Dalam pertemuan tersebut, jajaran pemkot bersama Kemenkes RI dan PATH membahas kick off dan diseminasi hasil assessment penerapan integrasi layanan primer (ILP) kesehatan di Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, kick off dan diseminasi hasil assessment penerapan ILP ini merupakan bagian dari peningkatan pelayanan kesehatan di Surabaya.
Wali Kota Eri ingin, pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas bisa terintegrasi hingga ke Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Posyandu di Balai RW.
Wali Kota Eri Cahyadi ingin, di tahun 2024 pusat pelayanan kesehatan di setiap kelurahan ada dua, melalui Pustu dan Posyandu.
“Saya ingin pelayanan itu tidak terfokus di Puskesmas, untuk pelayanan itu ada di Pustu, sehingga di setiap kelurahan itu ada satu. Jadi tidak hanya terfokus pada puskesmas, di tahun 2024 ini setiap posyandu tidak hanya melakukan pos pelayanan keluarga tetapi juga pelayanan kesehatan,” kata Wali Kota Eri.
Wali Kota Eri menyampaikan, di tahun 2025, semua pelayanan di masing-masing wilayah mulai dari Pustu hingga Posyandu akan menjadi tempat pelayanan kesehatan.
Maka dari itu, nantinya di setiap RW akan ada dua petugas kesehatan, yakni satu bidan dan satu perawat.
“Jadi kalau dia (warga) itu berobat ya di sini (Posyandu) kalaupun tidak mampu di sini, baru dilakukan di Pustu, kalau tidak mampu dilakukan di Pustu maka bisa dilakukan di Puskesmas atau rumah sakit (RS),” ujarnya.
Wali kota yang akrab dengan sapaan Cak Eri Cahyadi itu berterima kasih kepada jajaran Kemenkes RI dan PATH yang membantu pemkot dalam penerapan ILP di Surabaya.
Cak Eri berharap, arahan serta bimbingan yang dilakukan bersama ini bisa mewujudkan pelayanan kesehatan yang maksimal dan terintegrasi.
“Kami matur nuwun dibantu Kemenkes dan juga partner PATH ini untuk melakukan kick off dan diseminasi ini untuk menyempurnakan apa yang sudah kami lakukan. Karena harapan kami, di Surabaya ini bisa maksimal kesehatannya, karena apa? Kesehatan itu penting, karena kalau kesehatan itu terjaga, maka akan muncul jiwa-jiwa yang kuat,” harapnya.
Cak Eri menambahkan, pelayanan kesehatan di Pustu hingga Posyandu sudah bisa mulai dijalankan di tahun 2024.
Di tahun ini, akan ada 2 Posyandu dan 153 Pustu di seluruh kelurahan yang mulai membuka layanan kesehatan.
“Jadi ada perawat dan bidannya, semoga bisa terus berkembang,” imbuhnya.
Di samping itu, perwakilan dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Ni Made Diah menyatakan, visi Cak Eri dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dengan mendekatkan pelayanan kesehatan di tingkat RW sejalan dengan kebijakan dengan Kemenkes RI.
“Kita akan mendukung, dari Kemenkes akan menyiapkan, karena sudah sejalan dengan kebijakannya dan instrumen layanan, pedomannya saya rasa sudah sejalan dengan Pak Wali, dalam mendeteksi dini masalah kesehatan,” kata Diah.
Diah turut mengapresiasi inisiasi Cak Eri dalam mempersiapkan nakes di tingkat pelayanan kesehatan posyandu.
Menurutnya, hal itu adalah langkah terdepan di Kota Surabaya, atau bahkan belum pernah ada di daerah lainnya.
Diah menyebutkan, pendampingan Kemenkes RI dan PATH terhadap Pemkot Surabaya nantinya adalah memberikan pelayanan kesehatan dengan pendekatan kebutuhan siklus hidup.
“Misal, kalau di posyandu itu semula hanya melayani balita saja, kemudian sekarang sekitar 2.600 posyandu di Surabaya itu sudah bisa melakukan layanan siklus hidup dan kunjungan rumah. Bukan cuma balita, dan bukan cuma ibu. Di Pustu pun demikian, di situ kan ada Kader nah itu lah nanti yang akan didampingi oleh PATH,” sebutnya.
Chief Representatif Path untuk Indonesia, Irene Sirait menambahkan, nantinya PATH akan memberikan pendampingan terhadap Kader Surabaya Hebat (KSH) hingga tahun 2025. Nantinya, kader-kader tersebut akan menerima 25 keterampilan dasar.
“25 keterampilan dasar itu ada lima komponen, diantaranya keterampilan pengelolaan posyandu, jadi kader mesti terampil mengelola posyandu. Dia menyelenggarakan hari buka tiap bulan dan menyelenggarakan kunjungan rumah, dia juga berkoordinasi ke Pustu hingga terampil dalam melakukan pelayanan terhadap ibu,” imbuhnya.
Selain itu, KSH juga diajari bagaimana cara terampil dalam melayani bayi dan balita. Kemudian yang berikutnya, terampil dalam memberikan pelayanan terhadap anak-anak dan remaja.
“Sedangkan yang kelima, yakni terampil dalam memberikan pelayanan terhadap orang dewasa dan lanjut usia,” pungkasnya.