KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengikuti workshop perayaan global Hari Habitat Dunia (World Habitat Day) yang digelar secara daring dari Ruang Sidang Wali Kota, Balai Kota Surabaya, Selasa (6/10) lalu.
Forum yang diikuti lebih dari 300 peserta dari 91 negara ini, dibuka dengan pemutaran tayangan video profile Surabaya.
Setelah itu, dilanjut dengan pemutaran video aktivitas para delegasi hari pertama di Kota Pahlawan.
Pertemuan virtual berskala international itu, terbagi menjadi tiga sesi dengan topik pembahasan yang beragam.
Di antaranya, pada sesi pertama membahas tentang Peluncuran Platform Urban Agenda, sesi kedua Menanggapi Pemulihan Ekonomi yang Tangguh, Inklusif di Pemukiman Informal.
Kemudian, sesi ketiga, membahas tentang Pemukiman di Tengah Pandemi Covid-19.
Pada kesempatan itu, Risma menjelaskan beberapa persoalan kota yang berhasil ditangani bersama-sama.
Mulai dari membahas persoalan pemukiman di Tengah Covid-19, pertumbuhan ekonomi, menyikapi permasalahan lingkungan hingga program yang digagasnya yakni urban farming.
Mengatasi masalah pemukiman yang kumuh, menjadi salah satu perhatian Wali Kota Risma.
“Mungkin dengan mudah kita dapat berpikir untuk dibongkar atau direlokasi. Tapi nyatanya kita tidak bisa mengabaikan keberadaan manusia di sana,” kata Risma saat mengawali paparannya.
Wali kota yang mendapat anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Tongmyong, Busan Korea menjelaskan, yang dilakukan di Kota Pahlawan adalah melihat kawasan kumuh atau pemukiman sebagai sektor yang tidak mengganggu perkembangan kota.
Menurutnya, justru sebaliknya jika hal itu dapat ditata dengan baik, maka warga yang ada di kawasan tersebut akan berkontribusi pada perkembangan kota serta membuat kota lebih tangguh.
“Saat masterplan Surabaya disusun, puluhan tahun lalu bahwa pemerintah kota (pemkot) sepakat kawasan kampung terutama yang letaknya dibbagian kota harus dilindungi sebagai cagar budaya kota,” ungkapnya.
Berpedoman pada hal itu, Presiden UCLG ASPAC semakin membulatkan tekadnya untuk tidak menghilangkan permukiman informal dan memberi jalan bagi pembangunan baru.
“Kami tidak pernah memiliki konsep menghancurkan permukiman informal untuk memberi jalan bagi pembangunan baru,” jelasnya.
Berangkat dari perspektif tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membuat sejumlah proyek untuk menata kota.
Mulai dari peremajaan kawasan, peningkatan infrastruktur, pelayanan dasar termasuk jalan, drainase, sanitasi, dan menyusun perencanaan meibatkan warga yang tinggal di kawasan tersebut.
“Setelah itu, kami mengedukasi mereka tentang pentingnya kebersihan, keindahan, dan tempat tinggal yang nyaman,” terangnya.
Setelah melihat upaya tersebut berhasil, kata Wali Kota Risma, langkah berikutnya dalam membangun kota adalah meningkatkan ekonomi masyakarakat.
Terutama dalam menggerakkan perekonomian keluarga dengan mengaktifkan para ibu rumah tangga. Dalam hal ini, pemerintah memberikan pelatihan di bidang usaha secara gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun.
“Sekarang manfaatnya sudah nyata. kita mencatat peningkatan ekonomi masyarakat setempat, seiring dengan peningkatan daya beli mereka,” paparnya.
Dengan bertambahnya pendapatan mereka, alhasil sebagian besar dari warga telah memperbaiki rumah atau tempat tinggalnya menjadi lebih layak huni.
Bahkan, Risma mengaku, mereka tidak hanya memperbaiki rumahnya saja, tetapi juga ikut memperbaiki lingkungan sekitar termasuk jalan di depan rumah.
“Untuk orang-orang yang tinggal di sepanjang tepi sungai, kami membantu mereka untuk pindah ke rumah susun sewa murah dengan biaya hanya 5 USD per bulan,” lanjutnya.
Oleh sebab itu, Wali kota yang menjabat Presiden Belt Road Local Cooperation (BRLC) itu berharap, dari workshop yang berlangsung selama sekitar lima jam ini mendapatkan banyak pengetahuan baru dalam bidang pemukiman.
Apalagi menurutnya pembahasan ini menjadi topik global yang cukup mendesak terutama saat masa pandemi.
“Memang tidak mudah bagi kami para pemimpin lokal. Perlu adanya strategi yang kuat dan inisiatif yang terencana dengan baik. Agar menjamin hak atas perumahan yang layak dapat mencerminkan keberadaan manusia di muka bumi,” ujarnya.
Terakhir, tak lupa Risma mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan acara ini. Terutama UN Habitat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia, KBRI Nairobi, moderator dan panelis.
“Terima kasih banyak telah berpartisipasi dalam perayaan hybrid global pertama The World Habitat Day ini dan saya berharap saat pandemi berakhir dan traveling tidak lagi dibatasi, kalian semua bisa datang ke Surabaya,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif UN Habitat, Maimunah Mohd Sharif berterima kasih kepada semua negara dan kota yang tergabung dalam forum World Habitat Day ini. Terutama Kota Surabaya yang telah menjadi tuan rumah.
Selain itu, ia mengungkapkan, saat ini banyak peserta yang telah berkomitmen untuk bekerja dalam kemitraan. baik itu kota, pemerintah daerah, kelompok akar rumput serta sektor.
“Sektor swasta untuk mempercepat implementasi agenda perkotaan baru dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG),” kata dia.
Menurut dia, forum WHD ini merupakan kesempatan untuk bertukar ide, berbagi pengalaman, serta juga bekerja sama menemukan cara untuk meningkatkan solusi perkotaan.
Apalagi tantangan perumahan saat ini lebih mendesak dibandingkan sebelumnya. Terlebih, tahun ini terdapat pandemi global Covid-19, dimana pemerintah harus memastikan setiap orang memiliki perumahan yang layak untuk melindungi keluarganya dari penyakit.
“Saya harap anda terus mengikuti webinar dan acara di negara anda sendiri untuk memperbarui hubungan dan komitmen menuju masa depan kota yang lebih baik,” pungkasnya. (Ar)