaga kerja asing lainnya", ujar Safira.
Dalam proyek ini, sebanyak 66 tenaga kerja Indonesia yang kebanyakan berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Barat mendapatkan kontrak selama 2 tahun. Para pekerja ini baru tiba di Aljazair tanggal 7 Maret 2016, terdiri dari para tukang dan buruh bangunan yang dipekerjakan untuk membangun Akademi Kepolisian. Rencananya, kompleks ini diproyeksikan menjadi akademi kepolisian terbesar di Afrika, dengan luas sekitar 40 hektar.
Dalam kesempatan tersebut, Dubes meminta agar para pekerja Indonesia bekerja dengan baik karena membawa nama baik bangsa. Dubes juga berpesan agar mereka beradaptasi dan memahami budaya setempat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan kerugian bagi seluruh pekerja. Dirinya juga meyakinkan bahwa KBRI Alger akan terus berusaha membangun komunikasi dan kerjasama dengan pihak GBC untuk memastikan agar hak-hak pekerja Indonesia terpenuhi. Para pekerja juga diminta tidak segan-segan melaporkan jika merasa pihak kontraktor melakukan pelanggaran kontrak kerja.
Saat ditanya mengenai perlakuan pihak kontraktor kepada para pekerja Indonesia, Wahono, pekerja asal Jawa Tengah menyebutkan hampir tidak ada kendala sama sekali.
"Pihak kontraktor di sini memperlakukan kami dengan baik. kami ditempatkan di kamp pekerja yang layak dengan akses kebutuhan sehari-hari yang memadai seperti makanan, air bersih, kamar mandi. ya mudah-mudahan perlakuan ini akan terus dipertahankan." ujarnya.
Kendati demikian, pihaknya juga sempat mengeluhkan lokasi proyek yang terpencil sehingga mereka kesulitan untuk belanja kebutuhan sehari-hari.
"Di sini kalau kemana-mana jauh. dan kami juga tidak diperbolehkan keluar lokasi. pihak kontraktor sendiri bilang ini untuk keselamatan, karena seringkali terjadi aksi perampokan di sekitar sini." tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Dubes Safira meminta pihak GBC menunjuk beberapa perwakilan pekerja untuk diantar ke kota sekali seminggu guna berbelanja kebutuhan sehari-hari. Selain itu, Dubes juga berharap agar dengan kinerja dan perilaku yang baik, pihak kontraktor bersedia menambah jumlah rekrutmen tenaga kerja asal Indonesia.
Ali Tabzi, Direktur Proyek GBC Gedyl menyebut, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk merekrut pekerja asal indonesia lebih banyak lagi, mengingat kinerja mereka yang bagus serta perilaku santun yang ditunjukkan. Kendati demikian, pihaknya masih akan melihat perkembangan dalam beberapa bulan mendatang sebelum memutuskan menambah pekerja baru asal Indonesia.
"Ya, kita akan lihat dulu beberapa bulan mendatang. Jika performa kerja mereka (pekerja indonesia) masih cukup bagus, tidak menutup kemungkinan kami akan merekrut mereka lebih banyak lagi. Atau mungkin, kami akan melibatkan mereka dalam proyek kami yang lain." ungkapnya.
GBC sendiri merupakan salah satu kontraktor ternama di Aljazair. Selain mengerjakan sejumlah proyek besar di sejumlah kota di Aljazair, tahun 2016 ini GBC juga dipercaya menggarap pengerjaan proyek konstruksi di beberapa negara Afrika seperti Nigeria, Ghana, Pantai Gading, Senegal dan Libya. (Dji)