Sampoerna di bawah payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia” (SUI), memberangkatkan lima wirausahawan binaannya untuk memamerkan dan memasarkan produk-produk unggulannya dalam Wellness Food Japan 2023 yang berlangsung di Tokyo Big Sight, 2-4 Agustus 2023.
Hal ini merupakan salah satu wujud dukungan Sampoerna dalam mengembangkan UMKM, khususnya untuk melebarkan sayap ke pasar ekspor.
Wellness Food Japan 2023 merupakan salah satu pameran dagang terbesar di Jepang.
Pameran ini diikuti lebih dari 600 peserta, dan dikunjungi lebih dari 40.000 orang setiap harinya.
Lima UMKM itu merupakan UMKM unggulan yang produknya telah memenuhi syarat ekspor.
Kelima UMKM itu adalah Bali Pure dan Padma Herbal dari Bali, Dede Satoe dari Surabaya, Kopi Benua dari Palembang dan Togato Coffee dari Medan.
SETC telah mempersiapkan dan membekali UMKM terpilih untuk mengikuti Wellness Food Japan 2023 sejak Mei lalu.
UMKM yang diberangkatkan mendapatkan pelatihan dan pendampingan terkait kemasan serta aturan-aturan mengenai pasar Jepang.
Dengan berpartisipasi pada pameran ini, SETC bekerja sama dengan mitra tanggung jawab sosial perusahaan Business & Export Development Organization (BEDO), ingin memberikan dukungan terhadap pengembangan kapasitas dan pasar yang sesuai bagi masing-masing UMKM.
Selain itu, mendorong konektivitas UMKM SUI-SETC dengan potensi pasar yang sesuai.
Potensi pasar di Jepang
Pemilik Usaha Bali Pure, I Ketut Sumayana, mengatakan, kesempatan berpartisipasi dalam Wellness Food Japan 2023 ini merupakan pengalaman yang sangat berharga.
Dari pameran ini, ia bisa menjajaki peluang memasarkan produknya di Jepang.
Bali Pure membawa sejumlah produk unggulannya seperti virgin coconut oil (VCO), sabun, dan massage oil alias minyak pijat.
Menurut dia, ada potensi pasar yang besar untuk memasarkan produk-produk Bali Pure di Negeri Sakura ini.
“Setelah melihat produk kami, pengunjung mendapatkan tester, saya juga kasih pijatan dengan massage oil Bali Pure. Para pengunjung di Jepang ini senang sekali. Bahkan, ada yang datang lagi dua kali, dan mereka menyatakan tertarik dengan produk kami,” kisah Ketut, Jum'at (11/8).
Ada beberapa pembeli potensial, di antaranya salah satu penyalur produk spa. Ketut memberikan beberapa contoh produk.
Setelah pameran, ia akan menindaklanjuti peluang bermitra dan menjalin komunikasi dengan para pembeli potensial lainnya.
Hal yang sama diungkapkan Djono Darmaputera, pemilik usaha Sahang Mas, yang membawa produk unggulannya berupa kopi dengan merek “Benua”.
Hasil dari pameran ini, kata Djono, ada pasar yang bisa dijajaki dan peluang mendapatkan calon pembeli.
Ia akan membina relasi dan komunikasi dengan para calon pembeli potensial.
“Siapa tahu suatu saat bisa memenuhi permintaan,” kata Djono.
Sementara itu, Ni Putu Ellida Raiani, pemilik UMKM Padma Herbal, mengungkapkan, salah satu tujuan dari mengikuti Wellness Food Japan 2023 adalah membuka peluang bisnis untuk memasarkan produk-produk herbal produksinya.
Pada pameran ini, Ellida membawa sejumlah produk unggulan Padma Herbal, di antaranya, artisan tea herbal, berbagai minuman instan herbal, permen jahe, dan permen rosella.
Ellida mengaku telah bertemu dengan beberapa pedagang partai besar (wholesaler) dan ritel.
“Kami akan follow up beberapa buyer potensial yang memang bisa membawa produk kami untuk dipasarkan di Jepang. Semoga ada yang cocok,” kata Ellida.
Antusiasme tinggi terhadap produk-produk Indonesia
Antusiasme pengunjung Wellness Food Japan 2023 terhadap produk-produk UMKM yang dipamerkan di stan SETC sangat tinggi.
