Ini lantaran ketika mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeko) Surabaya tiba di rumah sakit pemerintah itu.
Wali Kota Eri langsung menemui dan bertanya kepada dua ibu lanjut usia (Lansia) yang hendak pulang seusai mendapatkan perawatan di Poli Orthopedi.
“Bagaimana Bu pelayanannya? Apakah lebih cepat atau bagaimana?” tanya Wali Kota Eri kepada ibu lanjut lansia itu.
Salah satu ibu menjelaskan bahwa pelayanannya sangat lama.
Bahkan, ia juga menjelaskan sudah antri sejak pagi dan baru dilayani siang harinya.
Mendapatkan keluhan itu, lalu dengan sopannya Wali Kota Eri mengajak dua ibu-ibu lansia itu menuju Poli Orthopedi lagi.
Di poli tersebut, Wali Kota Eri langsung menanyakan kepada para perawat yang sedang bertugas tentang masalah lamanya antrian di poli tersebut.
Ia juga menanyakan televisi yang menunjukkan nomor antrian, karena di poli tersebut tidak ada.
Perawat itu pun menjelaskan bahwa yang membuat lama hingga ibu setengah baya itu baru bisa dilayani karena berkas rekam medisnya baru datang juga.
“Oh berarti ini perkara rekam medisnya yang lama,” kata Wali Kota Eri lalu meminta ajudannya untuk memanggil manajemen RSUD Dr. Soewandhie.
Setelah manajemen datang, Wali Kota Eri menanyakan alasan lamanya rekam medis itu dikirim ke Poli Orthopedi.
Mereka pun mengakui bahwa berkas ibu tersebut sempat tidak ketemu di ruang berkas rekam medis.
Wali Kota Eri pun tambah heran dan akhirnya mengajak mereka ke ruang berkas rekam medis.
“Ayo ke ruang rekam medis, saya pengen tahu apa masalahnya,” tegasnya dengan nada yang mulai meninggi.
Nah, ketika di ruang rekam medis, Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini semakin marah karena petugas pelayan di tempat tersebut sedikit.
Padahal, pasien yang membutuhkan berkas rekam medis sangat banyak.
Ia pun memasuki ruangan yang penuh berkas rekam medis itu.
Melihat ruang berkas rekam medis, Ia semakin marah karena berkas-berkas itu miring-miring dan seakan kurang tertata.
“Ya pantas saja lama carinya, wong penataannya begini, tidak teratur seperti ini. Kalian tahu gak, itu ada yang rekam medisnya lebih cepat dikirim lalu dilayani, tapi yang tidak datang-datang rekam medisnya sampai lama tidak dilayani pemeriksaannya. Saya sudah bilang buatlah inovasi, ini wargaku yang kalian suruh nunggu lama, kalian tahu gak?” tanya Wali Kota Eri kepada para staf yang bagian mencari rekam medis di ruang tertutup itu.
Bahkan di ruangan tersebut, ia juga nampak sangat kecewa dengan para staf itu.
Sebab, berkali-kali Wali Kota Eri bertanya seakan tidak menemukan solusi.
Semakin kecewanya, Wali Kota Eri pun membanting berkas rekam medis itu ke lantai.
Di tengah suasana yang serba kurang enak itu, tiba-tiba ada salah seorang ASN perempuan yang berbisik-bisik sesama staf lainnya, mereka seakan membela diri soal penataan ruang rekam medis itu, dan ternyata hal itu didengar oleh Wali Kota Eri. Akhirnya, ASN itu dipanggil oleh Wali Kota Eri.
“Masak penataannya seperti ini masih dibilang rapi? Ayo kalian semua ikut saya biar kalian tahu bagaimana warga saya yang sakit antri, kasihan warga saya itu,” kata Wali Kota Eri sambil mengajak dan menggandeng ASN perempuan itu naik lift menuju Poli Orthopedi.
Ia juga mengajak semua staf di ruang rekam medis itu untuk ikut serta ke Poli Orthopedi.
Tiba di depan Poli Orthopedi, Wali Kota Eri menunjukkan betapa lamanya antrian di poli tersebut hanya karena berkas rekam medis yang tidak dikirim-kirim oleh mereka.
“Ini dilihat. Mereka ada yang sudah antri dari pagi baru dilayani karena rekam medisnya gak datang-datang. Kalian itu kerja di sini dibayari oleh APBD, jangan disia-siakan wargaku,” kata Wali Kota Eri dengan nada tinggi.
Tak lama kemudian, Wali Kota Eri meminta maaf kepada warga yang sudah antri lama.
Setelah itu, ia langsung mengajak manajemen Soewandhie untuk rapat internal.
Dalam rapat internal itu, Wali Kota Eri meminta manajemen RSUD Dr. Soewandhie untuk menyiapkan berkas rekam medis itu sehari sebelum pasien itu berobat, karena sebagian besar dari mereka sudah daftar satu hari sebelumnya di aplikasi mereka.
“Jadi, saya minta sebelum poli-poli ini buka, berkas rekam medisnya sudah harus ada di mejanya poli. Itu bagi yang sudah daftar online. Bagi yang baru daftar bisa dipisahkan dan langsung disiapkan juga dengan terpisah,” tegasnya.
Selain itu, Wali Kota Eri juga meminta manajemen RSUD Dr. Soewandhie untuk menata kembali dokter-dokter yang bertugas di setiap poli.
Kebutuhan dokter itu disesuaikan dengan banyaknya pasien yang datang setiap harinya.
“Misal poli ini butuh 4 dokter, jadi 4 dokter itu tidak boleh kemana-mana sampai semua pasiennya terlayani semua. Tolong itu ditata semua dan nanti akan kita masukkan ke kontrak kinerja para manajemen ini,” katanya.
Saat itu, Wali Kota Eri juga meminta mereka untuk menyiapkan televisi di setiap poli yang menunjukkan nomor antrian pasien, sehingga pasien bisa tahu nomor antrian yang sudah dilayani dan belum dilayani.
“Saya tidak mau tahu pokoknya tiga ini harus sudah selesai seminggu ke depan, itu akan saya masukkan ke kontrak kinerja para manajemen RSUD Dr. Soewandhie, kalau sudah tidak mampu menyelesaikan itu ya sudah, bisa mengundurkan diri,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Dr. Soewandhi dr. Billy Daniel Messakh memastikan pihaknya akan langsung melakukan perbaikan-perbaikan setelah pertemuan dengan Wali Kota Eri itu.
Bahkan, ia juga mengaku sudah menemukan beberapa solusi untuk memperbaiki pelayanan di rumahnya sakitnya itu.
“Habis ini kita akan langsung melakukan perbaikan-perbaikan,” pungkasnya.