Yakni, menghilangkan tes baca, tulis, dan menghitung (Calistung) dari proses penerimaan peserta didik baru pada pendidikan SD/Mi.
Selain itu, menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama, dan menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak secara berkelanjutan dari PAUD hingga kelas dua SD/Mi.
Upaya tersebut semakin diperkuat dengan digelarnya Sharing Praktik Baik Pembelajaran dalam rangka Transisi Paud ke SD/MI yang Menyenangkan bersama Bunda PAUD di Grammar School Surabaya, Senin (4/9).
Kegiatan ini menyasar seluruh tenaga pengajar PAUD dan SD/Mi yang ada di kawasan Surabaya bagian barat.
Diantaranya, Kecamatan Asemrowo, Benowo, Lakarsantri, Pakal, Sukomanunggal, Sambikerep, dan Tandes.
“PAUD adalah pendidikan awal bagi anak yang bisa membentuk karakter, kognitif, kematangan emosi, cara berinteraksi, dan motorik pada anak. Literasi dan numerik dikenalkan, lalu di SD akan diperkuat. Di usia PAUD kita kembangkan karakternya,” kata Bunda PAUD Kota Surabaya, Rini Indriyani.
Rini Indriyani menjelaskan, dalam proses pengembangan karakter anak, Pemkot Surabaya bersama Bunda PAUD memfasilitasi seluruh PAUD se-Surabaya untuk menampilkan bakat dan talenta seni para siswa.
Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemandirian, keberanian, kreativitas, dan kepercayaan anak. Serta menyelaraskan gerak motorik dan kognitif pada anak.
“Hari ini saya memberikan apresiasi kepada perwakilan kecamatan di Surabaya karena anak-anaknya sudah berani untuk tampil. Kemudian kami juga bersinergi dengan stakeholder, salah satunya anak-anak dikenalkan berbagai wahana profesi,” jelasnya.
Sehingga, lanjut Rini Indriyani, ketika anak masuk ke jenjang SD, kematangan emosi, kemandirian, serta kemampuan berinteraksi anak telah terbentuk.
Maka perlu adanya sinergitas antara tenaga pengajar di tingkat PAUD dan SD/Mi.
“Ada MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) untuk mengenalkan siswa dengan lingkungan baru di sekolahnya selama dua minggu. Bukan hanya anak-anak tetapi juga orang tuanya. Sebab keterlibatan orang tua sangat penting,” ujar dia.
Pada kesempatan tersebut, anak-anak pun turut serta menyampaikan perasaan dan pengalaman mereka saat berada di lingkungan SD.
Dimana mereka menikmati transisi PAUD ke SD dengan cara menyenangkan, yakni mendapatkan bekal pengenalan lingkungan sekolah yang baru.
“Saya salut karena anak kelas satu SD sudah berani mengungkapkan pendapatnya di depan banyak orang. Maka keterlibatan orang tua memiliki peran besar, khususnya mengajarkan komunikasi dua arah dengan baik,” ungkapnya.
Seperti Bella Sophie Prayogo, siswa kelas 1 Grammar School Surabaya menceritakan tentang masa orientasi pengenalan di sekolahnya.
Di hari pertama itu, ia diajak berkeliling mengunjungi berbagai ruangan di lingkungan sekolah.
Mulai dari ruang laboratorium, sains, toilet, kantin, hingga area taman sekolah.
“Sebelumnya saya memperkenalkan diri di kelas. Lalu saat di taman sekolah, saya melihat banyak hewan, seperti kelinci, ikan, hamster, dan burung beo. Saya sangat menikmati dan bersenang-senang dengan teman-teman. Lalu saya makan siang di kantin bersama teman-teman,” kata Bella.
Asyila Ramadhani, siswa kelas 1 SDN Lidah Kulon I Surabaya juga memiliki cerita tersendiri selama mengikuti MPLS. Ia dikenalkan banyak hal selama mengikuti kegiatan tersebut.
Yakni, dikenalkan permainan tradisional, makanan tradisional, hingga ragam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolahnya.
Serta, dikenalkan kegiatan rutin sekolah, mulai dari senam pagi, Jumat bersih, dan Pramuka.
“MPLS ku menyenangkan, saat masuk sekolah dan ikut MPLS, saya belajar bernyanyi dan berkenalan. Kami dikenalkan permainan tradisional sampai makanan tradisional. Kami juga diajak berkeliling sekolah, ke ruang guru, ruang komputer, ruang kelas, dan perpustakaan. Kami juga dikenalkan dengan ekstrakulikuler yang ada di sekolah,” pungkasnya.