Menurut Ellida, para pengunjung memperlihatkan minat tinggi pada permen dan teh herbal.
Apalagi, setelah mengetahui bahwa produk ini diproduksi di Bali.
Ternyata, Bali yang sangat dikenal di sana, sehingga memudahkannya untuk mempromosikan produk Padma Herbal.
“Di Jepang, kami lihat mereka (pengunjung) cukup tinggi minatnya pada permen dan teh herbal yang rasanya lebih light. Teh herbal, sejauh yang saya lihat, lebih ringan dan lebih cepat diterima Jepang. Mereka juga kaget saat tahu bahwa rosella bisa dibuat permen,” papar Ellida.
Cerita lain disampaikan Ketut. Sejak hari pertama pameran, jumlah pengunjung sangat tinggi. Hal ini di luar bayangannya.
“Bisa dibilang rame banget, di luar ekspektasi. Saya pikir bakal sepi, ternyata rame. Di sini, pengunjung itu datang, bertanya dengan detail. Kemudian, saling bertukar kartu nama dan brosur. Setelah dari Jepang, tugas kami follow up dan menjalin komunikasi dengan mereka,” kata Ketut.
Bahkan, baru hari pertama pameran, ratusan brosur dan kartu nama Bali Pure sudah ludes.
Antusiasme ini diharapkannya sebagai sinyal positif untuk membuka kerja sama bisnis ke depannya.
Tak hanya terhadap produk herbal dan organik, respons positif juga didapatkan Djono dari pengunjung pameran di Jepang terhadap kopi Semendo khas Sumatera Selatan.
Produknya, Kopi Benua, menawarkan cita rasa kopi yang sangat khas.
Ia senang dan sangat mengapresiasi pameran Wellness Food Japan 2023 yang menjadi jembatan baginya memperkenalkan produk kopi daerah di Indonesia.
Apa yang dibawa pulang dari Jepang?
Para pelaku UMKM ini mengaku senang, dan tak menyangka produk yang dihasilkannya bisa dipilih SETC untuk mengikuti Wellness Food Japan 2023.
Kesempatan ini pun tak disia-siakan. Tiga hari mengikuti pameran, mereka membawa “oleh-oleh” untuk dibawa pulang ke Tanah Air.
Selain peluang menjajaki bisnis dengan sejumlah pembeli potensial, ada hal lain yang dinilai bisa menjadi bekal untuk mengembangkan usahanya di Tanah Air.
Seperti yang disampaikan Ellida. Dari pameran ini, ia belajar banyak soal bagaimana pelaku usaha di Jepang mempromosikan produknya.
“Saya sendiri belajar bagaimana cara menyampaikan produk. Kami juga keliling untuk melihat bagaimana pelaku usaha di Jepang kalau pameran, dan ini jadi masukan berharga,” ujar Ellida.
Ellida.
Sementara itu, Djono mengaku terkesan dengan etos kerja warga Jepang. Hal itu juga bisa dilihatnya di ajang pameran saat berinteraksi.
Pengalaman ini menjadi hal baik yang akan dibawanya dan diterapkannya saat kembali ke Tanah Air.
Kesan yang hampir sama juga diungkapkan Ketut.
“Bagi saya, pembelajaran untuk kami kembangkan di Bali sangat banyak.
Misalnya, dalam menata booth, kalau kami biasanya sederhana saja.
Di Jepang, mereka sangat optimal. Mereka mendekor dan menata dengan apik sehingga nyaman dan menarik pengunjung,” kata Ketut.
Ia juga belajar bagaimana melayani dengan baik pengunjung yang datang ke stan.
Hal lainnya, soal pengemasan produk dengan standar Jepang.
Dengan mengetahui hal ini, pelaku UMKM di Indonesia bisa menyesuaikan standar pengemasan yang berlaku di Jepang untuk memperbesar peluang memasuki pasar negara itu.
“Banyak yang bisa kami bawa pulang dari Jepang. Semoga setelah di-follow up nanti, dengan kerja sama dan dukungan SETC kami bisa mendapatkan buyer,” kata Ketut.
Ketut juga berharap, pengalaman Wellness Food Japan 2023 ini bukan yang pertama dan terakhir.
Kesempatan baik ini diharapkannya kembali datang, karena bisa menunjukkan eksistensi UMKM Indonesia di level global.