KABARPROGRESIF.COM: (Kediri) Secara rutin tiap tahun saat hari jadi Kota Kediri, tradisi larung sesaji selalu diadakan dan kali ini, tradisi larng sesaji yang berlokasi di sekitar bantaran sungai brantas, menjadi fokus perhatian warga Kota Kediri yang ingin menyaksikan kegiatan yang berlatar belakang budaya tersebut, jumat (28/07/2017)
Tradisi larung sesaji ini dihadiri Walikota Kediri, Abdullah Abubakar, Pabung Kodim Kediri, Mayor Inf Puguh Jatmiko, Wakapolresta Kediri, Kompol Andik Gunawan, Danramil Kota, Kapten Inf Harmadi dan Kapolsek Kota, Kompol Sucipto. Selain itu, pengurus FKUB Kediri turut meramaikan kegiatan tahunan ini, diantaranya Ketua FKUB K.H.Salim ,Rm. Karyono dan Pdt.Timotius Kabul yang juga sebagai Ketua Bamag Kota Kediri.
“Hari ini kita menyaksikan tradisi larung sesaji di sungai brantas, dan tradisi ini sekaligus menandai hari jadi Kota Kediri ke-1138. Aneka ragam budaya yang kita miliki saat ini, diharapkan menjadi harmonisasi dari segala perbedaan dan memacu sektor pariwisata maupun pelestarian kebudayaan. Kita berharap adanya kesadaran warga Kota Kediri untuk senantiasa melesatrikan kebudayaan yang sudah ada sejak dulu. Dengan meningkatnya sektor pariwisata dan kebudayaan, diharapkan akan mampu mendongkrak perekonomian warga Kota Kediri,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Kediri, Drs.Nur Mukiyat.
Usai sambutan, Forpimda Kediri melepaskan 2 ekor burung merpati secara bersamaan ,dan makna historis dari burung merpati ini merupakan simbol perdamaian, kerukunan dan kebersamaan. Disamping itu, ritual sesaji dan labuh bumi berupa kepala sapi dan 2 ekor bebek dilarungkan secara bersamaan.
Larung sesaji ini sudah ada sejak dulu, entah siapa yang memulainya terlebih dahulu, tetapi yang pasti ,larung sesaji ini sudah turun temurun dilakukan, tidak peduli siapapun yang memimpin Kota Kediri ini, tradisi ini tidak pernah absen. Larung sesaji ini sendiri selalu menarik animo warga Kota Kediri untuk menyaksikan tradisi yang berlatarbelakang budaya ini, dan secara historis, setiap larung sesaji dilakukan, hujan rintik-rintik dipastikan datang, kendati setiap larung sesaji dilakukan pada musim kemarau. (arf)