Menurut dia, meski Surabaya dihuni sekitar 34 suku bangsa, namun warga di sana tetap rukun dan saling menghormati antar satu dan lainnya.
"Wong Indonesia (Orang Indonesia) kalau bisa akur (rukun) seperti di Surabaya ini, Insyaallah menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur," kata Gus Miftah saat memberikan ceramah kebangsaan dalam acara Silaturahmi Toleransi Kebangsaan di Jalan Pahlawan Surabaya, Jumat (28/10) malam.
Silaturahmi Toleransi Kebangsaan yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mulai pukul 18.00 WIB tersebut, dalam rangka menyambut Hari Sumpah Pemuda Tahun 2022.
Kegiatan yang digelar malam hari ini juga diramaikan 12 penampilan seni budaya dari belbagai suku, ras dan agama di Indonesia.
Tak hanya sekadar giat silaturahmi bersama antar warga Surabaya. Namun, dalam momen ini juga dilaksanakan Doa Bersama Lintas Agama serta Deklarasi Persamaan Satu Negara Indonesia dari belbagai suku, ras dan agama di Kota Surabaya.
Dalam ceramah kebangsaan yang disampaikan Gus Miftah, ia mengajak masyarakat di Kota Surabaya untuk terus meneladani semangat Sumpah Pemuda.
Setidaknya ada lima poin yang disampaikan untuk dapat diteladani dari Sumpah Pemuda.
Pertama, Gus Miftah menyampaikan, bahwa semangat Sumpah Pemuda mengajarkan kepada semuanya untuk tidak pernah berhenti berjuang.
"Sumpah Pemuda mengajarkan kepada kita, meski ada perbedaan suku agama dan ras, semuanya satu Indonesia, kita hargai satu dan lainnya," kata Gus Miftah dalam poin kedua.
Kemudian poin ketiga, Gus Miftah menuturkan, bahwa Sumpah Pemuda mengajarkan masyarakat untuk tetap menjaga warisan lokal dan bangga sebagai warga Indonesia.
Lalu keempat, Sumpah Pemuda mengajarkan kepada semuanya, meski kini sudah banyak bahasa asing, namun tetaplah mencintai Bahasa Indonesia.
"Kelima adalah Sumpah Pemuda mengajarkan kepada kita, ke manapun kakimu berpijak, jangan pernah melupakan tanah airmu Indonesia," pesan Gus Miftah.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan, bahwa Silaturahmi Toleransi Kebangsaan sengaja digelar di depan Tugu Pahlawan sebagai refleksi untuk mengingat kembali perjuangan para Pahlawan.
Apalagi, saat pertempuran 10 November 1945, seluruh suku, ras dan agama di Surabaya turut berjuang bersama-sama dalam merebut kemerdekaan.
"Maka hari ini di tanggal 28 Oktober di Hari Sumpah Pemuda, kita melaksanakan di depan Tugu Pahlawan mengingatkan kita perjuangan Kota Surabaya yang tidak boleh kita dilupakan," kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Wali kota Eri itu mengatakan, bahwa dari dulu hingga sekarang, masyarakat Surabaya selalu menjunjung tinggi toleransi antar satu dan lainnya.
Karenanya, ia meminta seluruh masyarakat untuk terus memberikan rasa aman dan nyaman bagi agama apapun yang menjalankan ibadah di Surabaya.
"Matur nuwun (terima kasih) untuk seluruh warga Kota Surabaya yang telah menjaga perdamaian, yang telah persaudaraan satu dengan yang lainnya," terangnya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya ini kembali mengajak masyarakat untuk terus mengumandangkan bahwa Surabaya adalah kota terbuka bagi seluruh golongan dan selalu menjaga toleransi.
"Jikalau rasa ini kita wujudkan terus, saya yakin Insyaallah Surabaya tidak ada radikalisme, Surabaya tidak ada yang namanya kekacauan. Karena semuanya terjaga oleh arek-arek Suroboyo yang cinta perdamaian," pungkasnya.