KABARPROGRESIF.COM: (Jakarta) Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri, 15 November mendatang berulang tahun yang ke-76.
Sebagai pasukan elit kebanggaan Polri, Brimob memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak zaman penjajahan Jepang.
Namanya juga berganti-ganti, mulai dari Tokubetsu Kaisatsu Tai, Polisi Istimewa, Mobrig (Mobil Brigade), hingga Brimob.
Dilansir dari kompas.com, kelahiran Brimob terjadi sekitar 1943-1944, yaitu saat momen perang Asia Timur Raya.
Jepang yang mengalami kekalahan dua kali berturut-turut kemudian mengubah strateginya, yaitu dengan menambah tenaga bantu militer.
Orang-orang Indonesia pun diubahnya menjadi tentara dalam organisasi-organisasi semimiliter dan militer.
Ada Seinendan, Keibodan, Heiho, Pembela Tanah Air (Peta), dan terakhir Tokubetsu Keisatsu Tai yang merupakan cikal bakal Brimob.
Tokubetsu Keisatsu Tai lahir pada April 1944. Anggotanya adalah polisi muda dan pemuda polisi.
Para calon anggotanya diasramakan dan dapat pendidikan serta latihan kemiliteran dari tentara Jepang.
Pada akhir 1944, kekuatan satu kompi beranggotakan antara 6-200 orang.
Ketika Jepang menyerah pada sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pada saat itu pula masa penggemblengan Tokubetsu Keisatsu Tai telah cukup.
Bersama-sama dengan rakyat dan berbagai kesatuan lainnya, anggota Tokubetsu Keisatsu Tai bahu-membahu dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Sejak Jepang menyerah kepada sekutu, maka seluruh satuan semimiliter dan militer di Indonesia dibubarkan. Satu-satunya kesatuan yang masih boleh memegang senjata adalah Tokubetsu Keisatsu Tai.
Keadaan inilah yang menempatkan anggota-anggota Tokubetsu Keisatsu Tai menjadi pioner dalam awal perebutan senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Satuan ini juga yang melakukan pembukaan gudang-gudang senjata secara paksa. Pada kelanjutannya, senjata-senjata itu dibagi-bagikan kepada mantan anggota semimiliter dan militer, serta para pejuang lainnya.
Pada tanggal 21 Agustus 1945 di Markas Kesatuan Polisi Istimewa dibacakan teks Proklamasi oleh pasukan Polisi Istimewa.
Bunyinya: “Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Poelisi sebagai Poelisi Repoeblik Indonesia“.
Polisi Istimewa adalah cikal bakal berdirinya Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang pada saat pemerintahan Jepang di sebut dengan Tokubetsu Keisatsu Tai.
Setelah setahun lebih Polisi Istimewa berkiprah di garda depan dalam aneka perebutan fasilitas militer dan tempat-tempat strategis di pulau Jawa dan Sumatera, pada tanggal 14 November 1946 seluruh kesatuan Polisi Istimewa, Barisan Polisi Istimewa, dan Pasukan Polisi Istimewa dilebur menjadi Mobile Brigade (Mobrig) atau sekarang terkenal dengan Brimob.
Dalam menghadapi tantangan, terutama karena banyaknya pemberontakan dan separatisme, pimpinan Mobrig memandang perlu pembentukan pasukan khusus yang mempunyai kemampuan khusus.
Maka, sekitar tahun 1954-1959 mulai dirintis pembentukan pasukan Ranger (Pelopor).
Nama Ranger berubah menjadi Pelopor setelah mencapai angkatan ke-6, yaitu pada 1961.
Setelah itu, pada 13 Maret 1961, Kompi Pelopor dikembangkan menjadi Batalyon Pelopor hingga dikembangkan lagi menjadi Resimen Pelopor (Menpor).
Berdasarkan surat order Y. M. Menteri Kepala Kepolisian Negara No. Pol. 23/61/tanggal 12 Agustus 1961, ditetapkan tanggal 14 November 1961 merupakan hari Mobile Brigade ke-16.
Pada tanggal 14 November 1961 tersebut, Presiden Indonesia Soekarno selaku Irup upacara menganugerahkan Pataka “Nugraha Cakanti Yana Utama“ sebagai penghargaan pemerintah atas pengabdian dan kesetiaan Mobrig.
