Satu persatu Ketela Rambat Madu dicabut oleh Risma bahkan juga terlihat sesekali dibantu langsung oleh Camat Lakarsantri, Harun Ismail serta jajaran dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP).
Saat memanen Risma pun sempat kaget ketika mencabut Ketela Rambat Madu itu karena ternyata cukup besar.
Bahkan, ia pun sempat mengaku tidak pernah melihat Ketela Rambat Madu sebesar itu.
“Wah, gede-gede yo, gede ngene ki. Enak iki. Ayo dipanen kabeh (wah, besar-besar ya, besar ini. Enak ini. Ayo dipanen semuanya),” kata Risma kaget ketika memanen Ketela Rambat Madu itu, Rabu (23/9).
Setelah banyak memanen Ketela Rambat yang besar-besar itu, ia kemudian memanen Ketela Pohon hingga Lele.
Ia nampak sangat gembira saat panen raya itu. Di tengah asyiknya panen raya, Wali Kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga menyempatkan diri menyapa warga sekitar beserta anak-anak yang ikut hadir kala itu.
Bahkan, Risma juga sempat mengobarkan semangat anak-anak itu beserta warga sekitar. Anak-anak itu pun diberi buku spesial yang ada tandatanganinya.
Risma mengatakan bahwa lahan BTKD Kelurahan Jeruk ini luasnya sekitar 7,6 hektar.
Di sini, banyak tanaman dan buah-buahan se nusantara ditanam di tempat BTKD ini, termasuk pula tanaman langka seperti pohon dewandaru dan beberapa tanaman lainnya.
“Jadi, ini nanti akan kita jadikan pusat Agrowisata disamping tempat pembelajaran warga kalau ingin belajar menanam yang benar. Makanya di tempat ini juga ada waduk yang diberi bibit lele, ada pula lahan untuk menanam padi dan jagung serta tanaman pangan lainnya. Jadi, ini memang menjadi salah satu tempat percontohan ketahanan pangan di Surabaya,” katanya.
Risma juga mengaku bahwa terus gencar melakukan penanaman tanaman pangan ini karena memang ada permintaan dari Mantan Presiden RI Megawati Soekarno Putri, terutama dalam masa pandemi Covid-19 ini.
Sebab, dikhawatirkan tidak bisa impor beras dari luar, sehingga kalau nantinya tidak bisa impor, maka diharapkan bisa swadaya pangan sendiri.
Surabaya pun telah membuktikan diri bahwa sebenarnya bisa swadaya pangan sendiri dengan menanam berbagai tanaman pangan ini.
“Kita menanam tanaman pangan semacam ini di 24 lokasi. Waktu panennya pun diatur berbeda-beda. Ada yang jangka waktu panennya 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan bahkan setahun atau lebih. Dengan panen yang bergantian ini, maka sebenarnya kita tidak perlu khawatir akan kekurangan pangan,” pungkasnya. (Ar)