Sebab, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini secara khusus hadir untuk menjadi pengajar atau guru dalam simulasi di hari kedua tersebut.
Belasan pelajar kelas IX, SMPN 1 Surabaya tampak begitu antusias. Mereka dengan seksama mendengarkan setiap paparan atau materi pelajaran yang disampaikan Wali Kota Risma.
Tak hanya pelajar di SMPN 1 Surabaya, namun seluruh pelajar kelas IX jenjang SMP juga mengikuti materi yang disampaikan Wali Kota Risma melalui online.
Saat itu, wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan ini mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), tentang dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari globalisasi.
"Persaingan kalian saat ini bukan antara pelajar SMPN 1 dengan SMP lain. Tapi persaingan kalian adalah dengan anak-anak di seluruh dunia. Itulah salah satu dampak globalisasi. Jadi kalian harus sehat, kalian harus kuat, supaya bisa mengalahkan mereka," kata Risma di sela paparannya.
Bagi Risma, menjadi sosok pengajar atau guru bagi pelajar Surabaya bukanlah yang pertama.
Sebab, sebelumnya, ia sempat beberapa kali menjadi pengajar sekolah daring bagi anak-anak Surabaya.
"Sebetulnya ini bukan pertama kali aku ngajar. Ini pertama kali anak-anak (simulasi) masuk sekolah. Mungkin mereka agak terlalu lama libur, jadi kemudian kita ajari pertama yang ringan-ringan dulu termasuk pelajaran saya," katanya.
Selain Risma, nantinya akan ada beberapa tokoh lain yang bakal menjadi pengajar dalam simulasi sekolah tatap muka. Salah satunya adalah Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta.
"Nanti ada beberapa tokoh, Pak Kapolda Jatim juga nanti akan mengajar," ungkapnya.
Menurut dia, yang paling penting dalam simulasi ini adalah bagaimana membangkitkan kembali semangat anak-anak belajar di sekolah.
Sebab, anak-anak sudah lama tidak menerima pembelajaran langsung secara tatap muka.
"Mungkin biasanya juga ada yang masih tidur. Sekarang mereka harus dalam posisi ini kan (duduk di kelas), biasanya mereka gerak-gerak, mungkin juga bosan dia tadi, satu jam duduk," katanya.
Ia menilai, simulasi sekolah tatap muka ini dapat menjadi pendorong atau penyemangat belajar bagi anak-anak di masa transisi.
Sehingga ketika sekolah nanti resmi dibuka, anak-anak kembali terbiasa disiplin dengan proses pembelajaran tatap muka. "Mungkin bisa untuk masa transisi.
Tapi nanti kalau lama-lama mereka sudah biasa. Cuma kan mereka harus kita ajarkan disiplin, supaya tidak reborn. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa," harapnya.
Risma menyebut, melalui simulasi ini diharapkan mendapat suatu gambaran bagaimana untuk evaluasi pelaksanaan ke depannya.
Bagi dia, simulasi ini juga menjadi experience atau pengalaman bagi Pemerintah (Pemkot) Kota Surabaya untuk pelaksanaan sekolah tatap muka bagi jenjang pendidikan lain.
"Sebetulnya sudah bagus, protokolnya sudah kita lakukan, kan kita tidak boleh lengah, namanya juga anak-anak," terang dia.
Ia menyatakan, meski vaksin Covid-19 sudah ada, nantinya konsep sekolah tatap muka dengan protokol kesehatan ketat ini akan terus dilakukan.
Bahkan, untuk mendukung hal ini, pihaknya melibatkan ahli kesehatan masyarakat.
"Saya minta seluruhnya meskipun ada vaksin protokol kesehatan tetap dijalankan. Dan Alhamdulillah, simulasinya sudah disiapkan dan itu juga yang diminta oleh perguruan tinggi, ilmu kesehatan, itu agar ada simulasi supaya ada experience," pungkasnya. (Ar)