Saat itu pula, Soekarno secara resmi mengubah nama satuan ini dari Mobrig menjadi Brimob.
Pengubahan nama ini dilakukan dengan alasan penyesuaian nama Brigade Mobile yang berkaidah bahasa Indonesia.
Lalu di era reformasi, Polri memisahkan diri dari TNI. Hal itu ditandai dengan Tap MPR/VI/2000 tentang pemisahan ABRI (TNI dan Polri) serta Tap MPR/VII/2000 tentang peran kedua lembaga tersebut.
Setelah itu, keluar UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, yang berkaitan juga dengan peran dan posisi TNI dalam peran perbantuannya pada Polri.
TNI berada di bawah Departemen Pertahanan dan Polri berada langsung di bawah presiden.
Polri memiliki fungsi pemerintahan negara yang berperan mewujudkan keamanan dalam negeri.
Tugasnya meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), serta menegakkan hukum guna terpeliharanya keamanan dalam negeri dalam kultur Polisi sipil.
Korps Brimob Polri sebagai bagian integral Polri juga memiliki tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan dan menggerakkan kekuatan Brimob Polri dalam menanggulangi gangguan Kamtibmas berkadar tinggi, utamanya kerusuhan massa hingga kejahatan terorganisasi bersenjata api, bom, bahan kimia, biologi dan radioaktif.
Brimob ditugaskan menjaga keamanan dalam negeri dari ancaman kejahatan yang berintensitas tinggi.
Korps Brimob memiliki kemampuan Search and Rescue (SAR) yang digunakan dalam tugas kemanusiaan dalam membantu dan mengevakuasi korban bencana alam.
Dilansir dari wikipedia, berikut tujuh fakta tentang sejarah terbentuknya Korps Brimob Polri
1. Korps Baret Biru Tua
Korps Brimob adalah unit tertua di dalam Kepolisian Republik Indonesia (Polri) karena mengawali pembentukan kepolisian Indonesia pada tahun 1945.
Korps ini dikenal sebagai Korps Baret Biru Tua.
Brimob adalah pasukan yang tergolong Paramiliter karena ditugaskan untuk menangani kriminalitas berintensitas tinggi dalam jajaran kesatuan Polri.
2. Dulu Bernama Tokubetsu Keisatsutai
Brimob pertama-tama terbentuk dengan nama Tokubetsu Keisatsutai atau Pasukan Polisi Istimewa.
Kesatuan ini pada mulanya diberikan tugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, melindungi kepala negara, dan mempertahankan ibukota.
Brimob turut berjuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Di bawah pimpinan Inspektur Polisi I Mohammad Yasin, Pasukan Polisi Istimewa ini ikut terlibat dalam pertempuran 10 November 1945 melawan Tentara Sekutu.
Pasukan ini yang pertama kali mendapat penghargaan dari Presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno yaitu Sakanti Yano Utama.
3. Pembentukan Brimob
Pada 14 November 1946 Perdana Menteri Sutan Sjahrir membentuk Mobile Brigade (Mobrig) sebagai ganti Pasukan Polisi Istimewa.
Berdasar tanggal ini ditetapkan sebagai hari jadi Korps Baret Biru.
Pembentukan Mobrig ini dimaksudkan Sjahrir sebagai perangkat politik untuk menghadapi tekanan politik dari tentara dan sebagai pelindung terhadap kudeta yang melibatkan satuan-satuan militer.
4. Mulai Gunakan Nama Brimob
Pada 14 November 1961 bersamaan dengan diterimanya Pataka Nugraha Sakanti Yana Utama, satuan Mobrig berubah menjadi Korps Brigade Mobil (Korps Brimob).
Brimob sampai sekarang ini kira-kira berkekuatan 30.000 personel, ditempatkan di bawah kewenangan Kepolisian Daerah masing-masing provinsi.
5. Bentuk Sub Unit Jihandak
Pada tahun 1981 Brimob membentuk sub unit baru yang disebut unit Penjinak Bahan Peledak (Jihandak).
6. Dibentuk PHH
Semenjak huru-hara yang terjadi pada bulan Mei 1998, Pasukan Anti Huru-Hara (PHH) kini telah menerima latihan anti huru-hara khusus.
