Kendati demikian, Ganjar sependapat dengan tujuan dari Wali Kota perempuan pertama di Kota Pahlawan itu agar ketika jembatan itu beroperasi tidak berdampak pada TIJ saat hujan deras turun.
“Supaya nanti tidak menimbulkan dampak genangan di TIJ. Nanti kita buat tangkapan-tangkapan air, sebetulnya sudah ada tapi harus ditambahi lagi ke arah sisi barat. Terus aspal geometrik jalan dengan terminal (TIJ) juga kemiringannya harus bisa melimpaskan air yang ada di permukaan jalan,” jelas Ganjar, Kamis (1/10).
Oleh karena itu, menurut Ganjar, elevasi permukaan harus disesuaikan agar dapat melimpaskan air hujan ke tempat yang disediakan itu.
Sehingga diharapkan tidak sampai masuk ke dalam TIJ. Meski begitu, hal itu sebelumnya sudah ada dalam perencanaan.
“Kita belum sampai ke pekerjaan itu, memang sudah ada ide-ide itu. Tahapannya saat ini kita masih harus cor overtopping permukaan yang habis dipasang voided slap. Kan atasnya harus dicor dulu diaspal, baru kita kerjakan yang dekatnya di TIJ,” ungkapnya.
Sedangkan untuk pekerjaan di tahap selanjutnya, yakni penyelesaian ornamen beserta gapura yang berada di tengah jembatan dengan ketinggian mencapai 20 meter.
Meski demikian, pihaknya menyatakan terus berupaya mempercepat pembangunan jembatan yang memiliki panjang sekitar 150 meter itu.
“Kita berupaya yang ditargetkan Ibu Wali Kota, November bisa selesai semuanya. Kalau kontrak kita sampai Desember selesai. Tapi kita mencoba untuk percepatan,” pungkasnya.
Seperti diberitakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meninjau progres pembangunan Jembatan Joyoboyo yang terletak di sisi selatan Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ), Rabu (30/9).
Jembatan yang ditargetkan rampung pada November 2020 itu, kini pekerjaan pengecoran telah tersambung dengan akses jalan di sisi utara jembatan.
Saat meninjau, Risma didampingi beberapa Kepala Dinas di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Di antaranya, Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP), Erna Purnawati, Kepala Dinas Perhubungan Surabaya, Irvan Wahyudrajat, Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH), Anna Fajriatin dan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), M Fikser.
Dalam tinjauannya, Risma meminta terkait drainase dan elevasi atau ketinggian permukaan antara sambungan jembatan dengan akses jalan di sisi sebelah utara.
"Jadi dibuat mirip punggung sapi, kalau dia langsung (miring) ke bawah nanti (hujan) TIJ tergenang. Ini (sambungan jembatan) langsung rata dengan jalan. Soalnya harus mengakomodir dari sana (sisi timur) juga," katanya.
Menurut dia, jika sambungan antara Jembatan Joyoboyo dengan akses jalan di sisi utara tidak rata, hal itu dapat menyebabkan TIJ tergenang saat terjadi hujan deras.
Karena itu, dibutuhkan tangkapan-tangkapan air hujan yang lebih banyak.
Tujuannya supaya air tidak langsung terhempas turun ke TIJ ketika terjadi hujan deras.
“Kalau dia (sambungan) tidak rata dengan ini (jalan) maka bisa tergenang dia (TIJ) jika hujan deras. Jadi dibuat (seperti) punggung sapi, dikasih pedestrian juga,” katanya.
Selain terkait elevasi, sistem drainase atau tempat tampungan air juga menjadi salah satu perhatian Risma.
Ia ingin jembatan itu dapat langsung menampung air ketika hujan deras turun dan mengalirkan ke sungai.
“Dikasih lubang-lubang di bawah agar air bisa masuk ke sana. Jadi ada lubang dia (air hujan) biar masuk ke sini biar airnya tidak turun ke sana (TIJ),” papar dia.
Tak hanya melihat progres pekerjaan pembangunan jembatan, Wali Kota Risma bersama jajarannya juga mencoba melintasi jembatan itu dengan cara berjalan kaki. Bahkan, saat itu ia berjalan melintasi Jembatan Joyoboyo dan menuju ke TIJ.
Usai meninjau progres pembangunan Jembatan Joyoboyo, Risma bersama jajarannya kemudian melakukan bersih-bersih debu dan kotoran di Lantai I Terminal Intermoda Joyoboyo.
Dua unit mobil Dinas Pemadam Kebakaran (PMK) pun didatangkan untuk membantu proses penyemprotan. (Ar)