Dalam peresmian itu, ia didampingi oleh jajaran Kepala PD, Camat dan Lurah di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot), serta Forkopimcam wilayah Bubutan.
Dalam peresmian Kampung Batik Okra kali ini, Wali Kota Eri Cahyadi memberikan beberapa masukan kepada jajarannya dan warga perajin batik tersebut.
Diantaranya adalah soal peningkatan kualitas bahan dan proses produksi batik.
Wali Kota Eri mengingatkan, agar batik itu memiliki nilai jual tinggi dan naik kelas, maka harus ada peran pemkot di dalamnya.
Yakni pemkot harus memberikan pendampingan mulai dari proses produksi hingga penjualannya.
“Pemerintah itu harus mendampingi, bukan sekadar memberikan tempat berjualan saja. Setiap ada tempat seperti ini harus ada pendampingnya, seperti desainer, harus ada ahli dibidang pewarnaan hingga menjahitnya,” kata Wali Kota Eri.
Maka dari itu, lanjut Wali Kota Eri, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Surabaya, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar), dan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan (Dinkopumdag) harus memberikan fasilitas itu.
“Apa yang membuat batik itu menjadi mahal? Yaitu karena warna dan desainnya. Jadi nanti Pak Asisten II, Koperasi dan Pariwisata akan menjalankan itu (pendampingan),” lanjutnya.
Wali Kota Eri itu juga menyampaikan, ke depannya pemkot akan bekerjasama dengan travel untuk mempromosikan pariwisata yang dimiliki Kota Surabaya.
Sehingga, sambung Eri, ketika ada wisatawan asing dan atau dari luar daerah, akan ditujukan ke tempat-tempat wisata di Surabaya.
“Jadi nanti ada kewajiban, ketika ada kapal pesiar masuk atau wisatawan dari daerah lain, maka travel itu memberikan pilihan tiga atau empat wisata yang kami sediakan. Ini lah peran dari pemerintah,” sambungnya.
Ia berpesan kepada Ketua RW 1, Kelurahan Bubutan, Kecamatan Bubutan, Ridi Sulaksono untuk memprioritaskan warga kurang mampu yang menjadi pelaku UMKM Batik Okra.
“Karena beliau yang lebih tahu kondisi warganya, misal ada 20 orang yang membatik itu siapa yang paling miskin. Nanti dipilah, dengan seperti itu maka bisa guyub rukun,” tuturnya.
Ke depannya, motif batik khas Kampung Okra juga akan dipatenkan. Diketahui sebelumnya, pemkot juga sudah mematenkan 6 motif batik khas Surabaya, diantaranya motif batik Sparkling, Kintir-Kintiran, Abhi Boyo, Gembili Wonokromo, Kembang Bungur, dan Remo Surabayan.
Pada peresmian kali ini, warga Kranggan Kranggan VII, RW 1, Kelurahan Bubutan, Kecamatan Bubutan, sempat memamerkan batik Okra.
Satu persatu kain batik itu diperagakan di atas panggung dan disaksikan oleh Cak Eri.
Camat Bubutan Ferdi Ardiansyah mengungkapkan, Batik Okra ini sudah bisa dipesan melalui aplikasi e-Peken.
"Monggo (silahkan) Bapak dan Ibu, bagi yang ingin membeli batik Okra bisa pesan melalui e-Peken," ungkapnya.
Ferdi menjelaskan, di Kampung Batik Okra RW 1 Kelurahan Bubutan, ada 25 warga kurang mampu yang diberdayakan.
Proses pengerjaan Batik Okra dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok, terdiri dari 5 orang pengrajin.
"Para pengrajin itu juga kami beri pelatihan, mulai dari desain, proses canting hingga pewarnaan, itu kami bimbing," jelas Ferdi.
Ia menambahkan, di wilayah kerjanya tidak hanya ada UMKM batik Okra. Ada UMKM batik lain, seperti Kampung Batik Melati dan Kampung Batik Tin.
"Selain meningkatkan daya tarik wisata, dengan adanya kampung batik ini, juga dapat memberikan penghasilan tambahan serta menambah kreativitas ibu-ibu di wilayah kami," imbuhnya.
Senada dengan Camat Ferdi, Ketua RW 1, Kelurahan Bubutan, Ridi Sulaksono menyebutkan, dengan Kampung Batik Okra, maka warga di wilayahnya semakin sejahtera.
Ridi melanjutkan, di Kampung Kranggan VII bukan hanya ada batik, tetapi juga ada olahan tanaman Okra yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.
"Jadi nama Okra bukan sekadar singkatan dari Orang Kranggan. Akan tetapi Okra itu adalah tanaman yang kaya manfaat, bisa dibuat makanan dan minuman serta obat herbal," ujar Ridi.
Untuk proses pembuatannya, per orang dapat mengerjakan per lembar kain Batik Okra dalam jangka waktu dua minggu. Setelah menjadi baju siap pakai, per picis dijual seharga Rp 350 ribu.
"Selain e-Peken, kami juga menggunakan instagram sebagai media promosinya. Bahkan kami juga melibatkan pemuda Karang Taruna untuk mempromosikan batik Kampung Okra," pungkasnya.