Terus menerus melakukan pembaharuan dalam bidang materi pelaksanaan Pasukan Huru-Hara(PHH).
Beberapa elemen dari Brimob juga telah dilatih untuk melakukan operasi lintas udara. Dan juga sekarang sudah melakukan pelatihan SAR(Search And Rescue)
7. Gegana
Gegana adalah bagian dari Kepolisian Indonesia (Polri).
Pasukan ini mulai ada sejak tahun 1976, meski ketika itu baru berupa detasemen.
Baru pada tahun 1995, dengan adanya pengembangan validasi Brimob bahwa kesatuan ini harus memiliki resimen.
Detasemen Gegana lalu ditingkatkan menjadi satu resimen tersendiri, yakni Resimen II Brimob yang sekarang berubah nama Sat I Gegana.
Tugas utama Gegana ada tiga: mengatasi teror, SAR dan jihandak (penjinakan bahan peledak)
Resimen Pelopor
Berbicara mengenai Korps Brimob tidak bisa dilupakan nama Resimen Pelopor atau kerap disingkat Menpor.
Nama Resimen Pelopor mungkin sangat asing ya di telinga. Nggak heran sih karena pasukan kepolisian elit ini sudah lahir di masa kemerdekaan.
Dulu pasukan ini adalah salah satu andalan Indonesia dan pernah diturunkan dalam berbagai konflik.
Makanya, soal kualitas dan pengalaman, Resimen Pelopor boleh dibilang adalah yang terbaik di Indonesia kala itu.
Sayangnya, Resimen Pelopor para akhirnya dihapus dengan alasan khusus. Padahal lagi moncer-moncernya.
Sebagai orang Indonesia yang cinta akan sejarah, kita juga harus tahu nih soal pasukan elit satu ini.
Misalnya tentang bagaimana mereka, apa yang sudah dilakukan, bagaimana jasanya bagi Indonesia, dan lain sebagainya.
Alasan Resimen Pelopor Dibentuk
Keadaan Indonesia yang baru merdeka sangat rentan sekali dengan yang namanya ancaman.
Entah agresi-agresi dari luar, lebih-lebih kudeta yang juga cukup mungkin terjadi.
Alhasil, untuk memproteksi republik ini dari hal-hal semacam itu dibentuklah satuan khusus yang anggotanya adalah orang-orang pilihan.
Singkat kata, inilah yang mendasari lahirnya Resimen Pelopor.
Sesuai dengan prediksi, kehadiran satuan ini memang benar-benar sangat membantu kestabilan NKRI.
Resimen Pelopor tercatat berhasil melakukan banyak aksi yang membuat negara kita bisa tetap aman dari segala ancaman.
Seumpama Resimen ini tidak dibentuk ketika itu, mungkin jalannya sejarah bangsa kita ini akan sedikit banyak berubah.
Berbicara soal kemampuan, Resimen Pelopor selalu dianggap lebih mematikan dari kebanyakan pasukan lainnya di masa itu.
Secara umum satuan ini ada di bawah kepolisian, tapi mereka punya kemampuan militer.
Alhasil, para anggota Resimen Pelopor pun memiliki dua keahlian yang berbeda dan membuat mereka sangat mematikan.
Anggota Resimen Pelopor dipilih dari para anggota kepolisian terbaik.
Bahkan beberapa mereka sampai ada yang kursus langsung kepada pasukan elit Amerika yang ketika itu bertugas di Okinawa.
Nggak pelak, hal ini membuat Resimen Pelopor makin maut saja.
Nggak hanya itu, pasukan ini juga didukung oleh persenjataan canggih di masanya, misalnya senjata AR-15 yang di masa itu sudah yang paling gahar.
Nggak hanya kemampuan, Resimen Pelopor ini juga punya semacam tekad yang sangat luar biasa.
Sejarah mengatakan kalau pasukan satu ini mentalnya benar-benar super.
Dalam setiap misi, mereka selalu menganggap itu sebagai tugas akhir. Alhasil, pasukan ini pun pol-polan alias maksimal banget dalam tugasnya.
Melawan SAS Inggris
Berbicara soal pengalaman, Resimen Pelopor tentu sangat memilikinya. Selama terbentuk sampai tamat, pasukan ini sudah melakukan banyak misi.
Beberapa sangat mematikan, misalnya pertempuran melawan SAS.
SAS sendiri adalah pasukan spesialnya Inggris yang namanya sudah terkenal seantero jagad akan kemampuannya.
Resimen Pelopor melawan SAS ketika Indonesia menyatakan perang terhadap Malaysia.
Ketika itu TNI dan Pelopor bahu membahu mempertahankan nama baik Indonesia yang sudah diinjak-injak Malaysia.
Hasilnya bisa dibilang luar biasa. Pasukan kita, termasuk Pelopor, sanggup memberikan perlawanan yang bagus sekali di pertempuran itu.
Kalau berbicara soal jasa sih, mungkin nggak bisa dihitung ya seberapa besar sumbangsih pasukan khusus ini bagi Indonesia.
Resimen Pelopor tercatat sudah melakukan banyak sekali pertempuran penting. Selain melawan SAS tadi, masih ada beberapa perang yang mereka jalani.
Salah satunya adalah misi pembebasan Irian Barat. Ketika itu Resimen Pelopor bekerja sama dengan TNI untuk mengusir Belanda.
Nggak hanya itu, dalam dua agresi Belanda, Resimen satu ini juga berperan sangat aktif.
Resimen ini juga pernah memberangus beberapa aksi pemberontakan seperti DI/TII.
Meskipun jasanya sangat luar biasa, tapi pada akhirnya resimen ini dihapuskan.
Alasannya sendiri nggak begitu prinsip sih, hanya karena pemindahan kekuasaan saja.
Begitu Presiden Soekarno lengser, pasukan ini pun langsung dilebur.
Meskipun satuannya hilang, tapi anggota Resimen Pelopor tetap masuk dalam kepolisian.
Brimob dalam peristiwa
Pendaratan di Irian Barat
Korps Brimob Polri mempesiapkan sejumlah Resimen Tim Pertempuran (RTP)di pulau-pulau di Provinsi Maluku yang terdekat dengan Irian Barat sebagai respon atas perintah Presiden Soekarno untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
Perintah Bung Karno itu dikenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora). Dalam operasi ini Korps Brimob bergabung dalam Komando Mandala pimpinan Mayjen Soeharto.
Satu tim Brimob pimpinan Hudaya Sumarya berhasil mendarat di Fak-Fak Irian Barat menggunakan sebuah speedboat.
Dari Fak-Fak pasukan ini menusuk masuk ke pedalaman Irian Barat untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih.
Pada masa olah Yudha sebelum pendaratan di Papua, Brimob sempat dimasukkan kedalam daftar unit untuk operasi Naga, tetapi kemudian di batalkan mengingat terbatasnya kualitas Parasut yang dimiliki anggota Brimob saat itu.
Operasi Naga akhirnya dilakukan oleh RPKAD dibawah komando Jend (purn) Benny Moerdani yang kemudian mendapatkan penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Soekarno.
Peristiwa G-30-S
Pada hari-hari setelah peristiwa G-30-S, Brimob tetap netral.
Hal ini membingungkan banyak pihak, karena pada September 1965 Brimob adalah unsur yang sangat dekat dengan Amerika.
Karena sikap ini, sebagian pengamat menganggap Brimob sebagai unsur yang setia kepada Presiden Soekarno.
Brimob juga melindungi Presiden Soekarno dari kudeta militer.
Timor Timur
Pada pembebasan Timor Timur tahun 1975 Brimob membentuk satu detasemen khusus untuk bergabung dalam Operasi Seroja, bergabungan dengan pasukan ABRI lainnya.
Detesemen khusus ini diberinama Detasemen Khusus (Densus) Alap-alap.
Personil Densus Alap-alap terdiri dari mantan anggota Menpor (Resimen Pelopor).
Resimen Pelopor merupakan kesatuan khusus Brimob, yang berkualifikasi Ranger.
Resimen ini dibubarkan tahun 1974 setelah ikut malang melintang dalam beberapa operasi pertempuran, di antaranya dalam Operasi Trikora di Irian Barat dan Dwikora atau Ganyang Malaysia.(*)